
CAD RI Makin Bengkak, Kementerian Ini Harus Tanggung Jawab
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
23 June 2019 20:17

Jakarta, CNBC Indonesia- Defisit transaksi berjalan Indonesia dinilai mengkhawatirkan, terutama dengan membengkaknya defisit transaksi berjalan pada kuartal I-2019 menjadi 2,6% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Hal ini juga yang menjadi perhatian Presiden Joko Widodo.
Peneliti Indef Ahmad Heri Firdaus mengatakan solusi untuk mengurangi defisit transaksi berjalan salah satunya dengan mendongkrak ekspor.
Meski secara keseluruhan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) membukukan surplus sebesar US$ 2,4 miliar, surplus ini sangat ditopang oleh aliran dana di pasar saham dan obligasi (portofolio) alias hot money.
Hal ini menjadikan ekonomi Indonesia rentan terhadap gejolak global yang dapat membuat investor menarik dananya dalam seketika dan berdampak terhadap stabilitas rupiah.
"Investasi di sektor riil yang diharapkan mampu berkontribusi terhadap industri dan ekspor, malah menunjukkan perlambatan," kata Heri, Minggu (22/06/2019).
Dia menekankan cara efektif untuk mengurangi CAD adalah meningkatkan ekspor. Namun agar mampu mengekspor lebih banyak maka harus diciptakan produk yang kompetitif.
Semua kementerian yang terkait dinilai harus berbenah, bersinergi dalam menciptakan daya dukung untuk memproduksi barang yang bernilai tambah dan berdaya saing di pasar ekspor.
Heri mencontohkan Kementerian Pertanian memastikan bahan baku untuk industri khususnya industri agro agar dapat diakses dengan mudah dan berkelanjutan serta memenuhi standar spesifikasi kebutuhan industri. Kemudian Kementerian ESDM memastikan energi dapat diakses dengan mudah untuk industri, Kementerian Ketenagakerjaan, Riset Dikti membantu dalam penyiapan SDMnya, Kementerian Keuangan berupaya dalam memberikan insentif fiskal yang diperlukan, BKPM perlu mengupayakan masuknya investasi di sektor riil (sekunder) khususnya yang berorientasi export.
"Kemudian Kementerian perindustrian perlu meramu berbagai kebijakan industri yang dapat memperkuat struktur dan daya saing industri," katanya.
Hingga April 2019, ekspor nonmigas turun 8,54% sementara impor nonmigas turun 4,48. Kondisi ini membuat neraca perdagangan mengalami defisit US$ 2,56 miliar.
(gus) Next Article Jokowi : 'Hantu' CAD Pergi, Kita Merdeka!
Hal ini juga yang menjadi perhatian Presiden Joko Widodo.
Peneliti Indef Ahmad Heri Firdaus mengatakan solusi untuk mengurangi defisit transaksi berjalan salah satunya dengan mendongkrak ekspor.
Meski secara keseluruhan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) membukukan surplus sebesar US$ 2,4 miliar, surplus ini sangat ditopang oleh aliran dana di pasar saham dan obligasi (portofolio) alias hot money.
Hal ini menjadikan ekonomi Indonesia rentan terhadap gejolak global yang dapat membuat investor menarik dananya dalam seketika dan berdampak terhadap stabilitas rupiah.
"Investasi di sektor riil yang diharapkan mampu berkontribusi terhadap industri dan ekspor, malah menunjukkan perlambatan," kata Heri, Minggu (22/06/2019).
Dia menekankan cara efektif untuk mengurangi CAD adalah meningkatkan ekspor. Namun agar mampu mengekspor lebih banyak maka harus diciptakan produk yang kompetitif.
Semua kementerian yang terkait dinilai harus berbenah, bersinergi dalam menciptakan daya dukung untuk memproduksi barang yang bernilai tambah dan berdaya saing di pasar ekspor.
![]() |
Heri mencontohkan Kementerian Pertanian memastikan bahan baku untuk industri khususnya industri agro agar dapat diakses dengan mudah dan berkelanjutan serta memenuhi standar spesifikasi kebutuhan industri. Kemudian Kementerian ESDM memastikan energi dapat diakses dengan mudah untuk industri, Kementerian Ketenagakerjaan, Riset Dikti membantu dalam penyiapan SDMnya, Kementerian Keuangan berupaya dalam memberikan insentif fiskal yang diperlukan, BKPM perlu mengupayakan masuknya investasi di sektor riil (sekunder) khususnya yang berorientasi export.
"Kemudian Kementerian perindustrian perlu meramu berbagai kebijakan industri yang dapat memperkuat struktur dan daya saing industri," katanya.
Hingga April 2019, ekspor nonmigas turun 8,54% sementara impor nonmigas turun 4,48. Kondisi ini membuat neraca perdagangan mengalami defisit US$ 2,56 miliar.
(gus) Next Article Jokowi : 'Hantu' CAD Pergi, Kita Merdeka!
Most Popular