Siap-siap! Ini Saingan Baru LPG

Monica Wareza, CNBC Indonesia
16 January 2019 19:20
Bukit Asam, Pertamina, dan Air Products and Chemicals, Inc membuat perusahaan patungan untuk memproduksi dimetil eter (DME).
Foto: PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Pertamina dan Air Products and Chemicals, Inc. menandatangani perjanjian kerja sama pembentukan perusahaan patungan (joint venture/JV) untuk memproduksi dimetil eter (DME) dalam bentuk gas (CNBC Indonesia/Monica Wareza)
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Pertamina (Persero), dan Air Products and Chemicals, Inc membuat perusahaan patungan untuk memproduksi dimetil eter (DME), yang akan menjadi pengganti bahan bakar LPG yang saat ini masih banyak diimpor.

Menteri BUMN, Rini Soemarno, mengatakan, Indonesia saat ini masih mengimpor 70% kebutuhan LPG dalam negeri, yang jumlahnya 5,5 juta ton per tahun. Impor LPG ini turut menyumbang defisit neraca perdagangan dan menggerus devisa.

"Ini (DME) memang teknologi di mana batu bara kita yang kalori rendah yang memang nggak bisa ditransport. Tapi setelah kita pelajari dari beberapa waktu lalu, memang ada teknologi di mana batu bara bisa diproses menjadi gas, lalu jadi DME. Nah DME ini ternyata mirip dengan LPG," ujar Rini usai penandatangan pembentukan perusahaan patungan tersebut di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Rabu (16/1/2019).



Apakah ke depannya DME bisa menggantikan LPG dan mengurangi impor? Rini mengatakan, menurut Pertamina, perlu sedikit perombakan di kompor sebelum menggunakan bahan bakar DME, namun perombakannya sangat minim.

"Nah ini nanti bisa 100 persen pakai DME, berarti ke depan kita nanti tidak perlu impor karena 70 persen LPG yang dijual di Indonesia masih kita impor.

Kalau teknologi ini dengan dasar batu bara bisa kita pakai untuk kompor-kompor kita. Namanya DME pengganti LPG. Jadi nanti pabriknya yang pertama ada di Peranap, Riau, itu persis di tambangnya, dekat mulut tambang (batu bara), karena memang tidak bisa diangkut," papar Rini.

Dia berharap, pabrik DME ini sudah mulai bisa dibangun pada Maret 2018 ini. Setelah itu, akan ada pabrik DME lagi yang dibangun di Tanjung Enim. Pemerintah mendorong pabrik DME untuk bisa mendorong impor.

"Target groundbreaking sih saya push-nya permulaan Maret. Harus digituinlah. Konstruksi 12-18 bulan. DME itu nanti di dalam tabung biasa saja kayak LPG," katanya.

Di tempat yang sama, Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, mengatakan nantinya di tahap pertama perusahaan tersebut akan memproduksi 1,4 juta metrik ton gas dari 5 juta metrik ton batu bara. Nicke menjamin, DME ini nantinya akan memiliki harga jual yang lebih rendah ketimbang dengan harga LPG saat ini.

Perusahaan patungan ini baru akan dibentuk pada Maret nanti setelah feasibility study selesai di akhir bulan depan. Hasil dari studi ini nantinya salah satunya berupa besaran nilai investasi yang akan dilakukan oleh ketiga perusahaan dan porsi masihng-masing perusahaan dalam JV tersebut.

Targetnya konstruksi pabrik akan dimulai tak lama setelah perusahaanya dibentuk dengan target Konstruksi selama 18-24 bulan. Diharapkan gas hasil projek ini akan bisa dikomersialisasikan pada 2021 mendatang.
(wed/dob) Next Article Mantan Bos Pertamina: DME Batu Bara Does Not Make Sense!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular