
Petani Tebu Curhat ke Jokowi: Dari Impor Hingga Soal Harga
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
06 February 2019 17:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggelar silaturahmi dengan ratusan petani tebu yang dari berbagai wilayah Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Rabu (6/2/2018).
Para petani yang diwakili oleh Soemitro Samadikun langsung menyampaikan keluh kesah di depan Presiden, yang didampingi oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution.
"Petani tebu hari-hari ini mengalami agak sulit menjual gula kami di pasar karena maksud bapak berikan pelayanan kepada konsumen dengan cara impor," kata Soemitro.
Ia menjelaskan, maraknya gula impor yang beredar di pasaran membuat gula produksi lokal tak bisa diserap dengan optimal. Para petani tebu, pun terkena imbasnya.
Masalah, tak sampai di situ. Para petani, sambung Soemitro, sejatinya mengapresiasi langkah pemerintah menetapkan harga jual gula petani sebesar Rp 9.700 per kilogram.
"Tapi ini masih di bawah BPP [biaya pokok produksi] kami Rp 10.500. Apa yang dilakukan Bulog itu belum menyentuh seluruh petani," kata Soemitro.
"Karena yang dibeli Bulog hanya petani yang tebunya digiling di BUMN. Sedangkan yang tidak [digiling di BUMN], gulanya tidak dibeli sehingga harga jatuh," jelasnya.
Maka dari itu, ada beberapa permintaan para petani kepada Jokowi. Pertama, tak ada impor gula selama produksi para petani bisa masuk ke pasar di 2019.
Kedua, kenaikan harga BPP menjadi Rp 10.500 per kilogram. Dan terakhir, merevitalisasi sejumlah pabrik gula untuk memberikan keuntungan bagi pada petani.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Pantaskah Harga Gula Tinggi, Saat RI Rajin Impor Beras?
Para petani yang diwakili oleh Soemitro Samadikun langsung menyampaikan keluh kesah di depan Presiden, yang didampingi oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution.
"Petani tebu hari-hari ini mengalami agak sulit menjual gula kami di pasar karena maksud bapak berikan pelayanan kepada konsumen dengan cara impor," kata Soemitro.
Ia menjelaskan, maraknya gula impor yang beredar di pasaran membuat gula produksi lokal tak bisa diserap dengan optimal. Para petani tebu, pun terkena imbasnya.
Masalah, tak sampai di situ. Para petani, sambung Soemitro, sejatinya mengapresiasi langkah pemerintah menetapkan harga jual gula petani sebesar Rp 9.700 per kilogram.
"Tapi ini masih di bawah BPP [biaya pokok produksi] kami Rp 10.500. Apa yang dilakukan Bulog itu belum menyentuh seluruh petani," kata Soemitro.
"Karena yang dibeli Bulog hanya petani yang tebunya digiling di BUMN. Sedangkan yang tidak [digiling di BUMN], gulanya tidak dibeli sehingga harga jatuh," jelasnya.
Maka dari itu, ada beberapa permintaan para petani kepada Jokowi. Pertama, tak ada impor gula selama produksi para petani bisa masuk ke pasar di 2019.
Kedua, kenaikan harga BPP menjadi Rp 10.500 per kilogram. Dan terakhir, merevitalisasi sejumlah pabrik gula untuk memberikan keuntungan bagi pada petani.
Simak video terkait kedaulatan pangan dan energi di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Pantaskah Harga Gula Tinggi, Saat RI Rajin Impor Beras?
Most Popular