5 Bulan Jatuh 2 Kali, Ini Riwayat Boeing 737 MAX Rp1,6 T
Wahyu Daniel, CNBC Indonesia
13 March 2019 15:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Boeing 737 MAX awalnya menjadi kebanggaan bagi produsen pesawat asal Amerika Serikat (AS) ini. Boeing memprediksi di awal tahun ini, bahwa 2019 akan ada rekor laba dan pengiriman pesawat. Berkat 737 MAX, yang disebut sebagai model paling laku.
Namun sekarang, dua bulan setelah prediksi tersebut, Boeing mengalami masalah serius. Karena jatuhnya pesawat Boeing 737 MAX 8 milik Ethiopian Airlines pada hari Minggu dan menewaskan 157 penumpang. Lima bulan sebelumnya, atau di Oktober 2018, pesawat jenis yang sama milik Lion Air juga jatuh dan menewaskan 189 penumpang. Kejadiannya mirip, kedua pesawat jatuh beberapa menit setelah lepas landas.
Kejadian ini sontak membuat banyak negara dan maskapai melarang sementara penggunaan Boeing 737 MAX 8, hingga ada kejelasan penyebab kecelakaan.
Awal mula 737 MAX?
Dilansir dari AFP, Rabu (13/3/2019), Boeing 737 MAX memulai debutnya pada Mei 2017. Model ini keluar sebagai respons dari keluarnya Airbus A320 NEO. Boeing 737 MAX memiliki empat varian, yaitu MAX 7, 8, 9, dan 10.
Boeing 737 MAX dibanderol US$ 117,1 juta atau Rp 1,67 triliun per unit. Tahun lalu, pesawat ini menyumbang 1/3 dari laba Boeing. Hingga akhir Januari 2019, sebanyak 4.661 unit pesawat Boeing 737 MAX telah dipesan, atau menyumbang 80% dari seluruh pesanan pesawat Boeing.
Tiap bulan, Boeing memproduksi 52 pesawat. Dan tahun ini kapasitas produksi akan ditingkatkan menjadi 57 unit/bulan. Targetnya, dalam setahun Boeing akan mengirimkan 905 unit pesawat, naik dari tahun lalu 895 unit.
Namun jalan nasib berubah. Insiden jatuhnya Boeing 737 MAX 8 milik Ethiopian Airlines membuat banyak negara dan maskapai mengandangkan operasional Boeing 737 MAX 8 milik mereka. Mayoritas dari 350 unit Boeing 737 MAX 8 yang beroperasi di seluruh dunia terpaksa dikandangkan. Negara-negara dan para maskapai tersebut khawatir akan ada kejadian serupa.
AS sendiri masih mengoperasikan pesawat jenis tersebut, namun regulator meminta Boeing memodifikasi kontrol penerbangan pesawat, termasuk sistem pencegahan stall yang disebut 'MCAS'.
Sampai saat ini memang belum ada maskapai yang membatalkan pemesanan Boeing 737 MAX 8. Maskapai Lion Air di Indonesia hanya menunda pengiriman Boeing 737 MAX 8 yang harusnya dikirim tahun ini, sampai ada hasil investigasi soal jatuhnya pesawat Boeing 737 MAX 8 miliknya dan milik Ethiopian Airlines.
Namun muncul isu Lion Air akan mengalihkan Boeing 737 MAX 8 ke Airbus. "Pengalihan (ke Airbus) atau yang lain kami belum bisa jawab. Tapi kami sudah tandatangani kontrak dulu," jelas Direktur Operasional Lion Air, Daniel Putut.
Lion Air memesan 222 unit Boeing 737, dari jumlah tersebut sebanyak 218 unit adalah Boeing 737 MAX.
Sejauh ini, jatuhnya Boeing 737 MAX 8 milik Ethiopian Airlines membuat saham Boeing jatuh lebih dari 11%. Kapitalisasi pasarnya jatuh US$ 27 miliar. Bila penyebab kecelakaan dari Ethiopian Airlines dan Lion Air sama, maka konsekuensi ekonominya akan minimal. Karena Boeing hanya tinggal melakukan update software kontrol penerbangan.
Namun bila penyebab kecelakaan dua pesawat berbeda, maka ongkos yang harus ditanggung Boeing akan besar.
Bila dua insiden ini berdampak kepada menurunnya pesanan Boeing, maka dampak ekonominya akan besar. Boeing memiliki 150 ribu pegawai dan banyak suplier. Jadi banyak pihak yang akan terkena krisis tersebut.
