
PM Inggris Ajukan Tawaran Terakhir Demi Kesepakatan Brexit
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
22 January 2019 11:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Inggris Theresa May mengumumkan perubahan pada kesepakatan Brexit yang banyak dikecam, Senin (21/1/2019). Ia berharap dapat memenangkan hati anggota parlemen yang telah menolak mentah-mentah proposalnya pekan lalu.
Poin penting dalam kesepakatan Brexit-nya adalah kesepakatan untuk memastikan tidak ada perbatasan yang ketat antara Irlandia Utara dan Republik Irlandia.
Beberapa pendukung Brexit merasa klausul "backstop" bisa saja digunakan oleh Brussels sebagai sarana untuk menahan Inggris agar tetap menjadi bagian Uni Eropa (UE) sementara Partai Uni Demokratik Irlandia Utara (DUP) khawatir klausul itu akan menyebabkan Irlandia Utara diperlakukan secara berbeda dibandingkan negara bagian Inggris lainnya.
Irlandia Utara adalah bagian dari Britania Raya sedangkan Republik Irlandia adalah wilayah Uni Eropa.
Dalam sebuah pernyataan di majelis rendah Parlemen pada Senin sore, May mengatakan dia sekarang akan berdiskusi dengan DUP tentang bagaimana menghilangkan ketakutan di antara warga Irlandia Utara sebelum kembali untuk bernegosiasi dengan Brussels.
Namun, May mengatakan prospek referendum Brexit kedua tidak mendapatkan dukungan mayoritas dan juga menolak desakan yang semakin besar baginya untuk mengesampingkan Brexit "tanpa kesepakatan" atau no-deal sebagai suatu kemungkinan.
"Cara yang tepat untuk majelis rendah Parlemen (house) ini untuk mengesampingkan Brexit 'no-deal' adalah dengan menyetujui kesepakatan dengan Uni Eropa," katanya, melansir CNBC International.
Sebagai konsesi bagi penantangnya, May mengatakan pemerintahnya juga akan menjamin bahwa hak-hak pekerja dan lingkungan tidak akan terkikis pasca-Brexit dan bahwa biaya £ 65 (sekitar Rp 1,2 juta) untuk warga negara Uni Eropa yang mengajukan status menetap sekarang akan dihapuskan.
May mengatakan dia akan terus mengadakan pertemuan tentang Brexit minggu depan dan berharap pemimpin oposisi Jeremy Corbyn bersedia berbicara dengannya. Tanggapan Corbyn terhadap pernyataan May adalah menuduhnya gagal menyadari sejauh mana kekalahannya minggu lalu dan bahwa pembicaraan lintas-partai merupakan suatu "kepalsuan."
Parlemen sekarang ini akan membahas usulan dari pemimpin Inggris tersebut sebelum pemungutan suara dilakukan pada Selasa (29/1/2019) pekan depan.
(prm) Next Article Inggris Resmi Cerai dari Uni Eropa, Siapa Untung?
Poin penting dalam kesepakatan Brexit-nya adalah kesepakatan untuk memastikan tidak ada perbatasan yang ketat antara Irlandia Utara dan Republik Irlandia.
Beberapa pendukung Brexit merasa klausul "backstop" bisa saja digunakan oleh Brussels sebagai sarana untuk menahan Inggris agar tetap menjadi bagian Uni Eropa (UE) sementara Partai Uni Demokratik Irlandia Utara (DUP) khawatir klausul itu akan menyebabkan Irlandia Utara diperlakukan secara berbeda dibandingkan negara bagian Inggris lainnya.
Dalam sebuah pernyataan di majelis rendah Parlemen pada Senin sore, May mengatakan dia sekarang akan berdiskusi dengan DUP tentang bagaimana menghilangkan ketakutan di antara warga Irlandia Utara sebelum kembali untuk bernegosiasi dengan Brussels.
Namun, May mengatakan prospek referendum Brexit kedua tidak mendapatkan dukungan mayoritas dan juga menolak desakan yang semakin besar baginya untuk mengesampingkan Brexit "tanpa kesepakatan" atau no-deal sebagai suatu kemungkinan.
"Cara yang tepat untuk majelis rendah Parlemen (house) ini untuk mengesampingkan Brexit 'no-deal' adalah dengan menyetujui kesepakatan dengan Uni Eropa," katanya, melansir CNBC International.
Sebagai konsesi bagi penantangnya, May mengatakan pemerintahnya juga akan menjamin bahwa hak-hak pekerja dan lingkungan tidak akan terkikis pasca-Brexit dan bahwa biaya £ 65 (sekitar Rp 1,2 juta) untuk warga negara Uni Eropa yang mengajukan status menetap sekarang akan dihapuskan.
![]() |
May mengatakan dia akan terus mengadakan pertemuan tentang Brexit minggu depan dan berharap pemimpin oposisi Jeremy Corbyn bersedia berbicara dengannya. Tanggapan Corbyn terhadap pernyataan May adalah menuduhnya gagal menyadari sejauh mana kekalahannya minggu lalu dan bahwa pembicaraan lintas-partai merupakan suatu "kepalsuan."
Parlemen sekarang ini akan membahas usulan dari pemimpin Inggris tersebut sebelum pemungutan suara dilakukan pada Selasa (29/1/2019) pekan depan.
(prm) Next Article Inggris Resmi Cerai dari Uni Eropa, Siapa Untung?
Most Popular