
Buntut Poles Lapkeu, Garuda Siap-Siap Ceraikan Mahata?
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
30 June 2019 18:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Sanksi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia kepada PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) terkait pelanggaran laporan keuangan, tidak lepas dari adanya kerja sama dengan PT Mahata Aero Teknologi (MAT).
Direktur Utama Garuda Indonesia, I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra, bakal meninjau kembali kerja sama ini. Tidak menutup kemungkinan Garuda akan 'menceraikan' Mahata.
"Soal Mahata, kita akan ikuti apa yang jadi arahan regulator (OJK dan BEI), sehingga nanti kita tetapkan dalam 14 hari ke depan posisi dari Mahata itu," kata Ari Askhara, sapaan akrabnya, di Jakarta, Minggu (30/6/2019.
Pada 31 Oktober 2018, Grup Garuda Indonesia, termasuk Sriwijaya Air, mengadakan perjanjian kerja sama dengan PT Mahata Aero Teknologi terkait penyediaan layanan konektivitas dalam penerbangan (wi-fi on board) dan hiburan dalam pesawat.
Atas perjanjian tersebut MAT bersedia membayar biaya kompensasi senilai US$ 239,94 juta untuk hak pemasangan peralatan konektivitas pada 203 pesawat dan layanan hiburan pada 99 pesawat.
Alhasil, GIAA mencatat keuntungan sebesar US$ 809.846 atau setara Rp 11,49 miliar (Kurs Rp 14.200/US$) dari yang sebelumnya rugi US$ 216,58 juta (Rp 3,07 triliun) pada 2017. Pencapaian tersebut sejatinya tidak seiring dengan kinerja top line (pendapatan) perusahaan yang hanya tumbuh tipis 4,69% year-on-year (YoY) menjadi US$ 4,37 miliar dibanding periode sebelumnya.
Ari Askhara menjelaskan, sejauh ini Garuda Indonesia sudah menerima pembayaran dari Mahata senilai US$ 160 ribu. Selanjutnya, Mahata juga sudah menyampaikan surat komitmen pembayaran sebesar US$ 30 juta pada 30 Juli 2019
"Sudah ada surat komitemen dan jaminan pembayaran. Kita akan review posisi kontraknya sesuai arahan OJK," tambah pria berdarah Bali itu.
Meski nasib Mahata masih dipertimbangkan, namun Garuda Indonesia menegaskan terus akan mengembangkan layanan konektivitas dan hiburan di dalam pesawat.
"Di revenue, inflight connectivity ini hanya satu pendapatan. Di pertangahan Juli kita juga akan sediakan book your meal. Itu bisa pesan makanan sendiri di pesawat terbang begitu juga di business class. Mau Starbucks, kue tart dari Union, itu bisa kita introduced," tandasnya.
Dia menilai, hal ini memang tergolong baru di dunia penerbangan. Namun, layanan tersebut dapat menjadi pemasukan tersendiri bagi perusahaan, selain mengandalkan penjualan tiket dan kargo.
(hoi/hoi) Next Article Akuntan Publik Laporan Keuangan Garuda Dibekukan 12 Bulan
Direktur Utama Garuda Indonesia, I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra, bakal meninjau kembali kerja sama ini. Tidak menutup kemungkinan Garuda akan 'menceraikan' Mahata.
"Soal Mahata, kita akan ikuti apa yang jadi arahan regulator (OJK dan BEI), sehingga nanti kita tetapkan dalam 14 hari ke depan posisi dari Mahata itu," kata Ari Askhara, sapaan akrabnya, di Jakarta, Minggu (30/6/2019.
Atas perjanjian tersebut MAT bersedia membayar biaya kompensasi senilai US$ 239,94 juta untuk hak pemasangan peralatan konektivitas pada 203 pesawat dan layanan hiburan pada 99 pesawat.
Alhasil, GIAA mencatat keuntungan sebesar US$ 809.846 atau setara Rp 11,49 miliar (Kurs Rp 14.200/US$) dari yang sebelumnya rugi US$ 216,58 juta (Rp 3,07 triliun) pada 2017. Pencapaian tersebut sejatinya tidak seiring dengan kinerja top line (pendapatan) perusahaan yang hanya tumbuh tipis 4,69% year-on-year (YoY) menjadi US$ 4,37 miliar dibanding periode sebelumnya.
Ari Askhara menjelaskan, sejauh ini Garuda Indonesia sudah menerima pembayaran dari Mahata senilai US$ 160 ribu. Selanjutnya, Mahata juga sudah menyampaikan surat komitmen pembayaran sebesar US$ 30 juta pada 30 Juli 2019
"Sudah ada surat komitemen dan jaminan pembayaran. Kita akan review posisi kontraknya sesuai arahan OJK," tambah pria berdarah Bali itu.
Meski nasib Mahata masih dipertimbangkan, namun Garuda Indonesia menegaskan terus akan mengembangkan layanan konektivitas dan hiburan di dalam pesawat.
"Di revenue, inflight connectivity ini hanya satu pendapatan. Di pertangahan Juli kita juga akan sediakan book your meal. Itu bisa pesan makanan sendiri di pesawat terbang begitu juga di business class. Mau Starbucks, kue tart dari Union, itu bisa kita introduced," tandasnya.
Dia menilai, hal ini memang tergolong baru di dunia penerbangan. Namun, layanan tersebut dapat menjadi pemasukan tersendiri bagi perusahaan, selain mengandalkan penjualan tiket dan kargo.
(hoi/hoi) Next Article Akuntan Publik Laporan Keuangan Garuda Dibekukan 12 Bulan
Most Popular