Habibie Ungkap 'Kartu Mati' Usai Demo 22 Mei, Apa Itu?
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
24 May 2019 17:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menggelar pertemuan dengan tokoh bangsa. Kali ini, kepala negara mengundang Presiden ke-3 Baharuddin Jusuf (BJ) Habibie ke Istana Merdeka, Jumat (24/5/2019).
Dalam pertemuan singkat dan berlangsung secara tertutup, Habibie dan Jokowi sepakat bahwa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia menjadi prioritas utama. Habibie menegaskan tak ada tawar-menawar terkait hal tersebut.
"Itu kartu mati," tegas Habibie. "Dan siapa saja yang nanti akan memimpin dan sedang memimpin, dia tidak memimpin yang memilihnya, dia memimpin seluruh bangsa Indonesia," kata dia.
Menurut Habibie, tidak seharusnya gelaran Pilpres yang dilangsungkan setiap 5 tahun digelar direspons dengan berbagai tindakan yang justru hanya akan merugikan bangsa.
"Kita tidak dibenarkan, tiap lima tahun kita ada Pilpres, apa kita akan mengambil risiko menghambat pembangunan? Mengambil risiko bahwa kita bisa diadu domba, dan sebagainya?," kata Habibie.
"Dan kalau disamakan pada keadaan waktu 98, rusuh. Banyak laporan seperti itu, tidak ada," tegas Habibie yang sekaligus menepis berbagai isu yang menyamakan demo 22 Mei 2019 seperti aksi krisis 1998.
Habibie pun teringat ketika pertama kali seorang pemimpin Indonesia dipilih oleh rakyat setelah hampir puluhan tahun diputuskan melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
"Kita pertama kalinya memiliki seorang presiden yang dipilih langsung oleh rakyat adalah Pak SBY. Yang lain masih melalui MPR. Jadi dalam hal ini, SBY masih generasi peralihan seperti saya," katanya.
"Kalau Anda menjadi presiden, tidak akan memihak yang memilih Anda saja. Tidak ada itu. Jadi saya rasa seperti itu," katanya.
(prm) Next Article Bertemu Jokowi, Habibie Ucapkan Selamat Atas Pilpres 2019
Dalam pertemuan singkat dan berlangsung secara tertutup, Habibie dan Jokowi sepakat bahwa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia menjadi prioritas utama. Habibie menegaskan tak ada tawar-menawar terkait hal tersebut.
![]() |
"Itu kartu mati," tegas Habibie. "Dan siapa saja yang nanti akan memimpin dan sedang memimpin, dia tidak memimpin yang memilihnya, dia memimpin seluruh bangsa Indonesia," kata dia.
"Kita tidak dibenarkan, tiap lima tahun kita ada Pilpres, apa kita akan mengambil risiko menghambat pembangunan? Mengambil risiko bahwa kita bisa diadu domba, dan sebagainya?," kata Habibie.
"Dan kalau disamakan pada keadaan waktu 98, rusuh. Banyak laporan seperti itu, tidak ada," tegas Habibie yang sekaligus menepis berbagai isu yang menyamakan demo 22 Mei 2019 seperti aksi krisis 1998.
Habibie pun teringat ketika pertama kali seorang pemimpin Indonesia dipilih oleh rakyat setelah hampir puluhan tahun diputuskan melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
"Kita pertama kalinya memiliki seorang presiden yang dipilih langsung oleh rakyat adalah Pak SBY. Yang lain masih melalui MPR. Jadi dalam hal ini, SBY masih generasi peralihan seperti saya," katanya.
"Kalau Anda menjadi presiden, tidak akan memihak yang memilih Anda saja. Tidak ada itu. Jadi saya rasa seperti itu," katanya.
(prm) Next Article Bertemu Jokowi, Habibie Ucapkan Selamat Atas Pilpres 2019
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular