Jokowi, Avtur, dan Jeritan Industri yang Babak Belur

Chandra Gian Asmara & Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
12 February 2019 11:43
Polemik harga avtur semakin menjadi, Presiden Joko Widodo ikut buka suara
Foto: Ilustrasi Pesawat (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia- Akhir tahun lalu, ribut-ribut soal tiket pesawat yang naik hampir dua kali lipat mewarnai pemberitaan. Ujungnya seperti biasa, maskapai berdalih kenaikan tiket menjadi keniscayaan di saat harga bahan bakar merangkak naik.

Harga tiket akhirnya diturunkan oleh maskapai, tapi asosiasi perusahaan penerbangan nasional Indonesia (INACA) tetap mengeluhkan soal harga avtur yang memakan porsi signifikan dalam biaya penerbangan pesawat. "Dari INACA kami berharap, bisa menurunkan cost atau tarif atau harga variabel cukup signifikan. Kami berharap Pertamina bisa menurunkan [avtur] 10%," ujarnya di Jakarta, Minggu (13/1/2019).



Dari dokumen Kementerian Perhubungan yang didapat CNBC, soal biaya BBM memang menelan porsi signifikan yakni mencapai 24% dari total biaya. Disusul oleh komponen biaya pemeliharaan 19% dan biaya sewa pesawat 16%.

Sementara, untuk gaji crew dan teknisi masing-masing hanya 3% dan 1%.

Formula Harga Avtur Diubah
Keluhan ini bersambut, dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memang sedang menyusun formula harga avtur.

Formula ini ditetapkan dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 17K/10/MEM/2019 tentang formula harga dasar dalam perhitungan harga jual eceran jenis BBM umum jenis avtur.

Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar menjelaskan, dengan adanya formula ini, harga jual avtur memiliki batas atas dan menjadi kompetitif antara harga dengan apa yang diimpor oleh Pertamina.

"Kami taruh harganya ceiling batas atas, tadinya tidak ada formulanya, lalu dibuat formulanya batas atasnya sekian," ujar Arcandra saat dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (7/2/2019).

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menuturkan, saat ini pihaknya tengah melakukan simulasi harga terkait adanya formula tersebut. Namun, ia menekankan, pihaknya akan mengikuti aturan yang sudah dikeluarkan pemerintah.

"Sama hal-nya dengan formula harga jual eceran BBM kan, kami sesuaikan dengan peraturan pemerintah," ujar Nicke saat dijumpai di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Senin (11/2/2019).

Direktur Pemasaran Korporat Pertamina Basuki Trikora Putra menambahkan, dengan adanya formula ini, maka pertamina bisa melakukan evaluasi harga avtur dua kali dalam sebulan.

"Tergantung dinamika harganya nanti berapa, aturannya kan bisa mengalami perubahan dua kali sebulan," ujar Basuki ketika dijumpai di kesempatan yang sama.



Formula Tak Selesaikan Masalah
Nyatanya, formula baru ini tak cukup memuaskan pelaku industri baik industri penerbangan maupun turunannya.

Harga tiket pesawat dinilai masih terlalu mahal, dan berdampak pada bisnis di bawahnya seperti perhotelan, restoran, kuliner, bahkan oleh-oleh.

Ini disuarakan oleh Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani menyampaikan sejumlah permasalahan yang dihadapi industri hotel dan restoran saat ini. Masalah-masalah yang disinggung antara lain tiket pesawat yang mahal dan larangan pemerintah provinsi menggelar rapat evaluasi APBD di hotel. 

Hariyadi mengatakan permasalahan pertama berkaitan dengan harga tiket pesawat yang mahal. Hal itu dinilai merugikan masyarakat yang mengharapkan ada kepastian berupa harga tiket yang kompetitif.

"Kenapa naik sedemikian tingginya? Karena kenaikan harga avtur," ujarnya dalam Gala Dinner Peringatan HUT ke-50 PHRI di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Senin (11/2/2019). Turut hadir Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan sejumlah menteri Kabinet Kerja. 


Harga tiket yang mahal, menurut Hariyadi, berimbas kepada berkurangnya perjalanan masyarakat. Akibatnya, tingkat hunian hotel pun berkurang. Ditambah lagi ada ketentuan berupa bagasi berbayar.

"Kami berharap pemrintah dapat mencari solusi. (Masalah) Avtur segera diakhiri dengan berikan peluang (pihak lain) menjual avtur dengan harga kompetitif," kata Hariyadi.


Jokowi Turut Buka Suara
Presiden Jokowi pun terpancing atas keluhan-keluhan ini. Dalam acara makan malam di Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Presiden Joko Widodo menyebut avtur dimonopoli oleh PT Pertamina (Persero) di Bandara Soekarno-Hatta dan hitungannya lebih tinggi 30% dibanding negara lain.

"Bandingkan harga avtur di situ dengan yang di dekat-dekat kita terpaut kurang lebih 30% dan itu harus dibenahi," ujar Jokowi.

Rencananya, Jokowi akan memanggil para pimpinan Holding BUMN Migas ini ke istana. Menurutnya, harga avtur harus sama dengan negara lain. "Ada yang namanya daya saing, competitiveness, kalau ini terus-terusan ya nanti pengaruhnya ke harga tiket pesawat," jelasnya.

Terkait ini, Deputi Pertambangan Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno menjelaskan bahwa harga avtur saat ini sudah terus diturunkan sejak November lalu. "Dan sudah disampaikan oleh Bu Menteri BUMN, coba tanya juga ke direktur Pertamina, jadi harga avtur sangat kompetitif," kata Fajar saat dijumpai di Kementerian BUMN, Selasa (12/2/2019).

Lebih lanjut, Ia malah menegaskan bahwa harga avtur di Indonesia masuk dalam peringkat tiga paling kompetitif di Asia Tenggara.

Ia belum tahu pasti mengapa Presiden Jokowi sampai berencana memanggil Pertamina terkait avtur. "Saya tidak tahu, tidak bisa jawab apalagi hubungannya sampai ke soal penumpang. Penumpang kan hubungannya dengan harga tiket, kalau hubungannya dengan sepinya hotel saya tidak tahu, kejauhan kali ya," paparnya.

Saksikan video soal pernyataan Presiden Joko Widodo terkait monopoli harga avtur 

[Gambas:Video CNBC]
(gus/gus) Next Article Harga Avtur Terlalu Mahal, Karena Monopoli Pertamina?

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular