AS Akan Jadi Negara Paling Protektif Gara-gara Trump

Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
07 May 2019 10:58
AS bisa menjadi salah satu negara paling proteksionis di dunia jika ancaman bea impor terbaru dari Presiden Donald Trump benar-benar dijalankan.
Foto: Presiden AS Donald Trump berbicara dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He di Kantor Oval Gedung Putih di Washington, AS, 4 April 2019. REUTERS / Jonathan Ernst
Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) bisa menjadi salah satu negara paling proteksionis di dunia jika ancaman bea impor terbaru dari Presiden Donald Trump benar-benar dijalankan.

Trump berkicau di akun Twitter-nya, Minggu (5/5/2019), bahwa bea impor 10% atas barang-barang China senilai US$200 miliar akan naik menjadi 25% Jumat mendatang. Ia juga mengancam akan mengenakan pungutan tambahan 25% terhadap berbagai produk made in China senilai US$325 miliar.

Berbagai bea impor AS, yang sudah lebih tinggi daripada kebanyakan negara-negara maju, akan melonjak ke level di atas kebanyakan pasar negara-negara berkembang.

"Jika AS benar-benar menjalankan ancaman perang dagang terbarunya, negara ini akan menaikkan besaran bea impor AS secara keseluruhan menjadi 7,5%, lebih tinggi daripada di banyak negara berkembang lainnya," tulis Torsten Slok, kepala ekonom Deutsche Bank, dalam email, dilansir dari CNBC International, Selasa (07/05/2019).


Rencana pengenaan bea masuk Trump mengguncang pasar keuangan global yang baru-baru ini berhasil mencetak rekor tertinggi akibat optimisme akan tercapainya kesepakatan perdagangan. Selain itu, pendapatan perusahaan yang solid juga ikut mendorong penguatan pasar.

Pada Senin, perusahaan dengan keterkaitan bisnis yang erat dengan China, seperti Apple dan Caterpillar, memimpin pelemahan pasar.

AS Akan Jadi Negara Paling Proteksionis Gara-gara TrumpFoto: Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, Menteri Keuangan Steven Mnuchin, Menteri Perdagangan Wilbur Ross, penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow dan penasihat perdagangan Gedung Putih Peter Navarro berpose untuk foto dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He, wakil menteri China dan pejabat senior sebelum dimulainya Pembicaraan perdagangan AS-Cina di Gedung Putih di Washington, AS, 21 Februari 2019. (REUTERS / Joshua Roberts)

Beberapa analis Wall Street tetap optimistis kesepakatan perdagangan akan segera terwujud dan menganggap ancaman Trump hanyalah taktik negosiasi.

Negosiasi perdagangan antara pejabat AS dan China masih dijadwalkan untuk dilanjutkan pada Rabu di Washington. Wakil Perdana Menteri China Liu He masih dijadwalkan untuk hadir meski dengan membawa delegasi yang lebih kecil dari yang direncanakan sebelumnya.
(prm) Next Article Berunding dengan China, AS Janji Akan Tetap Bersikap Keras

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular