Internasional
Harunya Jumatan Bersejarah Pasca-Penembakan Christchurch
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
25 March 2019 07:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Ibadah shalat Jumat pada 22 Maret 2019 pekan lalu adalah hari paling haru sekaligus bersejarah bagi masyarakat Selandia Baru.
Bagaimana tidak, hari itu adalah tepat sepekan berlalunya aksi terorisme berupa penembakan yang terjadi di dua masjid di Christchurch dan menewaskan 50 orang.
Perdana Menteri Jacinda Ardern bergabung dengan sekitar 20.000 orang yang berdiri di Hagley Park, di depan masjid Al Noor, di mana sebagian besar korban tewas saat menjalankan shalat Jumat pada 15 Maret 2019.
"Selandia Baru berduka bersamamu. Kita adalah satu," katanya dalam pidato singkat, diikuti oleh dua menit mengheningkan cipta, seperti dilansir dari Reuters.
Sebagian besar korban penembakan massal terburuk di Selandia Baru itu adalah imigran atau pengungsi dari negara-negara seperti Pakistan, India, Malaysia, Indonesia, Turki, Somalia, Afghanistan, dan Bangladesh.
"Hati kita hancur, tetapi kita sendiri tidak hancur. Kita masih hidup, kita bersama-sama, kita bertekad untuk tidak membiarkan siapa pun memecah belah kita," kata Imam Gamal Fouda kepada warga yang hadir. Banyak di antaranya mengenakan hijab untuk mendukung komunitas Muslim yang berduka.
"Kepada keluarga para korban, orang-orang terkasihmu tidak mati sia-sia. Darah mereka telah menyirami benih harapan," katanya dalam doa yang disiarkan secara nasional.
Puluhan ribu orang memberikan penghormatan di seluruh negeri dengan beberapa bergandengan tangan di depan masjid. Yang lainnya mengucapkan doa di sekolah, kafe, dan bahkan kantor.
Di Christchurch, kerabat para korban dan pelayat lainnya memadati sebuah pemakaman di mana 27 dari para korban dimakamkan.
Warga Australia, Brenton Tarrant (28) seorang tersangka pendukung supremasi kulit putih, telah didakwa dengan satu tuduhan pembunuhan setelah serangan Christchurch. Dia dijadwalkan kembali ke pengadilan pada 5 April, ketika polisi mengatakan dia kemungkinan akan menghadapi lebih banyak dakwaan.
Saksikan video mengenai jumatan pertama setelah penembakan Christchurch tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
(prm) Next Article PM Selandia Baru: Jangan Sebut Nama si Teroris!
Bagaimana tidak, hari itu adalah tepat sepekan berlalunya aksi terorisme berupa penembakan yang terjadi di dua masjid di Christchurch dan menewaskan 50 orang.
Perdana Menteri Jacinda Ardern bergabung dengan sekitar 20.000 orang yang berdiri di Hagley Park, di depan masjid Al Noor, di mana sebagian besar korban tewas saat menjalankan shalat Jumat pada 15 Maret 2019.
Sebagian besar korban penembakan massal terburuk di Selandia Baru itu adalah imigran atau pengungsi dari negara-negara seperti Pakistan, India, Malaysia, Indonesia, Turki, Somalia, Afghanistan, dan Bangladesh.
"Hati kita hancur, tetapi kita sendiri tidak hancur. Kita masih hidup, kita bersama-sama, kita bertekad untuk tidak membiarkan siapa pun memecah belah kita," kata Imam Gamal Fouda kepada warga yang hadir. Banyak di antaranya mengenakan hijab untuk mendukung komunitas Muslim yang berduka.
"Kepada keluarga para korban, orang-orang terkasihmu tidak mati sia-sia. Darah mereka telah menyirami benih harapan," katanya dalam doa yang disiarkan secara nasional.
![]() |
Puluhan ribu orang memberikan penghormatan di seluruh negeri dengan beberapa bergandengan tangan di depan masjid. Yang lainnya mengucapkan doa di sekolah, kafe, dan bahkan kantor.
Di Christchurch, kerabat para korban dan pelayat lainnya memadati sebuah pemakaman di mana 27 dari para korban dimakamkan.
Warga Australia, Brenton Tarrant (28) seorang tersangka pendukung supremasi kulit putih, telah didakwa dengan satu tuduhan pembunuhan setelah serangan Christchurch. Dia dijadwalkan kembali ke pengadilan pada 5 April, ketika polisi mengatakan dia kemungkinan akan menghadapi lebih banyak dakwaan.
Saksikan video mengenai jumatan pertama setelah penembakan Christchurch tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
(prm) Next Article PM Selandia Baru: Jangan Sebut Nama si Teroris!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular