Tahun Ini, 570 MW Pembangkit EBT Bakal Beroperasi

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
26 March 2019 10:53
Pengerjaan proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt (MW) masih terus berjalan.
Foto: Foto/Megahnya PLTU Paiton, Pembangkit Listrik Terbesar Se-Asia Tenggara/ PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pengerjaan proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt (MW) masih terus berjalan. PT PLN (Persero) bahkan menegaskan tahun ini akan ada 570 MW pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) yang beroperasi.

"Ada sekitar 570 MW nanti yang merupakan pembangkit EBT yang akan masuk di tahun ini," kata Direktur Perencanaan Korporat PLN Syofvi Felienty Roekman, ketika dijumpai di Jakarta, Senin (18/3/2019).

PLN memperkirakan progres proyek 35.000 MW tahun ini akan masuk sekitar 3.800 MW. Tambahan paling besar ialah masuknya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkapasitas 1.000 MW. 

"Kami perkirakan di tahun ini ada tambahan sekitar 3.800 MW lagi. Untuk proyek 35.000 MW, memang karena penyesuaian pasokan dan permintaan, 35.000 MW ini programnya tetap kami jalankan, tapi nanti ada beberapa power plant yang beroperasi di 2023 dan 2024," katanya.

Berdasarkan data Kementerian ESDM yang diperoleh CNBC Indonesia, hingga 15 Februari 2019, proyek pembangkit listrik 35.000 MW yang telah memasuki tahap operasi ada sekitar 9%, naik 1% dibanding capaian di akhir tahun lalu, sedangkan untuk tahap konstruksinya sudah sekitar 58%.


Adapun, yang sudah melakukan kontrak jual beli atau Power Purchasing Agreement (PPA) sekitar 27%, dan yang masih dalam proses pengadaan dan perencanaan masing-masing sekitar 3%.

Kementerian ESDM menjelaskan, penyelesaian pembangkit listrik memang terkesan baru. Namun, apabila dilihat secara total, proyek yang telah diteken kontrak mencapai 93,74%, tersisa 6,26% yang belum teken kontrak (PPA).


Ada 570 MW Pembangkit EBT Beroperasi Tahun IniFoto: Kementerian ESDM

Masih dari data ESDM, sebanyak 9% proyek pembangkit yang sudah beroperasi secara komersial (Comercial Operation Date/COD).

Pembangkit listrik tersebut terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Mesin Gas (PLTG/MG), Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM), dan EBT skala kecil.


Adapun skala kecil itu yakni Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Bahan Bakar Nabati (PLTBn), Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm), dan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) 
karena memang masa konstruksi pembangkit jenis tersebut relatif singkat (sekitar 12-24 bulan). 

Di sisi lain, sebanyak 58% proyek yang masih dalam tahap konstruksi terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU), PLTU, dan Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA). Persiapan proyek dan proses konstruksi pembangkit listrik jenis tersebut membutuhkan waktu yang relatif lama.

Lebih lanjut, 
27% proyek pembangkit yang telah kontrak (PPA) saat ini dalam proses pemenuhan persyaratan pendanaan agar tercapai financial closing/effective date.

Untuk mencapainya, harus menyelesaikan antara lain pembebasan lahan dan izin lingkungan (AMDAL/UKL/UPL). Sisa 6% ditargetkan tuntas proses pengadaannya paling lama tahun ini.

Sebagai informasi, berdasarkan RUPTL 2019-2028, PLN mematok target penambahan pembangkit listrik dari EBT sebesar 16.714 MW selama 10 tahun ke depan. Untuk 2019, rencana penambahan kapasitas baru EBT sebesar 560 MW.


(tas) Next Article Hingga Oktober 2019, PLN Kelola Pembangkit EBT 7.435 MW

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular