
Apakah MRT Jakarta Sudah Bikin Harga Properti Naik?
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
04 April 2019 15:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga rata-rata apartemen dan kantor di Jakarta belum naik meskipun Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta telah selesai dibangun, menurut perusahaan jasa properti Colliers International Indonesia.
Perusahaan juga menambahkan bahwa kenaikan harga diharapkan akan terjadi di kemudian hari.
"Harga permintaan (untuk apartemen di sekitar stasiun MRT) telah meningkat, tetapi itu tidak berarti bahwa harga jual telah naik," kata Aldi Garibaldi, senior associate director di Colliers International Indonesia.
Menurut Colliers International, kesenjangan antara permintaan dan penawaran adalah penyebab utama stagnannya pertumbuhan harga apartemen di Jakarta di kuartal pertama 2019.
Perusahaan yang menawarkan jasa penasehat dan penelitian properti itu memprediksi pertumbuhan harga akan turun menjadi 3% hingga 4% tahun ini akibat lemahnya permintaan dan ketidakpastian dalam tahun politik. Harga properti akan meningkat secara bertahap sebesar 5% hingga 6% dari tahun 2020 hingga 2021.
"Kami memproyeksikan bahwa sampai akhir 2019, prospek (harga) apartemen akan agak stagnan karena banyak investor mengambil sikap wait-and-see," kata Ferry Salanto, direktur senior Colliers International Indonesia, dilansir dari The Straits Times, Kamis (04/04/2019).
Menurut data Colliers, akan ada 37.124 unit apartemen selesai pada 2019-2021, terdiri dari 15.821 pada 2019, 11.834 pada 2020 dan 9.469 pada 2021. Pada kuartal pertama saja, ada 1.847 unit apartemen tambahan di Jakarta.
Kebijakan makroprudensial Bank Indonesia dalam hal pelonggaran uang muka atau loan-to-value (LTV) tidak mampu meningkatkan penjualan properti karena suku bunga kredit kepemilikan rumah (KPR) masih tinggi.
"Meskipun uang muka rendah, jika tingkat bunga tetap tinggi, tidak akan dapat meningkatkan penjualan properti," kata Ferry.
Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. R377 / AJ.208 / BPTK / 2017 tentang pedoman teknis untuk mengembangkan daerah perumahan transit-oriented-development (TOD) di Jabodetabek.
Beberapa pengembang terlibat dalam membangun properti hunian yang dekat dengan stasiun ini. Konsep TOD mengintegrasikan area perumahan dengan transportasi umum, sehingga penyewa struktur perumahan ini, sebagian besarnya berbentuk apartemen, akan memiliki akses mudah ke transportasi umum.
Pemerintah Jakarta telah berencana menaikkan nilai kena pajak properti bangunan yang terkena dampakĀ proyek MRT Jakarta hingga 30%.
Kenaikan ini akan berlaku untuk area di sepanjang Jl Jendral Sudirman di Jakarta Pusat, yang akan mengalami kenaikan pajak menjadi Rp 97,5 juta per meter persegi dari saat ini Rp 75 juta.
Terlepas dari lemahnya permintaan apartemen, pasar perkantoran juga mengalami kelebihan pasokan, dengan sekitar 680.000 meter persegi ruang kantor diperkirakan akan masuk ke pasar tahun ini, 7,3% lebih tinggi daripada 2018.
Pada kuartal pertama 2019, tingkat hunian rata-rata untuk gedung perkantoran di central business district (CBD) tercatat 82,5%. Colliers memperkirakan bahwa pada akhir tahun ini, dengan pasokan tambahan yang besar, tingkat hunian akan turun menjadi 81,5%.
Demikian pula, di luar wilayah CBD, tingkat hunian diperkirakan turun 3,5% hingga 4% pada akhir 2019, dari 84% dalam tiga bulan pertama tahun ini.
Saksikan video mengenai target pendapatan MRT Jakarta berikut ini.
[Gambas:Video CNBC]
(prm) Next Article Mulai Operasi 2025, Begini Progres Pembangunan MRT Fase 2A
Perusahaan juga menambahkan bahwa kenaikan harga diharapkan akan terjadi di kemudian hari.
"Harga permintaan (untuk apartemen di sekitar stasiun MRT) telah meningkat, tetapi itu tidak berarti bahwa harga jual telah naik," kata Aldi Garibaldi, senior associate director di Colliers International Indonesia.
Perusahaan yang menawarkan jasa penasehat dan penelitian properti itu memprediksi pertumbuhan harga akan turun menjadi 3% hingga 4% tahun ini akibat lemahnya permintaan dan ketidakpastian dalam tahun politik. Harga properti akan meningkat secara bertahap sebesar 5% hingga 6% dari tahun 2020 hingga 2021.
"Kami memproyeksikan bahwa sampai akhir 2019, prospek (harga) apartemen akan agak stagnan karena banyak investor mengambil sikap wait-and-see," kata Ferry Salanto, direktur senior Colliers International Indonesia, dilansir dari The Straits Times, Kamis (04/04/2019).
![]() |
Menurut data Colliers, akan ada 37.124 unit apartemen selesai pada 2019-2021, terdiri dari 15.821 pada 2019, 11.834 pada 2020 dan 9.469 pada 2021. Pada kuartal pertama saja, ada 1.847 unit apartemen tambahan di Jakarta.
Kebijakan makroprudensial Bank Indonesia dalam hal pelonggaran uang muka atau loan-to-value (LTV) tidak mampu meningkatkan penjualan properti karena suku bunga kredit kepemilikan rumah (KPR) masih tinggi.
"Meskipun uang muka rendah, jika tingkat bunga tetap tinggi, tidak akan dapat meningkatkan penjualan properti," kata Ferry.
Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. R377 / AJ.208 / BPTK / 2017 tentang pedoman teknis untuk mengembangkan daerah perumahan transit-oriented-development (TOD) di Jabodetabek.
Beberapa pengembang terlibat dalam membangun properti hunian yang dekat dengan stasiun ini. Konsep TOD mengintegrasikan area perumahan dengan transportasi umum, sehingga penyewa struktur perumahan ini, sebagian besarnya berbentuk apartemen, akan memiliki akses mudah ke transportasi umum.
Pemerintah Jakarta telah berencana menaikkan nilai kena pajak properti bangunan yang terkena dampakĀ proyek MRT Jakarta hingga 30%.
Kenaikan ini akan berlaku untuk area di sepanjang Jl Jendral Sudirman di Jakarta Pusat, yang akan mengalami kenaikan pajak menjadi Rp 97,5 juta per meter persegi dari saat ini Rp 75 juta.
Terlepas dari lemahnya permintaan apartemen, pasar perkantoran juga mengalami kelebihan pasokan, dengan sekitar 680.000 meter persegi ruang kantor diperkirakan akan masuk ke pasar tahun ini, 7,3% lebih tinggi daripada 2018.
Pada kuartal pertama 2019, tingkat hunian rata-rata untuk gedung perkantoran di central business district (CBD) tercatat 82,5%. Colliers memperkirakan bahwa pada akhir tahun ini, dengan pasokan tambahan yang besar, tingkat hunian akan turun menjadi 81,5%.
Demikian pula, di luar wilayah CBD, tingkat hunian diperkirakan turun 3,5% hingga 4% pada akhir 2019, dari 84% dalam tiga bulan pertama tahun ini.
Saksikan video mengenai target pendapatan MRT Jakarta berikut ini.
[Gambas:Video CNBC]
(prm) Next Article Mulai Operasi 2025, Begini Progres Pembangunan MRT Fase 2A
Most Popular