
Akhirnya, Proyek Gasifikasi Batu Bara PTBA-Pertamina Diteken
Monica Wareza, CNBC Indonesia
16 January 2019 18:25

Jakarta, CNBC Indonesia- PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Pertamina dan Air Products and Chemicals, Inc. menandatangani perjanjian kerja sama pembentukan perusahaan patungan (joint venture/JV) untuk memproduksi dimetil eter (DME) dalam bentuk gas. JV ini rencananya akan dibentuk paling lambat pada Maret 2019 nanti.
Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno mengatakan Indonesia memiliki potensi cadangan batu bara dalam jumlah besar yang bisa dimanfaatkan untuk meminimalisir ketergantungan negara terhadap impor energi. Untuk itu kerja sama ini ditujukan agar Indonesia bisa menghasilkan produk substitusi LPG yang selama ini mayoritas masih dibeli dari luar.
[Gambas:Video CNBC]
"Neraca dagang tahun lalu negatif dan impor terbesar itu dari energi. Dengan penandatanganan ini Indonesia masuk dalam tahap sustainable energi dan bisa menurunkan ketergantungan impor dengan menggunakan material dalam negeri," kata Rini di Grand Hyatt, Jakarta, Rabu (16/1).
Melalui perjanjian ini ketiga perusahaan dalam negeri dan asal Amerika ini akan mendirikan perusahaan yang bergerak di bisnis pengolahan batu bara dan produk turunannya.
Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifiin mengatakan bahwa nantinya perusahaan yang dipimpinnya akan menjadi supplier sekaligus investor, Pertamina sebagai offtaker dan invest sementara Air Products akan menjadi investor dan pemilik teknologi.
"Nanti kita akan melakukan produksi batu bara di tambang Peranap di Riau, yang selama ini belum berproduksi karena hanya memproduksi batu bara kalori rendah. Ini nanti yang akan digunakan untuk memproduksi syngas yang akan diproses menjadi gas," kata dia di kesempatan yang sama.
Dia menjelaskan, batu bara yang akan digunakan merupakan batu bara di bawah 3.600 kkal yang akan digunakan sebanyak 5 juta metrik ton per tahunnya. Sementara di tambang ini perusaaan memiliki cadangan sebanyak 600 juta metrik ton.
Lebih lanjut Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan nantinya di tahap pertama perusahaan tersebut akan memproduksi 1,4 juta metrik ton gas da 5 juta metrik ton batu bara. Dia menjamin bahwa DME ini nantinya akan memiliki harga jual yang lebih rendah ketimbang dengan harga LPG saat ini.
Perusahaan patungan ini baru akan dibentuk pada Maret nanti setelah feasibility study selesai di akhir bulan depan. Hasil dari studi ini nantinya salah satunya berupa besaran nilai investasi yang akan dilakukan oleh ketiga perusahaan dan porsi masihng-masing perusahaan dalam JV tersebut.
Targetnya konstruksi pabrik akan dimulai tak lama setelah perusahaanya dibentuk dengan target Konstruksi selama 18-24 bulan. Diharapkan gas hasil projek ini akan bisa dikomersialisasikan pada 2021 mendatang
(gus) Next Article Setelah 2025, PTBA Bisa Punya Saham 40% di Proyek Gasifikasi
Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno mengatakan Indonesia memiliki potensi cadangan batu bara dalam jumlah besar yang bisa dimanfaatkan untuk meminimalisir ketergantungan negara terhadap impor energi. Untuk itu kerja sama ini ditujukan agar Indonesia bisa menghasilkan produk substitusi LPG yang selama ini mayoritas masih dibeli dari luar.
[Gambas:Video CNBC]
"Neraca dagang tahun lalu negatif dan impor terbesar itu dari energi. Dengan penandatanganan ini Indonesia masuk dalam tahap sustainable energi dan bisa menurunkan ketergantungan impor dengan menggunakan material dalam negeri," kata Rini di Grand Hyatt, Jakarta, Rabu (16/1).
Melalui perjanjian ini ketiga perusahaan dalam negeri dan asal Amerika ini akan mendirikan perusahaan yang bergerak di bisnis pengolahan batu bara dan produk turunannya.
Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifiin mengatakan bahwa nantinya perusahaan yang dipimpinnya akan menjadi supplier sekaligus investor, Pertamina sebagai offtaker dan invest sementara Air Products akan menjadi investor dan pemilik teknologi.
"Nanti kita akan melakukan produksi batu bara di tambang Peranap di Riau, yang selama ini belum berproduksi karena hanya memproduksi batu bara kalori rendah. Ini nanti yang akan digunakan untuk memproduksi syngas yang akan diproses menjadi gas," kata dia di kesempatan yang sama.
Dia menjelaskan, batu bara yang akan digunakan merupakan batu bara di bawah 3.600 kkal yang akan digunakan sebanyak 5 juta metrik ton per tahunnya. Sementara di tambang ini perusaaan memiliki cadangan sebanyak 600 juta metrik ton.
Lebih lanjut Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan nantinya di tahap pertama perusahaan tersebut akan memproduksi 1,4 juta metrik ton gas da 5 juta metrik ton batu bara. Dia menjamin bahwa DME ini nantinya akan memiliki harga jual yang lebih rendah ketimbang dengan harga LPG saat ini.
Perusahaan patungan ini baru akan dibentuk pada Maret nanti setelah feasibility study selesai di akhir bulan depan. Hasil dari studi ini nantinya salah satunya berupa besaran nilai investasi yang akan dilakukan oleh ketiga perusahaan dan porsi masihng-masing perusahaan dalam JV tersebut.
Targetnya konstruksi pabrik akan dimulai tak lama setelah perusahaanya dibentuk dengan target Konstruksi selama 18-24 bulan. Diharapkan gas hasil projek ini akan bisa dikomersialisasikan pada 2021 mendatang
(gus) Next Article Setelah 2025, PTBA Bisa Punya Saham 40% di Proyek Gasifikasi
Most Popular