
Wow! Ekspansi Manufaktur RI Q2-2019 Tertinggi Sejak 2013
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
11 July 2019 15:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas industri manufaktur dalam negeri kembali mencatat ekspansi yang gemilang.
Berdasarkan laporan yang diterbitkan Bank Indonesia (BI), nilai Prompt Manufacturing Index (PMI-BI) pada kuartal II-2019 berada di level 52,66 atau tertinggi sejak kuartal IV-2013.
Sebagai informasi, angka PMI-BI di atas 50 berarti industri manufaktur sedang dalam fase ekspansi. Sementara nilai di bawah 50 berarti terjadi kontraksi.
Artinya pada kuartal II-2019, tingkat ekspansi industri manufaktur Indonesia amat pesat.
Demikian pula nilai Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur versi Nikkei, yang mana rata-rata kuartal II-2019 sebesar 50,87 atau tertinggi sejak kuartal III-2018.
Dua indikator tersebut menandakan gairah industri manufaktur yang masih tumbuh di tengah perlambatan ekonomi akibat perang dagang Amerika Serikat (AS)-China.
Berbeda dengan negara-negara lain, contohnya Jepang, dimana mulai awal tahun 2019 sudah mulai masuk masa kontraksi.
Berdasarkan komponen pembentuk PMI-BI-peningkatan kinerja sektor industri manufaktur didorong oleh ekspansi pada sebagian besar komponen indeks, terutama indeks volume pesanan (54,88) dan indeks volume produksi (54,19).
Menurut analisis BI, peningkatan pesanan terjadi utamanya karena adanya kenaikan permintaan dari pasar domestik.
Hal tersebut agaknya wajar mengingat bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada bulan Mei-Juni, yang mana masuk dalam kuartal II-2019. Dua agenda tersebut memang kerap kali menjadi puncak konsumsi masyarakat Indonesia.
Subsektor yang terekspansi paling pesat pada kuartal II-2019 adalah industri makanan, minuman,dan tembakau dengan nilai indeks sebesar 54,95. Lagi-lagi hal ini berkaitan dengan fenomena bulan puasa Idul Fitri. Saat puasa, masyarakat Indonesia sering melakukan jamuan buka puasa yang berdampak pada peningkatan konsumsi makanan.
Meski demikian, nyatanya tidak semua sektor mengalami ekspansi. Tercatat ada tiga sektor industri yang mengalami kontraksi di kuartal II-2019, yaitu:
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/taa) Next Article Industri Manufaktur Makin Kacau, Investasi Belum Nendang
Berdasarkan laporan yang diterbitkan Bank Indonesia (BI), nilai Prompt Manufacturing Index (PMI-BI) pada kuartal II-2019 berada di level 52,66 atau tertinggi sejak kuartal IV-2013.
Sebagai informasi, angka PMI-BI di atas 50 berarti industri manufaktur sedang dalam fase ekspansi. Sementara nilai di bawah 50 berarti terjadi kontraksi.
Demikian pula nilai Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur versi Nikkei, yang mana rata-rata kuartal II-2019 sebesar 50,87 atau tertinggi sejak kuartal III-2018.
Dua indikator tersebut menandakan gairah industri manufaktur yang masih tumbuh di tengah perlambatan ekonomi akibat perang dagang Amerika Serikat (AS)-China.
Berbeda dengan negara-negara lain, contohnya Jepang, dimana mulai awal tahun 2019 sudah mulai masuk masa kontraksi.
Berdasarkan komponen pembentuk PMI-BI-peningkatan kinerja sektor industri manufaktur didorong oleh ekspansi pada sebagian besar komponen indeks, terutama indeks volume pesanan (54,88) dan indeks volume produksi (54,19).
Menurut analisis BI, peningkatan pesanan terjadi utamanya karena adanya kenaikan permintaan dari pasar domestik.
Hal tersebut agaknya wajar mengingat bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada bulan Mei-Juni, yang mana masuk dalam kuartal II-2019. Dua agenda tersebut memang kerap kali menjadi puncak konsumsi masyarakat Indonesia.
Subsektor yang terekspansi paling pesat pada kuartal II-2019 adalah industri makanan, minuman,dan tembakau dengan nilai indeks sebesar 54,95. Lagi-lagi hal ini berkaitan dengan fenomena bulan puasa Idul Fitri. Saat puasa, masyarakat Indonesia sering melakukan jamuan buka puasa yang berdampak pada peningkatan konsumsi makanan.
Meski demikian, nyatanya tidak semua sektor mengalami ekspansi. Tercatat ada tiga sektor industri yang mengalami kontraksi di kuartal II-2019, yaitu:
- Barang Kayu dan Hasil Hutan
- Semen dan Barang Galian non Logam
- Logam Dasar Besi dan Baja
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/taa) Next Article Industri Manufaktur Makin Kacau, Investasi Belum Nendang
Most Popular