Debat Cawapres 2019

Jadi Isu Saat Ma'ruf vs Sandi, Apa itu Stunting?

Muhammad Iqbal, CNBC Indonesia
17 March 2019 22:20
Stunting menjadi salah satu isu utama dalam debat cawapres antara KH Ma'ruf Amin dan Sandiaga Uno di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/3/2019).
Foto: Suasana Debat Pilpres 2019 tahap ketiga di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/3). Debat pilpres ketiga membahas soal pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, serta sosial dan budaya. (CNBC Indonesia/Andream Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Stunting menjadi salah satu isu utama dalam debat calon wakil presiden antara KH Ma'ruf Amin dan Sandiaga Uno di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/3/2019). Lantas, apa itu stunting?

Dilansir CNBC Indonesia dari situs resmi Kementerian Kesehatan, Minggu (17/3/2019), stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak, yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia Indonesia, juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Hal itu dikarenakan anak yang menderita stunting bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh pendek/kerdil) saja, melainkan juga terganggu perkembangan otaknya. Hal itu tentu akan sangat memengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif.



Laman Kemenkes menuliskan, kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya.

Padahal, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.

Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih.

Diterangkan Menkes, kesehatan berada di hilir. Seringkali masalah-masalah non-kesehatan menjadi akar dari masalah stunting, baik itu masalah ekonomi, politik, sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan, serta masalah degradasi lingkungan. Karena itu, ditegaskan oleh Menkes, kesehatan membutuhkan peran semua sektor dan tatanan masyarakat.



Pemerintah terus memperkuat upaya penanganan stunting kepada balita. Pasalnya, fenomena stunting menimbulkan dampak ekonomi yang tidak sedikit.

Menteri Perencanan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang PS Brodjonegoro mengungkapkan Bank Dunia mencatat ada 9 juta anak yang mengalami gagal tumbuh dari total 159 juta anak di dunia.

"Riset World Bank pada 2016 juga menunjukkan kerugian ekonomi akibat stunting mencapai 2%-3% dari PDB per tahun, atau sekitar Rp 400 triliun per tahun," ungkap Bambang dalam Widayakarya Nasional Pangan dan Gizi XI, Selasa (3/7/2018).

Menurut kajian Bappenas, Bambang menyatakan persoalan ini tidak hanya melanda provinsi-provinsi miskin, melainkan seluruh provinsi di Indonesia. Bahkan, lanjutnya, DKI Jakarta juga tidak bisa bebas dari stunting, khususnya di wilayah administratif Kepulauan Seribu.

Untuk itu, dia mengatakan penanganan stunting telah mendapat prioritas anggaran dari pemerintah. Sehingga, penanganan stunting tidak lagi hanya menjadi tanggung jawab Kementerian Kesehatan, tetapi juga semua kementerian dan lembaga.

Simak video terkait stunting di bawah ini.

[Gambas:Video CNBC]
(miq) Next Article Prabowo: Sumber Daya Manusia RI Kurang Gizi

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular