
Jokowi: Impor Jagung Sekarang Kecil Sekali
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
01 March 2019 15:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali mengklaim pemerintahannya berhasil menurunkan akselerasi impor jagung dari 3,5 juta ton menjadi 180.000 ton.
Hal tersebut dikemukakan kepala negara saat memberikan sambutan pada panen raya jagung di Desa Botuwombatu, Kabupaten Gorontalo Utara, Gorontalo, Jumat (1/3/2019).
"Kecil sekali [impor jagung], karena sudah bisa disuplai dari produksi para petani jagung," kata Jokowi, seperti dikutip dari laman setkab.go.id.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam publikasinya yang berjudul Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Impor November 2018, Indonesia sudah mengimpor jagung sebanyak 587,2 ribu ton sepanjang Januari-November 2018.
Bahkan angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya yang juga mengimpor sebanyak 517,4 ribu ton jagung. Meskipun secara rata-rata kepemimpinan Jokowi, impor jagung sudah berkurang dari separuhnya.
Menurut Jokowi, produksi jagung dari petani saat ini telah membuat Indonesia tak lagi bergantung pada jagung impor jagung yang kerap kali dilakukan pemerintah dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, Jokowi tak ingin produksi jagung yang berlipat ganda ini justru malah membuat harga turun. Mau tidak mau, sebagian produksi pun harus diekspor ke negara lain.
"Untuk apa? Agar harga ini stabil pada posisi yang baik dan menguntungkan. Kalau produksinya semakin banyak dan kita tidak bisa menjualnya ke luar, harganya akan jatuh, rata-rata seperti itu," kata Jokowi.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mencontohkan dari tanaman cabai. Ketika harga tinggi, semua petani menanam cabai namun saat produksinya membludak, justru mengalami kerugian.
"Ini yang harus kita jaga karena kalau harga tinggi misalnya cabai harga tinggi ibu-ibu pasti semuanya mengeluh harga tinggi. Tetapi kalau harga jatuh, murah, petaninya yang teriak-teriak," ujar Presiden.
Jokowi pun menceritakan bagaimana sulitnya pemerintah menjaga harga komoditas pangan, termasuk jagung. Bahkan, ia mengaku pernah diprotes para petani jagung di 2014 lalu.
Bahkan, kesulitan mengendalikan harga jagung tak hanya terjadi di Gorontalo, melainkan juga di daerah lain seperti Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, hingga Jawa Barat.
"Tapi juga sekali lagi kalau suplainya selalu banyak dan kita tidak bisa membuang sebagian produksi itu keluar harga bisa jatuh lagi," ucap Presiden mengingatkan.
(wed/wed) Next Article Karena Salah Hitung, RI Harus Impor Ratusan Ribu Ton Jagung
Hal tersebut dikemukakan kepala negara saat memberikan sambutan pada panen raya jagung di Desa Botuwombatu, Kabupaten Gorontalo Utara, Gorontalo, Jumat (1/3/2019).
"Kecil sekali [impor jagung], karena sudah bisa disuplai dari produksi para petani jagung," kata Jokowi, seperti dikutip dari laman setkab.go.id.
Bahkan angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya yang juga mengimpor sebanyak 517,4 ribu ton jagung. Meskipun secara rata-rata kepemimpinan Jokowi, impor jagung sudah berkurang dari separuhnya.
Menurut Jokowi, produksi jagung dari petani saat ini telah membuat Indonesia tak lagi bergantung pada jagung impor jagung yang kerap kali dilakukan pemerintah dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, Jokowi tak ingin produksi jagung yang berlipat ganda ini justru malah membuat harga turun. Mau tidak mau, sebagian produksi pun harus diekspor ke negara lain.
"Untuk apa? Agar harga ini stabil pada posisi yang baik dan menguntungkan. Kalau produksinya semakin banyak dan kita tidak bisa menjualnya ke luar, harganya akan jatuh, rata-rata seperti itu," kata Jokowi.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mencontohkan dari tanaman cabai. Ketika harga tinggi, semua petani menanam cabai namun saat produksinya membludak, justru mengalami kerugian.
"Ini yang harus kita jaga karena kalau harga tinggi misalnya cabai harga tinggi ibu-ibu pasti semuanya mengeluh harga tinggi. Tetapi kalau harga jatuh, murah, petaninya yang teriak-teriak," ujar Presiden.
Jokowi pun menceritakan bagaimana sulitnya pemerintah menjaga harga komoditas pangan, termasuk jagung. Bahkan, ia mengaku pernah diprotes para petani jagung di 2014 lalu.
Bahkan, kesulitan mengendalikan harga jagung tak hanya terjadi di Gorontalo, melainkan juga di daerah lain seperti Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, hingga Jawa Barat.
"Tapi juga sekali lagi kalau suplainya selalu banyak dan kita tidak bisa membuang sebagian produksi itu keluar harga bisa jatuh lagi," ucap Presiden mengingatkan.
(wed/wed) Next Article Karena Salah Hitung, RI Harus Impor Ratusan Ribu Ton Jagung
Most Popular