Saksikan video 'Black Box Pesawat Nahas ET-302 Ditemukan'
[Gambas:Video CNBC]
(wed/gus) Next Article Ini Daftar 6 Negara yang Larang Sementara Boeing 737 MAX 8
Namun sekarang, dua bulan setelah prediksi tersebut, Boeing mengalami masalah serius. Karena jatuhnya pesawat Boeing 737 MAX 8 milik Ethiopian Airlines pada hari Minggu dan menewaskan 157 penumpang. Lima bulan sebelumnya, atau di Oktober 2018, pesawat jenis yang sama milik Lion Air juga jatuh dan menewaskan 189 penumpang. Kejadiannya mirip, kedua pesawat jatuh beberapa menit setelah lepas landas.
Kejadian ini sontak membuat banyak negara dan maskapai melarang sementara penggunaan Boeing 737 MAX 8, hingga ada kejelasan penyebab kecelakaan.
Awal mula 737 MAX?
Dilansir dari AFP, Rabu (13/3/2019), Boeing 737 MAX memulai debutnya pada Mei 2017. Model ini keluar sebagai respons dari keluarnya Airbus A320 NEO. Boeing 737 MAX memiliki empat varian, yaitu MAX 7, 8, 9, dan 10.
Boeing 737 MAX dibanderol US$ 117,1 juta atau Rp 1,67 triliun per unit. Tahun lalu, pesawat ini menyumbang 1/3 dari laba Boeing. Hingga akhir Januari 2019, sebanyak 4.661 unit pesawat Boeing 737 MAX telah dipesan, atau menyumbang 80% dari seluruh pesanan pesawat Boeing.
Tiap bulan, Boeing memproduksi 52 pesawat. Dan tahun ini kapasitas produksi akan ditingkatkan menjadi 57 unit/bulan. Targetnya, dalam setahun Boeing akan mengirimkan 905 unit pesawat, naik dari tahun lalu 895 unit.
Namun jalan nasib berubah. Insiden jatuhnya Boeing 737 MAX 8 milik Ethiopian Airlines membuat banyak negara dan maskapai mengandangkan operasional Boeing 737 MAX 8 milik mereka. Mayoritas dari 350 unit Boeing 737 MAX 8 yang beroperasi di seluruh dunia terpaksa dikandangkan. Negara-negara dan para maskapai tersebut khawatir akan ada kejadian serupa.
AS sendiri masih mengoperasikan pesawat jenis tersebut, namun regulator meminta Boeing memodifikasi kontrol penerbangan pesawat, termasuk sistem pencegahan stall yang disebut 'MCAS'.
Sampai saat ini memang belum ada maskapai yang membatalkan pemesanan Boeing 737 MAX 8. Maskapai Lion Air di Indonesia hanya menunda pengiriman Boeing 737 MAX 8 yang harusnya dikirim tahun ini, sampai ada hasil investigasi soal jatuhnya pesawat Boeing 737 MAX 8 miliknya dan milik Ethiopian Airlines.
Namun muncul isu Lion Air akan mengalihkan Boeing 737 MAX 8 ke Airbus. "Pengalihan (ke Airbus) atau yang lain kami belum bisa jawab. Tapi kami sudah tandatangani kontrak dulu," jelas Direktur Operasional Lion Air, Daniel Putut.
![]() |
Lion Air memesan 222 unit Boeing 737, dari jumlah tersebut sebanyak 218 unit adalah Boeing 737 MAX.
Sejauh ini, jatuhnya Boeing 737 MAX 8 milik Ethiopian Airlines membuat saham Boeing jatuh lebih dari 11%. Kapitalisasi pasarnya jatuh US$ 27 miliar. Bila penyebab kecelakaan dari Ethiopian Airlines dan Lion Air sama, maka konsekuensi ekonominya akan minimal. Karena Boeing hanya tinggal melakukan update software kontrol penerbangan.
Namun bila penyebab kecelakaan dua pesawat berbeda, maka ongkos yang harus ditanggung Boeing akan besar.
Bila dua insiden ini berdampak kepada menurunnya pesanan Boeing, maka dampak ekonominya akan besar. Boeing memiliki 150 ribu pegawai dan banyak suplier. Jadi banyak pihak yang akan terkena krisis tersebut.
Saksikan video 'Black Box Pesawat Nahas ET-302 Ditemukan'
[Gambas:Video CNBC]
(wed/gus) Next Article Ini Daftar 6 Negara yang Larang Sementara Boeing 737 MAX 8
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular