Setelah 2025, PTBA Bisa Punya Saham 40% di Proyek Gasifikasi

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
07 December 2020 18:50
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Proyek gasifikasi batu bara saat ini tengah dikerjakan oleh konsorsium PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Pertamina (Persero), dan Air Products yang ditargetkan akan operasi pada triwulan dua 2024.

Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan satu tahun setelah proyek gasifikasi batu bara beroperasi, PTBA dan Pertamina memiliki opsi untuk memiliki 40% saham di proyek tersebut.

Dia menjelaskan, dalam skema bisnis ini, Air Product sebagai investor akan membangun pabrik gasifikasi dengan nilai investasi US$ 2,1 miliar.

"PTBA dan Pertamina punya opsi memiliki saham 40% dalam waktu satu tahun setelah proyek ini Commercial Operation Date (COD) dan menghasilkan DME," ungkapnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi VII DPR RI, Senin (07/12/2020).

Lebih lanjut dia mengatakan, besaran nilai saham yang dibeli akan sesuai dengan investasi awal.

"Yang porsi saham dibeli sesuai dengan investasi awal," ujarnya.

Dalam skema bisnis ini, PTBA nantinya akan menyuplai batu bara, menyiapkan lahan, infrastruktur, dan lain-lain. Sementara Pertamina yang akan membeli produk DME tersebut.

"Kapasitas pabrik diharapkan bisa menghasilkan DME 1,4 juta ton per tahun dan itu setara mengurangi impor LPG 1 juta ton," paparnya.

Menurutnya melalui proyek ini, bakal menyerap batu bara sebesar 180 juta ton yang tidak bisa dijual karena memiliki kalori rendah.

Selain itu, proyek ini juga disebutkan bakal menghemat cadangan devisa hampir Rp 9,7 triliun per tahun dan adanya efek berganda ekonomi di pemerintah sebesar Rp 800 miliar per tahun.

Dia menegaskan, hal yang perlu digarisbawahi yakni PTBA dan Pertamina tidak mengeluarkan investasi yang digunakan untuk pembangunan perusahaan pengolahan ini. Menurutnya, semua investasi awal ditanggung oleh investor.

Seperti diketahui, proyek gasifikasi batu bara PTBA di Tanjung Enim, Sumatera Selatan ini telah ditetapkan menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional yang diatur dalam Peraturan Presiden.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Proyek Gasifikasi Batu Bara Rp 30 T PTBA Mulai Dibangun 2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular