
Tahun ini, Pertamina Targetkan Laba Capai Rp 28 Triliun
Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
17 June 2019 16:48

Jakarta, CNBC Indonesia- PT Pertamina (Persero) mengaku cenderung konservatif untuk target dari sisi keuangan untuk tahun ini. Dari sisi pendapatan, perseroan hanya menargetkan kenaikan sebanyak 2%.
Dengan begitu, untuk laba pun perusahaan belum berani mematok di angka yang tinggi. "Sesuai RKAP US$ 1,5 miliar hingga US$ 2 miliar di tahun ini," ujar Direktur Keuangan Pertamina Pahala Mansury, saat dijumpai di kawasan SCBD, Senin (17/6/2019).
Menurut kurs saat ini, nilai itu setara Rp 21,4 triliun hingga Rp 28 triliun. Target ini turun dibanding laba yang bisa dibukukan perusahaan pada 2018 lalu, yakni US$ 2,6 miliar atau setara Rp 37 triliun.
Pahala mengakui perusahaan memang konservatif mematok target karena faktor ketidakpastian global yang kuat, yang bisa berdampak pada nilai tukar rupiah terhadap dolar dan harga minyak dunia. "Keduanya ini sangat sensitif terhadap keuangan Pertamina."
Ia menjelaskan, setiap kenaikan US$ 1 ICP bisa membuat keuntungan perusahaan merosot US$ 50 sampai US$ 100 juta. Sementara jika nilai tukar naik Rp 100 bisa berdampak US$ 150 juta sampai US$ 200 juta.
Laba 2019 ini dipatok dengan asumsi ICP menyentuh US$ 70 per barel. Itu artinya jika harga minyak tak menyentuh level tersebut ada peluang bagi perusahaan untuk menggenjot labanya. "ICP US$ 62 sampai US$ 65 itu aman buat Pertamina," katanya.
Untuk belanja modal, perusahaan menyiapkan US$ 5,5 miliar hingga US$ 5,7 miliar di 2019. Dari belanja modal tersebut, sektor hulu masih mendapat jatah yang besar, yakni mencapai 45%.
Simak video tentang laba Pertamina di bawah ini
[Gambas:Video CNBC]
(gus/gus) Next Article Laporan Keuangan 2019 Kelar, Berapa Laba Pertamina?
Dengan begitu, untuk laba pun perusahaan belum berani mematok di angka yang tinggi. "Sesuai RKAP US$ 1,5 miliar hingga US$ 2 miliar di tahun ini," ujar Direktur Keuangan Pertamina Pahala Mansury, saat dijumpai di kawasan SCBD, Senin (17/6/2019).
Pahala mengakui perusahaan memang konservatif mematok target karena faktor ketidakpastian global yang kuat, yang bisa berdampak pada nilai tukar rupiah terhadap dolar dan harga minyak dunia. "Keduanya ini sangat sensitif terhadap keuangan Pertamina."
Ia menjelaskan, setiap kenaikan US$ 1 ICP bisa membuat keuntungan perusahaan merosot US$ 50 sampai US$ 100 juta. Sementara jika nilai tukar naik Rp 100 bisa berdampak US$ 150 juta sampai US$ 200 juta.
Laba 2019 ini dipatok dengan asumsi ICP menyentuh US$ 70 per barel. Itu artinya jika harga minyak tak menyentuh level tersebut ada peluang bagi perusahaan untuk menggenjot labanya. "ICP US$ 62 sampai US$ 65 itu aman buat Pertamina," katanya.
Untuk belanja modal, perusahaan menyiapkan US$ 5,5 miliar hingga US$ 5,7 miliar di 2019. Dari belanja modal tersebut, sektor hulu masih mendapat jatah yang besar, yakni mencapai 45%.
Simak video tentang laba Pertamina di bawah ini
[Gambas:Video CNBC]
(gus/gus) Next Article Laporan Keuangan 2019 Kelar, Berapa Laba Pertamina?
Most Popular