
Keran Dibuka Lebar, RI Banjir Impor Jagung 150 Ribu Ton!
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
29 January 2019 10:29

Jakarta, CNBC Indonesia- Badan Urusan Logistik (BULOG) menerbitkan surat undangan pengadaan impor jagung sebanyak 150.000 ton.
Dalam surat bernomor B-280/III/DA301/PD.04.02/01/2019 tertanggal 25 Januari 2019, Direktur Pengadaan Bulog Bachtiar mengundang seluruh eksportir jagung di luar negeri untuk berpartisipasi dalam pengadaan tersebut.
Pengusaha industri pakan ternak menyambut baik keputusan pemerintah yang akhirnya membuka kembali keran impor jagung untuk pakan ternak sebanyak 150.000 ton.
Wakil Ketua Komite Tetap Bidang Industri Pakan dan Veteriner Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, FX Sudirman mengatakan besar kemungkinan sekarang sudah jelas informasinya bahwa pemerintah memang perlu mengimpor jagung.
"Panennya mungkin tidak sebagus angka yang diprediksi. Mereka kan tahu persis," ujar Sudirman, Senin (28/1/2019) malam.
Kendati demikian, Sudirman berharap impor kali ini tidak hanya dibatasi bagi peternak kecil. Pasalnya, industri pakan ternak (feedmill) juga kekurangan suplai jagung. Padahal, sejatinya jagung menyumbang hingga 50% dari komposisi produksi pakan ternak.
Dia menyebutkan, harga pembelian jagung di tingkat peternak saat ini masih berada di kisaran Rp 6.000/kg di sebagian Jawa Barat dan Banten. Harga ini jauh lebih mahal dari harga acuan penjualan bagi konsumen dalam Permendag 96/2018 seharga Rp 4.000/kg.
"Selama ini kan embel-embel impor itu untuk peternak kecil. Saya rasa kalau memang kurang ya feedmill juga diakomodasi, jangan dibatasi. Bulog dalam melakukan pengadaan seperti ini kan harusnya tidak melihat besar kecil. Semua harus dipenuhi," jelasnya.
Seperti diketahui, pemerintah menugaskan Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk melakukan impor kali ini. Total, Bulog sudah mengeksekusi penugasan impor jagung sebanyak 280 ribu ton sejak akhir November lalu yang dibagi ke dalam tiga fase: 100 ribu ton di akhir November, 30 ribu ton di awal bulan ini dan yang terbaru 150 ribu ton.
Sudirman menambahkan, industri pakan saat ini belum bisa menyerap produksi jagung petani karena memang belum terjadi panen dalam jumlah besar.
Dirinya pun memperoleh informasi bahwa panen raya jagung diprediksi baru terjadi di bulan April, seperti dikemukakan Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution.
"Jadi kalau April, ya sudah tepat mengimpor sampai Maret. Itu bagus sebagai antisipasi. Mestinya sejak awal diperhitungkan dengan seksama, jangan sedikit-sedikit [seperti saat ini], sekalian saja," katanya.
Dia pun menyebutkan, Bulog bisa menyimpan jagung hasil impor ini sebagai stok pemerintah apabila impornya ternyata baru masuk bersamaan dengan panen raya. Bulog sendiri mewajibkan eksportir di luar negeri agar 150 ribu ton jagung ini tiba di Tanah Air paling lambat 31 Maret 2019.
"Harusnya Bulog membangun silo [untuk menyimpan jagung]. Apalagi kalau [klaim] surplusnya di tahun lalu 12 juta ton itu butuh banyak silo," pungkasnya.
Kementerian Pertanian sendiri mengklaim sepanjang tahun lalu produksi jagung nasional mencapai 30,05 juta ton, sementara kebutuhan nasional (pangan + pakan) hanya sekitar 15,58 juta ton.
(gus) Next Article Sisa Jagung Impor Tiba Januari, Dijual Rp 4 Ribu/Kg
Dalam surat bernomor B-280/III/DA301/PD.04.02/01/2019 tertanggal 25 Januari 2019, Direktur Pengadaan Bulog Bachtiar mengundang seluruh eksportir jagung di luar negeri untuk berpartisipasi dalam pengadaan tersebut.
![]() |
Pengusaha industri pakan ternak menyambut baik keputusan pemerintah yang akhirnya membuka kembali keran impor jagung untuk pakan ternak sebanyak 150.000 ton.
Wakil Ketua Komite Tetap Bidang Industri Pakan dan Veteriner Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, FX Sudirman mengatakan besar kemungkinan sekarang sudah jelas informasinya bahwa pemerintah memang perlu mengimpor jagung.
"Panennya mungkin tidak sebagus angka yang diprediksi. Mereka kan tahu persis," ujar Sudirman, Senin (28/1/2019) malam.
Kendati demikian, Sudirman berharap impor kali ini tidak hanya dibatasi bagi peternak kecil. Pasalnya, industri pakan ternak (feedmill) juga kekurangan suplai jagung. Padahal, sejatinya jagung menyumbang hingga 50% dari komposisi produksi pakan ternak.
Dia menyebutkan, harga pembelian jagung di tingkat peternak saat ini masih berada di kisaran Rp 6.000/kg di sebagian Jawa Barat dan Banten. Harga ini jauh lebih mahal dari harga acuan penjualan bagi konsumen dalam Permendag 96/2018 seharga Rp 4.000/kg.
"Selama ini kan embel-embel impor itu untuk peternak kecil. Saya rasa kalau memang kurang ya feedmill juga diakomodasi, jangan dibatasi. Bulog dalam melakukan pengadaan seperti ini kan harusnya tidak melihat besar kecil. Semua harus dipenuhi," jelasnya.
Seperti diketahui, pemerintah menugaskan Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk melakukan impor kali ini. Total, Bulog sudah mengeksekusi penugasan impor jagung sebanyak 280 ribu ton sejak akhir November lalu yang dibagi ke dalam tiga fase: 100 ribu ton di akhir November, 30 ribu ton di awal bulan ini dan yang terbaru 150 ribu ton.
Sudirman menambahkan, industri pakan saat ini belum bisa menyerap produksi jagung petani karena memang belum terjadi panen dalam jumlah besar.
Dirinya pun memperoleh informasi bahwa panen raya jagung diprediksi baru terjadi di bulan April, seperti dikemukakan Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution.
"Jadi kalau April, ya sudah tepat mengimpor sampai Maret. Itu bagus sebagai antisipasi. Mestinya sejak awal diperhitungkan dengan seksama, jangan sedikit-sedikit [seperti saat ini], sekalian saja," katanya.
Dia pun menyebutkan, Bulog bisa menyimpan jagung hasil impor ini sebagai stok pemerintah apabila impornya ternyata baru masuk bersamaan dengan panen raya. Bulog sendiri mewajibkan eksportir di luar negeri agar 150 ribu ton jagung ini tiba di Tanah Air paling lambat 31 Maret 2019.
"Harusnya Bulog membangun silo [untuk menyimpan jagung]. Apalagi kalau [klaim] surplusnya di tahun lalu 12 juta ton itu butuh banyak silo," pungkasnya.
Kementerian Pertanian sendiri mengklaim sepanjang tahun lalu produksi jagung nasional mencapai 30,05 juta ton, sementara kebutuhan nasional (pangan + pakan) hanya sekitar 15,58 juta ton.
(gus) Next Article Sisa Jagung Impor Tiba Januari, Dijual Rp 4 Ribu/Kg
Most Popular