
Gelontorkan O-Bahn, Pemerintah Masih Perlu Studi Banding
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
30 June 2019 20:36

Jakarta, CNBC indonesia - Demi mengatasi kemacetan yang mulai terjadi di kota-kota besar di Indonesia, Kementerian Perhubungan wacanakan pengadaan O-Bahn. O-Bahn merupakan perpaduan bus rapid transit dan light rapid transit.
Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi mengatakan, karena ini proyek pertama, pihaknya akan menggandeng yang sudah berpengalaman dengan O-bhan, sehingga memiliki benchmark yang jelas.
Beberapa negara yang sudah mengadopsi moda transportasi ini yakni Australia, Jepang, China, dan Inggris. Kementrian Perhubungan berencana lakukan studi banding ke negara-negara tersebut untuk bencmark penerapan O-Bahn.
"Jangka pendeknya kami akan benchmarking ke negara paling dekat dengan Indonesia dan sudah menggunakannya," kata Budi dalam wawancara dengan CNBC Indonesia.
Dengan begitu, Kemenhub bisa menentukan daerah mana yang cocok dijadikan pilot project untuk moda transportasi ini. Budi menyebutkan O-Bahn biasanya digunakan di daerah sub-urban dengan populasi 1-2 juta penduduk di setiap kota.
Kota-kota yang diperkirakan cocok sebagai pilot project yaitu seperti Medan, Surabaya, Bandung, Semarang, dan Yogyakarta, yang sudah bisa dikategorikan aglomerasi.
"Kami merencanakan apakah O-bahn ini jenis transportasi yang bisa dikembangkan lebih lanjut dan sesuai karakter budaya juga populasi di Indonesia. Jadi nanti kira-kira kota dengan populasi penduduk berapa persen yang akan dilayani," tambahnya.
Meski Budi mengatakan O-bahn masih dalam tahap wacana. Namun dia berjanji akan melakukan kajian yang komprehensif secara geografis maupun efisiensi ruang, baik dari sisi demografi maupun kapasitas dan efektivitasnya diatas BRT. Selain itu harus dipertimbangkan dari sisi pembiayaan dan infrastruktur.
[Gambas:Video CNBC]
(hoi/hoi) Next Article Live! Kemenhub Beberkan O-Bahn: Solusi Kemacetan Perkotaan
Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi mengatakan, karena ini proyek pertama, pihaknya akan menggandeng yang sudah berpengalaman dengan O-bhan, sehingga memiliki benchmark yang jelas.
Beberapa negara yang sudah mengadopsi moda transportasi ini yakni Australia, Jepang, China, dan Inggris. Kementrian Perhubungan berencana lakukan studi banding ke negara-negara tersebut untuk bencmark penerapan O-Bahn.
"Jangka pendeknya kami akan benchmarking ke negara paling dekat dengan Indonesia dan sudah menggunakannya," kata Budi dalam wawancara dengan CNBC Indonesia.
Dengan begitu, Kemenhub bisa menentukan daerah mana yang cocok dijadikan pilot project untuk moda transportasi ini. Budi menyebutkan O-Bahn biasanya digunakan di daerah sub-urban dengan populasi 1-2 juta penduduk di setiap kota.
Kota-kota yang diperkirakan cocok sebagai pilot project yaitu seperti Medan, Surabaya, Bandung, Semarang, dan Yogyakarta, yang sudah bisa dikategorikan aglomerasi.
"Kami merencanakan apakah O-bahn ini jenis transportasi yang bisa dikembangkan lebih lanjut dan sesuai karakter budaya juga populasi di Indonesia. Jadi nanti kira-kira kota dengan populasi penduduk berapa persen yang akan dilayani," tambahnya.
Meski Budi mengatakan O-bahn masih dalam tahap wacana. Namun dia berjanji akan melakukan kajian yang komprehensif secara geografis maupun efisiensi ruang, baik dari sisi demografi maupun kapasitas dan efektivitasnya diatas BRT. Selain itu harus dipertimbangkan dari sisi pembiayaan dan infrastruktur.
[Gambas:Video CNBC]
(hoi/hoi) Next Article Live! Kemenhub Beberkan O-Bahn: Solusi Kemacetan Perkotaan
Most Popular