Rapor 5 Tahun Kabinet Jokowi

Rapor Menkeu Sri Mulyani: When The Best Isn't Good Enough?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
05 July 2019 07:07
Rasio Utang Terhadap PDB Terjaga, Waktunya Manfaatkan Ruang
Foto: Rini Soemarno di Peluncuran Link Aja
Sebenarnya, Sri Mulyani dan koleganya di Kementerian Keuangan tak perlu takut jika hal tersebut terjadi juga di Indonesia. Pasalnya, ruang fiskal masih sangat lebar. Jika berbicara mengenai utang, suatu hal yang sering disebutkan Menteri Keuangan terbaik di dunia tersebut adalah rasio utang pemerintah terhadap PDB yang masih aman.

Hal ini memang benar. Bahkan jika dibandingkan negara-negara Asia lainnya, rasio utang pemerintah Indonesia terhadap PDB merupakan yang terendah.


Lantas, sudah waktunya pemerintah memaksimalkan ruang fiskal yang ada.

Selama ini, yang ditangkap dari kepemimpinan Sri Mulyani adalah dirinya begitu fokus untuk menjaga rasio-rasio yang diperhatikan oleh lembaga pemeringkat kenamaan dunia.

Memang hal ini ada betulnya dan hal tersebut menjadi sebuah prestasi tersendiri bagi menteri keuangan terbaik dunia tersebut. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, defisit anggaran dipatok di level 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Pada tahun 2015, defisit anggaran adalah sebesar 2,58% dari PDB, kemudian menyempit menjadi 2,46% pada tahun 2016. Pada tahun 2017 atau di bawah kepemimpinan Sri Mulyani, defisit anggaran sedikit melebar menjadi 2,51%. Maju ke tahun 2018, defisit turun tajam menjadi 1,76% saja.

Pada tahun 2019, Sri Mulyani terlihat masih menjaga ketat besaran defisit anggaran. Buktinya dalam APBN 2019, defisit dipatok di level 1,84% dari PDB.

Prinsip kehati-hatian yang diadopsi oleh Sri Mulyani kemudian diakui oleh lembaga pemeringkat kenamaan dunia dengan menaikkan peringkat (rating) surat utang Indonesia. Terhitung sejak akhir 2017 hingga saat ini, tiga lembaga pemeringkat kenamaan dunia yakni Fitch Ratings, Moody’s, dan Standard and Poor's (S&P) telah mengerek naik peringkat surat utang Indonesia.

Tapi pertanyaannya, bolehkah Sri Mulyani puas dengan pencapaiannya tersebut?

Tentu tidak. Alasannya, tak cukup pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berkisar di angka 5% saja, apalagi batas bawah. Pasalnya, Indonesia perlu tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi guna memberantas pengangguran.

Tingkat pengangguran di Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Dari beberapa negara di kawasan Asia yang dikumpulkan datanya, tingkat pengangguran di Indonesia merupakan yang tertinggi kedua.


Sri Mulyani memang layak disebut menteri keuangan terbaik dunia tahun 2019 versi The Banker. Di Asia, bukan dua kali, namun tiga kali secara beruntun (2017-2019) Sri Mulyani menyabet gelar sebagai menteri keuangan terbaik Asia versi FinanceAsia.

Prinsip kehati-hatian yang diterapkannya membuat Indonesia menjadi lokasi yang relatif kondusif bagi para pemilik modal untuk mengucurkan dananya, baik itu ke sektor riil maupun ke pasar keuangan.

Namun, sudah waktunya Sri Mulyani keluar dari zona aman. Toh, kritik ini didasarkan pada keinginan untuk melihat Indonesia yang jauh lebih maju dan beradab.

Kalau yang dipermasalahkan adalah peringkat surat utang, dengan rasio utang terhadap PDB yang jauh lebih tinggi dari Indonesia saja, toh peringkat surat utang Malaysia nyatanya berada dua level di atas Indonesia (S&P).


TIM RISET CNBC INDONESIA

(ank/dru)

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular