Utang Luar Negeri RI Capai Rp 5.257 T, Harus Panik?
Iswari Anggit, CNBC Indonesia
24 January 2019 14:45
Jakarta, CNBC Indonesia - Hingga akhir November 2018, posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia tercatat US$ 372,9 miliar, naik dibandingkan Oktober 2018 yang mencapai US$ 360,5 miliar.
Bila menggunakan asumsi kurs rupiah Rp 14.100/US$, maka posisi ULN Indonesia di akhir November 2018 setara Rp 5.257 triliun. Perlukah panik?
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI), Aida S Budiman, mengatakan ULN Indonesia masih dalam batas yang wajar. Menurutnya, ULN penting untuk menjaga pertumbuhan ekonomi tetap baik, namun meski ada mitigasi risiko yang baik.
"BI punya kebijakan ULN yang komprehensif dan konsisten, aman dan terkendali," jelas Aida di Gedung BI, Jakarta, Kamis (24/1/2019).
Secara struktur, Aida mengatakan, ULN Indonesia mayoritas adalah yang tenornya jangka panjang, sehingga risikonya cenderung terkendali.
"Terkendali karena ada kehati-hatian. ULN dari bank. Ini bukan pertama kali, sudah sejak 2005. Dari 2000-an kita selalu perhatikan laporannya," ujarnya.
Secara porsi 80% ULN Indonesia didominasi oleh utang jangka panjang, nominalnya sekitar US$ 360 miliar. Angka ini terbagi antara utang luar negeri swasta dan publik.
"Jadi tidak ada ULN kita yang sifatnya jangka pendek dan bisa berbalik segera. Yang jangka pendek hanya 17%-an," katanya.
"Kita bandingkan dengan negara sekitar, utang jangka pendek hanya 13,2% dari PDB. Filipina 16,8% dari PDB, bahkan Thailand di atas 40%. Jadi utang luar negeri jangka pendek Indonesia sangat aman," papar Aida.
Secara rasio, ULN Indonesia berada di angka 34,5% dari PDB. Menurut Aida, bila dibandingkan negara lain, Indonesia berada di tengah-tengah. Selain itu, BI juga terus memantau perkembangan utang luar negeri.
(wed/dru) Next Article Ini Negara dan Lembaga Kreditor Terbesar Bagi RI
Bila menggunakan asumsi kurs rupiah Rp 14.100/US$, maka posisi ULN Indonesia di akhir November 2018 setara Rp 5.257 triliun. Perlukah panik?
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI), Aida S Budiman, mengatakan ULN Indonesia masih dalam batas yang wajar. Menurutnya, ULN penting untuk menjaga pertumbuhan ekonomi tetap baik, namun meski ada mitigasi risiko yang baik.
Secara struktur, Aida mengatakan, ULN Indonesia mayoritas adalah yang tenornya jangka panjang, sehingga risikonya cenderung terkendali.
"Terkendali karena ada kehati-hatian. ULN dari bank. Ini bukan pertama kali, sudah sejak 2005. Dari 2000-an kita selalu perhatikan laporannya," ujarnya.
Secara porsi 80% ULN Indonesia didominasi oleh utang jangka panjang, nominalnya sekitar US$ 360 miliar. Angka ini terbagi antara utang luar negeri swasta dan publik.
"Jadi tidak ada ULN kita yang sifatnya jangka pendek dan bisa berbalik segera. Yang jangka pendek hanya 17%-an," katanya.
"Kita bandingkan dengan negara sekitar, utang jangka pendek hanya 13,2% dari PDB. Filipina 16,8% dari PDB, bahkan Thailand di atas 40%. Jadi utang luar negeri jangka pendek Indonesia sangat aman," papar Aida.
Secara rasio, ULN Indonesia berada di angka 34,5% dari PDB. Menurut Aida, bila dibandingkan negara lain, Indonesia berada di tengah-tengah. Selain itu, BI juga terus memantau perkembangan utang luar negeri.
(wed/dru) Next Article Ini Negara dan Lembaga Kreditor Terbesar Bagi RI
Most Popular