Wow! Meroket 44%, Utang Luar Negeri BUMN Tembus Rp 695 T

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
17 June 2019 13:09
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tercatat memiliki ULN sebesar US$ 49,01 miliar atau setara 24,6% dari total ULN swasta di bulan April.
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC IndonesiaPosisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia dari pihak swasta pada bulan April 2019 mencapai US$ 199,6 miliar atau tumbuh hingga 14,5% secara tahunan (year-on-year/YoY).

Angka pertumbuhan tersebut juga merupakan yang tertinggi sejak November 2015.

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tercatat memiliki ULN sebesar US$ 49,01 miliar (Rp 695 triliun/Kurs US$ 1 = Rp 14.200) atau setara 24,6% dari total ULN swasta di bulan April. Sementara porsi perusahaan swasta nasional masih paling besar, yaitu US$ 68,59 miliar atau 34,4% dari total ULN swasta. Adapun porsi swasta asing dan campuran memiliki ULN masing-masing sebesar US$ 18,6 miliar (9,3%) dan US$ 63,3 miliar (34,4%).

Demikian laporan Statistik Utang Luar Negeri yang dipublikasikan BI, Senin 17 Juni 2019.



Ditilik lebih dalam, ternyata pertumbuhan ULN BUMN pada bulan April mencapai 44,6% YoY, dan merupakan yang tertinggi setidaknya sejak Juli 2017. Bahkan dibandingkan dengan pertumbuhan ULN swasta lainnya, BUMN relatif jauh lebih besar. Pertumbuhan ULN swasta asing, campuran dan nasional pada bulan April masing-masing sebesar -0,5% YoY, 8,5% YoY, dan 8,3% YoY.



Hal itu memperlihatkan bahwa pada dalam waktu satu tahun ke belakang, BUMN merupakan lembaga swasta yang paling rajin berutang ke luar negeri.



Alokasi ULN swasta hingga bulan April utamanya digunakan pada sektor Jasa Keuangan dan Asuransi, yaitu mencapai US$ 50,28 miliar. Sementara sektor Pengadaan Listrik, Gas, dan Uap juga memiliki utang cukup besar, yaitu US$ 31,97 miliar.

Bila ditotal, ULN pada dua sektor tersebut menguasai 41,2% dari total ULN swasta, atau hampir separuhnya. Diketahui dua sektor tersebut merupakan kegiatan usaha yang tidak berorientasi pada ekspor.

Sementara pada dua sektor yang berorientasi ekspor, yaitu industri pengolahan dan pertambangan, masing-masing hanya sebesar US$ 35,83 miliar dan US$ 32 miliar. Bila ditotal, porsi ULN dua sektor terhadap total ULN swasta hanya 33,9%.



Singapura tercatat merupakan negara kreditur yang paling banyak memberikan utang pada perusahaan Indonesia. Tercatat hingga akhir April, posisi ULN swasta yang berasal dari Singapura sebesar US$ 64,26 miliar. Amerika Serikat (AS) dan Jepang menyusul dengan nilai masing-masing sebesar US$ 20,53 miliar dan US$ 16,2 miliar.

Meskipun pertumbuhan ULN swasta pada bulan April cukup tinggi, namun porsi utang jangka panjang masih mendominasi, dengan porsi sebesar 73,4%. Sedangkan porsi utang jangka pendek hanya 26,6%.

Sebagai informasi, kategori utang jangka panjang adalah yang jatuh tempo dalam kurun waktu lebih dari 1 tahun. Sementara utang jangka pendek adalah yang jatuh tempo dalam waktu kurang dari 1 tahun.

Dengan porsi utang jangka panjang yang jauh lebih besar ketimbang jangka pendek, setidaknya risiko ULN swasta dapat diminimalisasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(taa/dru) Next Article Naik Lagi, Utang Luar Negeri RI Jadi Rp 5.700 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular