Harga Ayam Anjlok, Peternak Menangis

S. Pablo I. Pareira, CNBC Indonesia
25 June 2019 11:24
Harga ayam di tingkat peternak anjlok, jauh di bawah harga pokok produksi karena kelebihan pasokan.
Foto: REUTERS/Thomas Peter
Jakarta, CNBC Indonesia - Gerai-gerai ayam goreng kini kian menjamur di sudut-sudut kota. Umumnya harga ayam goreng dijual cukup terjangkau di kantong konsumen berkisar Rp 8.000-10.000 per potong. Namun, di balik harga ayam goreng yang murah meriah itu, ada nasib para peternak ayam lokal.

Peternak rakyat yang tergabung dalam Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) menyebut saat ini terjadi kelebihan pasokan (oversupply) ayam, sehingga berdampak pada harga ayam hidup (livebird) mencapai titik terendah Rp 7.000/kg. Padahal, harga pokok produksi (HPP) di tingkat peternak mencapai Rp 18.500/kg. Artinya, ada kerugian yang cukup dalam, sehingga bikin para peternak merana. 



"Bahkan pada Senin (24/6) beberapa penawaran menyentuh harga Rp 5.500-6.000/kg. Kondisi yang tidak terselesaikan ini menggambarkan terjadi situasi bottle neck di level ukuran ayam besar yang menyebabkan ayam hidup semua ukuran tergeret pada kondisi harga jual jauh di bawah HPP," kata Sekjen GOPAN Sugeng Wahyudi melalui rilis yang diterima CNBC Indonesia, Selasa (25/6/2019).

Sugeng menjelaskan, kondisi peternak rakyat dan peternak mandiri secara usaha sudah tidak sanggup menahan beban biaya pemeliharaan.

Setelah beberapa pertemuan dengan pemerintah sejak awal bulan ini, Menteri Pertanian Amran Sulaiman telah mengimbau kepada semua stakeholders di industri peternakan untuk sama-sama memperbaiki harga jual livebird. Namun, hal ini belum terwujud.

Pengurangan produksi bibit ayam (day old chicken final stock/ DOC FS) di perusahaan pembibitan (integrator) yang dimulai sejak 24 Juni kemarin menurut Sugeng tidak berdampak psikologis maupun riil terhadap perbaikan harga ayam hidup. Pengurangan produksi bibit harapannya bisa mengurangi pasokan sehingga bisa mengerek harga ayam.

"Pemotongan produksi DOC FS ini seakan berbalik ikut memberatkan biaya produksi karena secara psikologis malah naik. Sementara DOC yang hari ini akan dipelihara 30-35 hari ke depan tidak ada jaminan mendapat harga yang bagus," jelasnya.

Sugeng mengatakan, peternak ayam di berbagai daerah meluapkan kekesalannya dengan membagi-bagi dan menjual ayam hidup dengan harga murah, seperti yang dilakukan peternak di Kalimantan Selatan pada 22 Juni kemarin dan akan dilakukan peternak di Solo dan Yogyakarta pada 26 Juni besok.



"Kondisi ini menggambarkan peternak rakyat dan peternak mandiri di titik nadir. Peternak menuntut pemerintah dan pelaku industri sama-sama menyelesaikan kondisi ini sehingga harapan hidup usaha budidaya peternak rakyat dan mandiri terus terjaga," katanya.


(hoi/hoi) Next Article Harga Ayam Sering Anjlok, Mendag Keluarkan 'Jurus Gudang'

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular