Ini Kilang 'Hijau' Pertama RI, Bisa Hemat Impor BBM Rp 2,3 T

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
17 January 2019 18:34
Kilang Plaju Pertamina olah green BBM dan bisa bikin RI hemat Rp 2,3 triliun setahun
Foto: Bryan Dandi
Jakarta, CNBC Indonesia- PT Pertamina (Persero) tengah mengembangkan Green Refinery pertama di Indonesia di Pertamina di Refinery Unit (RU) III, Plaju, Palembang. Pengembangan green refinery merupakan era baru bagi industri Bahan Bakar Nabati (BBN) di Indonesia.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyatakan, Kilang Plaju menjadi pilot project dalam pengolahan minyak sawit menjadi bahan bakar berkualitas dan ramah lingkungan. Hal ini juga sekaligus untuk menjawab tantangan dunia agar bisnis migas mulai move on dari sumber energi fosil menuju green energy.



"Green energy merupakan bisnis masa depan yang banyak dinantikan pasar dunia. Indonesia memiliki sumber green energy yang besar utamanya minyak sawit. Untuk itu, Pertamina akan terus mengembangkan green energy dengan pilot project di Kilang Plaju," ujar Nicke melalui keterangan resminya, Kamis (17/1/2019).

Lebih lanjut, ia menuturkan, pengembangan green energy di Kilang Plaju, lanjut Nicke, akan menghemat kas perusahaan hingga US$ 160 juta atau Rp 2,3 triliun per tahun, sekaligus mengurangi impor minyak hingga 7,36 ribu barel per hari (bph).

"Pengembangan Green Refinery sekaligus upaya Pertamina menyukseskan program pemerintah untuk perluasaan penggunaan B20 serta mengurangi impor BBM sehingga cadangan devisa akan terjaga," tambah Nicke.

Adapun, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengapresiasi Green Refinery pertama di Indonesia tersebut. Ia mengatakan, "Kita patut memberikan apresiasi kepada Pertamina yang telah concern terhadap produksi bahan bakar ramah lingkungan yang berasal renewable resources, dalam rangka menciptakan udara yang bersih dengan produksi BBM yang bersih."

[Gambas:Video CNBC]

Pertamina, lanjut Jonan, harus terus membangun dan menyiapkan green energy untuk generasi masa depan. Inilah tantangan sekaligus peluang bagi Pertamina untuk terus menyediakan bahan bakar berkualitas dan ramah lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya dalam negeri.

Dalam jangka panjang, Pertamina telah melakukan kerja sama dengan ENI, perusahaan minyak asal Italia yang menjadi pelopor konversi kilang pertama di dunia, untuk mengembangkan kilang-kilang Pertamina menjadi green refinery. Kerja sama ini merupakan bagian dari komitmen Pertamina dalam menyediakan bahan bakar ramah lingkungan sekaligus mengoptimalkan sumber daya alam dalam negeri untuk menciptakan ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi nasional.

Selain itu, Pertamina juga menjajaki kerjasama dengan PTPN untuk suplai kelapa sawit sebagai bahan baku green-fuel, agar bahan bakar yang dijual tetap terjangkau bagi masyarakat Indonesia

Konversi Kilang Plaju menjadi Green Refinery pertama di Indonesia telah dilakukan melalui serangkaian kajian dan ujicoba. Pada Agustus - September 2018, telah dilakukan uji coba dengan metode Advanced Cracking Evaluation (ACE) Test yang menunjukkan RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) berpotensi dapat diolah di Kilang Plaju dengan skema co-processing.

Co-Processing ini merupakan salah satu opsi metode produksi green-fuel melalui proses pengolahan bahan baku minyak nabati dengan minyak bumi secara bersamaan menjadi green fuel.

Pada Oktober - November 2018, dilanjutkan penyiapan berbagai sarana dan prasarana seperti line, tangki dan jetty serta sekaligus menyiapan dry stock RBDPO. Pada Desember 2018, telah dilakukan ujicoba skema co-processing dengan injeksi RBDPO secara bertahap 2,5 hingga 7,5%. Hasilnya cukup menggembirakan, karena bisa memproduksi bahan bakar ramah lingkungan dengan octane number hingga 91,3.

Adapun, saat ini, unit RFCC Kilang Plaju yang berkapasitas 20,5 Million Barel Steam Per Day (MBSD) mampu menghasilkan green fuel yang lebih ramah lingkungan sebanyak 405 ribu barel per bulan setara 64.500 kilo Liter per bulan. Selain itu, kilang ini juga menghasilkan produksi elpiji ramah lingkungan sebanyak 11.000 ton per bulan.

Indonesia, imbuh Nicke, merupakan negara pertama di dunia yang berhasil mengimplementasikan Co-Processing CPO (Crude Palm Oil) menjadi Green Gasoline dan Green LPG untuk skala komersial. Keberhasilan Green Refinery di Plaju, akan terus dikembangkan pada kilang lainnya seperti Kilang Cilacap, Balongan dan Dumai.

"Bahan bakar yang dihasilkan pun akan diperluas seperti Green Avtur dan Green Diesel yang lebih ramah lingkungan," pungkas Nicke.

(gus) Next Article Kilang Plaju Kini Bisa Produksi B20 Hingga 200 Ribu KL/Bulan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular