
Jelang Ma'ruf vs Sandi: Keahlian Tenaga Kerja RI Masih 1.0
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
14 March 2019 15:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Komisi Pemiliihan Umum (KPU) pada Minggu, (17/3/2019) akan menggelar debat ketiga pemilihan presiden 2019 yang mengusung tema pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, sosial, dan budaya.
Debat ketiga yang akan digelar di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, akan diikuti calon wakil presiden nomor urut 01 KH Ma'ruf Amin dan calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Salahuddin Uno.
Dalam debat ketiga, kedua calon diharapkan betul-betul memberikan solusi konkret dalam menyelesaikan persoalan, terutama di sektor pekerjaan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan kedua pasangan terkait hal tersebut.
Pertama, penurunan tingkat pengangguran yang kian lamban. Sejak 2007, tingkat pengangguran terbuka berada di angka 9,11%. Namun dalam jangka waktu 10 tahun di dua pemerintahan berbeda, angka tersebut baru turun tak sampai 5%.
"Kalau dihitung di berbagai sektor dan informal, kemudian juga orang yang unemployment, bekerja tapi tidak full time, jumlahnya itu 2-3 kali lipat dari yang nganggur," kata Ekonom Senior INDEF Fadhil Hasan di Jakarta, Kamis (14/3/2019).
Terbukti, triliunan dana desa yang disalurkan pemerintah pun tak begitu efektif untuk menekan angka pengangguran secara masif. Angka penurunan pengangguran stagnan, bahkan pada 2018 angka pengangguran di pedesaan malah meningkat tipis.
Kedua, geliat industri turun membuat angkatan kerja tak tertampung. Menurut Fadhil, deindustrialisasi pada akhirnya menyumbat aliran angkatan kerja yang terserap di pasar tenaga kerja. Belum lagi, ditambah dengan seretnya investasi di sektor tenaga kerja.
"Akhirnya, sektor jasa informal jadi pelarian atas sulitnya mendapat pekerjaan baik karena hambatan kapasitas maupun lowongan kerja yang terbatas," katanya.
Ketiga, produktivitas angkatan kerja yang rendah yang tercermin dari Total Factor Productivity (TFP) Indonesia yang lebih rendah dibandingkan negara lain. Belum lagi, dari sisi efektivitas pelatihan tenaga kerja yang sama sekali tidak memberikan jaminan kepada pekerja.
"Pendidikan, keahlian tenaga kerja kita masih pada era ekonomi 1.0, sementara perkembangan ekonomi sudah ke arah 4.0. Jadi ada gap antara kesiapan tenaga kerja dan ekonomi," tegasnya.
Keempat, kebijakan pengupahan yang acak-acakan, jaminan sosial bagi tenaga kerja pun tak pasti. Hal ini, kerap kali membuat para pekerja jauh dari kesejahteraannya.
Simak video terkait pengangguran di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Ribut-ribut AS vs China, Prabowo-Sandi Dukung Siapa?
Debat ketiga yang akan digelar di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, akan diikuti calon wakil presiden nomor urut 01 KH Ma'ruf Amin dan calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Salahuddin Uno.
Dalam debat ketiga, kedua calon diharapkan betul-betul memberikan solusi konkret dalam menyelesaikan persoalan, terutama di sektor pekerjaan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan kedua pasangan terkait hal tersebut.
![]() |
Pertama, penurunan tingkat pengangguran yang kian lamban. Sejak 2007, tingkat pengangguran terbuka berada di angka 9,11%. Namun dalam jangka waktu 10 tahun di dua pemerintahan berbeda, angka tersebut baru turun tak sampai 5%.
"Kalau dihitung di berbagai sektor dan informal, kemudian juga orang yang unemployment, bekerja tapi tidak full time, jumlahnya itu 2-3 kali lipat dari yang nganggur," kata Ekonom Senior INDEF Fadhil Hasan di Jakarta, Kamis (14/3/2019).
Terbukti, triliunan dana desa yang disalurkan pemerintah pun tak begitu efektif untuk menekan angka pengangguran secara masif. Angka penurunan pengangguran stagnan, bahkan pada 2018 angka pengangguran di pedesaan malah meningkat tipis.
Kedua, geliat industri turun membuat angkatan kerja tak tertampung. Menurut Fadhil, deindustrialisasi pada akhirnya menyumbat aliran angkatan kerja yang terserap di pasar tenaga kerja. Belum lagi, ditambah dengan seretnya investasi di sektor tenaga kerja.
"Akhirnya, sektor jasa informal jadi pelarian atas sulitnya mendapat pekerjaan baik karena hambatan kapasitas maupun lowongan kerja yang terbatas," katanya.
![]() |
Ketiga, produktivitas angkatan kerja yang rendah yang tercermin dari Total Factor Productivity (TFP) Indonesia yang lebih rendah dibandingkan negara lain. Belum lagi, dari sisi efektivitas pelatihan tenaga kerja yang sama sekali tidak memberikan jaminan kepada pekerja.
"Pendidikan, keahlian tenaga kerja kita masih pada era ekonomi 1.0, sementara perkembangan ekonomi sudah ke arah 4.0. Jadi ada gap antara kesiapan tenaga kerja dan ekonomi," tegasnya.
Keempat, kebijakan pengupahan yang acak-acakan, jaminan sosial bagi tenaga kerja pun tak pasti. Hal ini, kerap kali membuat para pekerja jauh dari kesejahteraannya.
Simak video terkait pengangguran di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Ribut-ribut AS vs China, Prabowo-Sandi Dukung Siapa?
Most Popular