Di Balik Sikap 'Keukeuh' Jokowi Ingin Ibu Kota di Luar Jawa
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
29 April 2019 17:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Wacana pemindahan Ibu Kota yang sudah terdengar sejak lama, sebentar lagi akan menjadi kenyataan. Presiden Joko Widodo (Jokowi) betul-betul menyeriusi rencana tersebut.
Setidaknya, ada tiga alternatif yang masuk dalam pembahasan pemerintah. Pertama, Ibu Kota tetap di Jakarta namun dibuat menjadi Government District atau distrik khusus untuk pemerintahan Indonesia.
Kedua, yakni memindahkan pusat pemerintahan dekat dengan Jakarta, misalnya di seputaran Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek). Ini pernah dilakukan di Putra Jaya, Malaysia.
Sementara yang ketiga, yakni memindahkan Ibu Kota ke luar Jawa seperti yang dilakukan negara-negara seperti Brasil yang memindahkan Ibu Kota Rio de Janiero ke Brasilia, dekat dengan Amazon.
Bahkan, kepala negara telah memastikan bahwa calon Ibu Kota baru akan berada di luar Jawa. Kalimantan, disebut-sebut menjadi wilayah potensial yang akan menjadi Ibu Kota yang akan menjadi pusat pemerintahan.
Ada beberapa alasan utama yang mendasari Jokowi memilih Ibu Kota di luar Jawa. Keluh kesah kepala negara pun tumpah ruah di depan menteri Kabinet Kerja, karena menganggap calon Ibu Kota baru harus berada di luar Jakarta.
Berikut penjelasan lengkap Jokowi dalam rapat terbatas, yang menolak dua alternatif pemindahan dan lebih condong memilih calon Ibu Kota baru berada di luar Jakarta :
Ini kita bicara bukan hanya Jakarta, tapi berbicara mengenai Pulau Jawa. Data yang saya terima penduduk di Jawa sudah 57% dari total penduduk kita. Di Sumatera 21%, di Kalimantan 6%, nah ini masih 6%, baru 6%. Sulawesi 7%. Papua, Maluku 3%.
Pertanyaannya, apakah di Jawa mau ditambah? Sudah 57%, ada yang 6% dan 7% dan 3%. Kalau masih berpikir tiga alternatif tadi, kalau saya sih alternatif satu dan dua sudah tidak.
Kemudian, soal kemacetan kronis itu kan bukan hanya di Jakarta. di Pulau Jawa. Pemandangan kemacetan sudah kita lihat, di sejumlah titik di Pantura, utamanya. Kedua, degradasi sosial di sini sudah kelihatan semakin tajam dan kalau dilihat banjir besar di setiap musim hujan, jadi ancaman di Jakarta, tidak hanya sekarang tapi sebelumnya juga jadi ancaman.
Tapi di musim kemarau, itu air bersih hanya 2% dari kebutuhan yang ada. Ada pencemaran yang berat juga dan ini di Pulau Jawa. Sungai-sungai di Pulau Jawa merupakan 10 sungai yang paling tercemar di dunia.
Dan informasi yang saya terima, sebanyak 40.000 hektare lahan yang sangat produktif beralih fungsi di Jawa setiap tahunnya. 40.000 hektare setiap tahunnya beralih fungsi. Dari sawah ke properti.
Sehingga kita harapkan alasan-alasan dari pak menteri ini benar-benar menjadi sebuah cara kita untuk membangun anak tangga dalam mengefektifkan pengelolaan negara kita betul-betul arahnya harus ke sana.
(dru) Next Article Rencana Pemindahan Ibu Kota Bakal Dibawa ke DPR
Setidaknya, ada tiga alternatif yang masuk dalam pembahasan pemerintah. Pertama, Ibu Kota tetap di Jakarta namun dibuat menjadi Government District atau distrik khusus untuk pemerintahan Indonesia.
Kedua, yakni memindahkan pusat pemerintahan dekat dengan Jakarta, misalnya di seputaran Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek). Ini pernah dilakukan di Putra Jaya, Malaysia.
![]() |
Bahkan, kepala negara telah memastikan bahwa calon Ibu Kota baru akan berada di luar Jawa. Kalimantan, disebut-sebut menjadi wilayah potensial yang akan menjadi Ibu Kota yang akan menjadi pusat pemerintahan.
Berikut penjelasan lengkap Jokowi dalam rapat terbatas, yang menolak dua alternatif pemindahan dan lebih condong memilih calon Ibu Kota baru berada di luar Jakarta :
Ini kita bicara bukan hanya Jakarta, tapi berbicara mengenai Pulau Jawa. Data yang saya terima penduduk di Jawa sudah 57% dari total penduduk kita. Di Sumatera 21%, di Kalimantan 6%, nah ini masih 6%, baru 6%. Sulawesi 7%. Papua, Maluku 3%.
Pertanyaannya, apakah di Jawa mau ditambah? Sudah 57%, ada yang 6% dan 7% dan 3%. Kalau masih berpikir tiga alternatif tadi, kalau saya sih alternatif satu dan dua sudah tidak.
Kemudian, soal kemacetan kronis itu kan bukan hanya di Jakarta. di Pulau Jawa. Pemandangan kemacetan sudah kita lihat, di sejumlah titik di Pantura, utamanya. Kedua, degradasi sosial di sini sudah kelihatan semakin tajam dan kalau dilihat banjir besar di setiap musim hujan, jadi ancaman di Jakarta, tidak hanya sekarang tapi sebelumnya juga jadi ancaman.
Tapi di musim kemarau, itu air bersih hanya 2% dari kebutuhan yang ada. Ada pencemaran yang berat juga dan ini di Pulau Jawa. Sungai-sungai di Pulau Jawa merupakan 10 sungai yang paling tercemar di dunia.
Dan informasi yang saya terima, sebanyak 40.000 hektare lahan yang sangat produktif beralih fungsi di Jawa setiap tahunnya. 40.000 hektare setiap tahunnya beralih fungsi. Dari sawah ke properti.
Sehingga kita harapkan alasan-alasan dari pak menteri ini benar-benar menjadi sebuah cara kita untuk membangun anak tangga dalam mengefektifkan pengelolaan negara kita betul-betul arahnya harus ke sana.
(dru) Next Article Rencana Pemindahan Ibu Kota Bakal Dibawa ke DPR
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular