
Ortu Dipusingkan Zonasi Sekolah? Simak Pengakuan Mendikbud
Tim Detikcom, CNBC Indonesia
21 June 2019 10:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Penerapan sistem zonasi sekolah dalam penerimaan siswa baru sempat membuat 'keributan' di kalangan orang tua siswa. Melalui beberapa media sosial, banyak yang mengeluhkan sistem zonasi ini.
Bahkan beberapa netizen sempat membuat ungkapan;
'Dahulu: Kejarlah Ilmu Sampai ke Negeri China'
'Sekarang: Kejarlah Ilmu ke Sekolah Terdekat'
Sistem zonasi ini sebenarnya sudah memasuki tahun ketiga. Kritik pun tiap tahun berdatangan. Kebijakan ini mereka nilai tidak adil terhadap siswa, khususnya yang mendapatkan nilai baik tapi kalah bersaing dengan siswa yang nilainya biasa saja cuma karena lokasinya relatif lebih jauh dari sekolah.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dalam program Blak-Blakan detikcom menjelaskan soal sistem zonasi ini.
Bagaimana tidak, sang Menteri kini menjadi sasaran kritik para orang tua bersikukuh dengan kebijakan yang dibuatnya.
Ia menegaskan sistem zonasi adalah yang terbaik untuk memperbaiki sistem pendidikan secara radikal. Sistem ini telah di terapkan di sejumlah negara sehingga dunia pendidikan mereka bisa maju seperti sekarang.
Badan Litbang Kementerian yang dipimpinnya sudah melakukan kajian terhadap sistem ini jauh sebelum dirinya menjadi menteri.
"Jadi bukan serta-merta, saya mimpi dapat wangsit terus menerapkan kebijakan zonasi ini. Tidak," kata Muhadjir yang sebelumnya merupakan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang kepada tim Blak blakan detikcom. Muhadjir merujuk negara maju seperti Amerika, Australia, Jepang, negara-negara Skandinavia, Jerman, dan Malaysia bisa maju antara lain karena menerapkan sistem zonasi. Persoalan yang dihadapi negara-negara itu pun pada awalnya sama dengan Indonesia, terkait infrastruktur dan kualitas guru yang belum merata.
Secara bertahap mereka terus menyempurnakannya sehingga maju seperti sekarang.
"Jadi kalau dibilang sebaiknya menunggu semua infrastruktur sudah baik secara merata, ya tidak perlu ada zonasi. Justru sistem zonasi ini diterapkan untuk mengoreksi dan mengejar ketimpangan secara radikal," Muhadjir menegaskan.
Toh begitu, dia tak sepenuhnya menutup mata dan telinga atas berbagai kritik yang bermunculan. Terkait keluhan prosentase alokasi bagi calon peserta didik yang berprestasi, dia bersedia mengoreksinya. "Kalau sebelumnya alokasinya cuma lima persen, saya tingkatkan menjadi 5-15 persen," uja pria kelahiran Madiun, 29 Juli 1956 itu.
Pada bagian lain, Muhadjir juga mengungkapkan seputar alokasi anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBN. Pada praktiknya alokasi anggaran sebesar itu justru ada di daerah-daerah dan kementerian lain.
Dia juga memaparkan hasil kunjungannya ke Inggris untuk melihat sistem Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di sana.
Selengkapnya tonton Blak blakan Mendikbud Muhadjir Effendy, Menjawab Kontroversi Sistem Zonasi di detikcom.
(dru) Next Article Mendikbud Sebut Kakak Ipar Jokowi Kena Rotasi Guru di Solo
Bahkan beberapa netizen sempat membuat ungkapan;
'Dahulu: Kejarlah Ilmu Sampai ke Negeri China'
Sistem zonasi ini sebenarnya sudah memasuki tahun ketiga. Kritik pun tiap tahun berdatangan. Kebijakan ini mereka nilai tidak adil terhadap siswa, khususnya yang mendapatkan nilai baik tapi kalah bersaing dengan siswa yang nilainya biasa saja cuma karena lokasinya relatif lebih jauh dari sekolah.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dalam program Blak-Blakan detikcom menjelaskan soal sistem zonasi ini.
Bagaimana tidak, sang Menteri kini menjadi sasaran kritik para orang tua bersikukuh dengan kebijakan yang dibuatnya.
Ia menegaskan sistem zonasi adalah yang terbaik untuk memperbaiki sistem pendidikan secara radikal. Sistem ini telah di terapkan di sejumlah negara sehingga dunia pendidikan mereka bisa maju seperti sekarang.
![]() |
Badan Litbang Kementerian yang dipimpinnya sudah melakukan kajian terhadap sistem ini jauh sebelum dirinya menjadi menteri.
"Jadi bukan serta-merta, saya mimpi dapat wangsit terus menerapkan kebijakan zonasi ini. Tidak," kata Muhadjir yang sebelumnya merupakan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang kepada tim Blak blakan detikcom. Muhadjir merujuk negara maju seperti Amerika, Australia, Jepang, negara-negara Skandinavia, Jerman, dan Malaysia bisa maju antara lain karena menerapkan sistem zonasi. Persoalan yang dihadapi negara-negara itu pun pada awalnya sama dengan Indonesia, terkait infrastruktur dan kualitas guru yang belum merata.
Secara bertahap mereka terus menyempurnakannya sehingga maju seperti sekarang.
"Jadi kalau dibilang sebaiknya menunggu semua infrastruktur sudah baik secara merata, ya tidak perlu ada zonasi. Justru sistem zonasi ini diterapkan untuk mengoreksi dan mengejar ketimpangan secara radikal," Muhadjir menegaskan.
Toh begitu, dia tak sepenuhnya menutup mata dan telinga atas berbagai kritik yang bermunculan. Terkait keluhan prosentase alokasi bagi calon peserta didik yang berprestasi, dia bersedia mengoreksinya. "Kalau sebelumnya alokasinya cuma lima persen, saya tingkatkan menjadi 5-15 persen," uja pria kelahiran Madiun, 29 Juli 1956 itu.
Pada bagian lain, Muhadjir juga mengungkapkan seputar alokasi anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBN. Pada praktiknya alokasi anggaran sebesar itu justru ada di daerah-daerah dan kementerian lain.
Dia juga memaparkan hasil kunjungannya ke Inggris untuk melihat sistem Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di sana.
Selengkapnya tonton Blak blakan Mendikbud Muhadjir Effendy, Menjawab Kontroversi Sistem Zonasi di detikcom.
(dru) Next Article Mendikbud Sebut Kakak Ipar Jokowi Kena Rotasi Guru di Solo
Most Popular