
Inalum: Gasifikasi PTBA Jalan Tahun Ini, Investasi US$ 2 M
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
01 February 2019 16:48

Jakarta, CNBC Indonesia- Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi Gunadi Sadikin membahas soal proyek gasifikasi batu bara yang akan digarap oleh salah satu anak usahanya, PT Bukit Asam Tbk (PTBA).
Budi mengatakan proyek gasifikasi batu bara bisa mulai jalan tahun ini. "Mudah-mudahan akan jalan tahun ini, di Peranap milik PTBA sekitar US$ 2 miliar," ujar Budi, Jumat (1/2/2019).
Ia menjelaskan proyek ini nantinya bisa menghasilkan hingga 1,2 miliar ton DME (dimethylether), untuk meneruskan misi hilirisasi batu bara dan menjadikan komoditas ini memiliki nilai tambah dengan menghasilkan synthetic natural gas (SNG),, methanol, dan juga DME.
Ini, kata dia, sekaligus bisa menekan impor LPG yang konsumsinya mencapai 7 juta metrik ton setahun dan hampir 70%-nya atau sebanyak 5 juta ton setahun. "DME lokal dari coal kita bisa kurangi impor, kurangi CAD dan bantu currency rupiah. LPG goal dari batu bara secara logika lebih murah dari gas," lanjutnya.
Tapi ia juga mengatakan peran batu bara untuk pembangkitan listrik sampai saat ini masih penting, terutama karena biaya yang lebih murah ketimbang pembangkit dengan bahan bakar diesel atau gas. "Sebagai primary energy, coal itu lebih murah daripada gas. Sehingga, bisa kurangi subsidi dari pemerintah."
(gus/gus) Next Article Pembangunan Pabrik Gasifikasi Batu Bara RI Masuk Babak Baru
Budi mengatakan proyek gasifikasi batu bara bisa mulai jalan tahun ini. "Mudah-mudahan akan jalan tahun ini, di Peranap milik PTBA sekitar US$ 2 miliar," ujar Budi, Jumat (1/2/2019).
Ini, kata dia, sekaligus bisa menekan impor LPG yang konsumsinya mencapai 7 juta metrik ton setahun dan hampir 70%-nya atau sebanyak 5 juta ton setahun. "DME lokal dari coal kita bisa kurangi impor, kurangi CAD dan bantu currency rupiah. LPG goal dari batu bara secara logika lebih murah dari gas," lanjutnya.
Tapi ia juga mengatakan peran batu bara untuk pembangkitan listrik sampai saat ini masih penting, terutama karena biaya yang lebih murah ketimbang pembangkit dengan bahan bakar diesel atau gas. "Sebagai primary energy, coal itu lebih murah daripada gas. Sehingga, bisa kurangi subsidi dari pemerintah."
(gus/gus) Next Article Pembangunan Pabrik Gasifikasi Batu Bara RI Masuk Babak Baru
Most Popular