Pindah Ibu Kota Jadi Wacana dari Era Kolonial Hingga Jokowi
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
30 April 2019 10:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Ibu Kota pindah dari Jakarta? Wacana ini tentu bukan sesuatu yang baru, sebenarnya sudah ada sejak sejak zaman Hindia Belanda.
Meskipun wacana pemindahan Ibu Kota sudah ada sejak lama, di era kemerdekaan tak ada satupun pemerintahan yang berhasil mengeksekusinya. Alhasil, Ibu Kota Indonesia , tetap saja berada di Jakarta.
Awalnya, wacana pemindahan Ibu Kota muncul pada era Gubernur Jenderal Hindia Belana Herman Willem Daendels. Pusat pemerintahan yang pada saat itu berada di Batavia - nama lain Jakarta - akan dipindah ke Surabaya.
Tak hanya Surabaya, pada zaman kolonial, ada beberapa daerah yang berpotensi menjadi Ibu Kota selain Surabaya, salah satunya Bandung. Namun, rencana tersebut tak pernah terlaksana.
Di era kemerdekaan, beberapa kota pun mulai dipertimbangkan untuk menjadi Ibu Kota lantaran pada saat itu terjadi kekacauan yang cukup besar di Jakarta karena pasukan Belanda.
Daerah-daerah tersebut yakni Bandung, Malang, Surabaya, Surakarta, Kabupaten Temanggung dan Magelang, sampai dengan Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
Menurut catatan Historia, Presiden Sukarno pada saat itu menganggap Palangka Raya merupakan tempat suci, mulia, dan agung dan cocok jadi Ibu Kota negara yang baru. Namun, Sukarno sendiri yang akhirnya menutup kemungkinan Ibu Kota berada di daerah itu.
Dalam pidato peringatan ulang tahun ke 437 Jakarta pada 22 Juni 1964, Sukarno akhirnya menetapkan Jakarta sebagai Ibu Kota negara melalui Undang-Undang (UU) 10/1964.
Meskipun sudah resmi menjadi Ibu Kota, namun wacana pemindahan Ibu Kota kembali bergulir. Kali ini, di era kepemimpinan Soeharto yang berencana menjadikan Jonggol, Bogor, sebagai Ibu Kota baru.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahkan selangkah lebih maju dengan membentuk sebuah tim khusus yang bertugas mengkaji pemindahan Ibu Kota. Namun, dua periode menjabat, rencana tersebut seakan tak pernah ada.
Begini Rencana Jokowi Pindahkan Ibukota
[Gambas:Video CNBC]
Meskipun wacana pemindahan Ibu Kota sudah ada sejak lama, di era kemerdekaan tak ada satupun pemerintahan yang berhasil mengeksekusinya. Alhasil, Ibu Kota Indonesia , tetap saja berada di Jakarta.
Awalnya, wacana pemindahan Ibu Kota muncul pada era Gubernur Jenderal Hindia Belana Herman Willem Daendels. Pusat pemerintahan yang pada saat itu berada di Batavia - nama lain Jakarta - akan dipindah ke Surabaya.
Tak hanya Surabaya, pada zaman kolonial, ada beberapa daerah yang berpotensi menjadi Ibu Kota selain Surabaya, salah satunya Bandung. Namun, rencana tersebut tak pernah terlaksana.
Daerah-daerah tersebut yakni Bandung, Malang, Surabaya, Surakarta, Kabupaten Temanggung dan Magelang, sampai dengan Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
Menurut catatan Historia, Presiden Sukarno pada saat itu menganggap Palangka Raya merupakan tempat suci, mulia, dan agung dan cocok jadi Ibu Kota negara yang baru. Namun, Sukarno sendiri yang akhirnya menutup kemungkinan Ibu Kota berada di daerah itu.
Dalam pidato peringatan ulang tahun ke 437 Jakarta pada 22 Juni 1964, Sukarno akhirnya menetapkan Jakarta sebagai Ibu Kota negara melalui Undang-Undang (UU) 10/1964.
Meskipun sudah resmi menjadi Ibu Kota, namun wacana pemindahan Ibu Kota kembali bergulir. Kali ini, di era kepemimpinan Soeharto yang berencana menjadikan Jonggol, Bogor, sebagai Ibu Kota baru.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahkan selangkah lebih maju dengan membentuk sebuah tim khusus yang bertugas mengkaji pemindahan Ibu Kota. Namun, dua periode menjabat, rencana tersebut seakan tak pernah ada.
Begini Rencana Jokowi Pindahkan Ibukota
[Gambas:Video CNBC]
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular