
Gapki Siap Pasok CPO untuk Produksi Green BBM di 4 Kilang
Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
02 January 2019 14:54

Jakarta, CNBC Indonesia- Pertamina berencana mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan atau green BBM-LPG-Avtur yang akan diproduksi di 4 kilang mereka.
Empat kilang tersebut, yakni kilang Plaju, Cilacap, Balongan, dan Dumai yang rencananya akan mulai diuji coba tahun ini dan secara bertahap. Untuk memproduksi green BBM cs tersebut, Pertamina membutuhkan CPO sebagai bahan baku untuk dicampur dengan minyak mentah.
Terkait rencana ini, proyeksi kebutuhan akan CPO diperkirakan akan meningkat. Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Togar Sitanggang mengatakan terkait pasokan tidak ada masalah. "Supply no problem, harga yang belum jelas," kata dia, Rabu, (2/1/2019).
Sampai saat ini belum ada hitungan perkiraan kebutuhan CPO jika pengembangan 4 kilang berlaku penuh. Berdasar data Gapki, hingga Oktober 2018 produksi sawit RI mencapai 4,5 juta ton. Produksi ini naik dibanding September yang hanya 4,4 juta ton.
Berdasarkan paparan Direktur Pengolahan PT Pertamina (Persero), Budi Santoso Syarif, sampai saat ini Pertamina telah menguji coba di Kilang Plaju dengan metode co processing. Di kilang itu, Pertamina menguji coba mencampur CPO dengan minyak crude (mentah).
"Nanti dicampurnya dengan katalis cracking, katalis merah putih yang hasil produk dalam negeri. Ini diujicoba 5 Desember sampai 10 Desember, RBDPO dimasukkan ke Plaju. Kami coba tambahkan minyak sawit, dan octan number bahan bakarnya naik terus," kata Budi, Kamis (27/12/2018).
Ia memerinci saat dicampur minyak sawit 5%, oktannya menjadi 90,7. Kemudian jika ditambah 7,5% oktannya bisa 91,3. Dan terakhir kandungan sawit dinaikkan jadi 12%, octan numbernya pun mencapai 92.
Proyeksinya, jika berjalan lancar, produksi green gasoline 92 bisa mencapai 3 juta barel per bulan atau 487 ribu KL. Sementara LPG bisa mencapai 1 juta barel per bulan atau 104 ribu ton per bulan. "Ini bisa kurangi penggunaan crude 23 ribu barel sehari setara dengan penghematan US$ 500 juta per tahun."
Bedanya dengan B20, bahan sawit yang digunakan oleh Pertamina bukan FAME melainkan RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) atau CPO yang diolah dan dibersihkan getahnya serta baunya. Sumber yang sama untuk hasilkan margarin atau minyak goreng.
"Pencampuran langsung CPO dengan bahan bakar fosil di kilang ini secara teknis lebih sempurna dengan proses kimia, sehingga menghasilkan bahan bakar bensin dengan kualitas lebih tinggi karena nilai octane mengalami peningkatan," kata Budi.
Ke depan, langkah ini akan diikuti di kilang lainnya, yakni di RU Cilacap, Balongan dan Dumai serta akan diperluas untuk jenis bahan bakar lainnya, baik green diesel (bahan bakar solar) maupun green avtur.
[Gambas:Video CNBC]
(gus/miq) Next Article Potret Industri Sawit di Saat Tarif Pungutan Ekspor Berubah
Empat kilang tersebut, yakni kilang Plaju, Cilacap, Balongan, dan Dumai yang rencananya akan mulai diuji coba tahun ini dan secara bertahap. Untuk memproduksi green BBM cs tersebut, Pertamina membutuhkan CPO sebagai bahan baku untuk dicampur dengan minyak mentah.
Berdasarkan paparan Direktur Pengolahan PT Pertamina (Persero), Budi Santoso Syarif, sampai saat ini Pertamina telah menguji coba di Kilang Plaju dengan metode co processing. Di kilang itu, Pertamina menguji coba mencampur CPO dengan minyak crude (mentah).
"Nanti dicampurnya dengan katalis cracking, katalis merah putih yang hasil produk dalam negeri. Ini diujicoba 5 Desember sampai 10 Desember, RBDPO dimasukkan ke Plaju. Kami coba tambahkan minyak sawit, dan octan number bahan bakarnya naik terus," kata Budi, Kamis (27/12/2018).
Ia memerinci saat dicampur minyak sawit 5%, oktannya menjadi 90,7. Kemudian jika ditambah 7,5% oktannya bisa 91,3. Dan terakhir kandungan sawit dinaikkan jadi 12%, octan numbernya pun mencapai 92.
Proyeksinya, jika berjalan lancar, produksi green gasoline 92 bisa mencapai 3 juta barel per bulan atau 487 ribu KL. Sementara LPG bisa mencapai 1 juta barel per bulan atau 104 ribu ton per bulan. "Ini bisa kurangi penggunaan crude 23 ribu barel sehari setara dengan penghematan US$ 500 juta per tahun."
Bedanya dengan B20, bahan sawit yang digunakan oleh Pertamina bukan FAME melainkan RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) atau CPO yang diolah dan dibersihkan getahnya serta baunya. Sumber yang sama untuk hasilkan margarin atau minyak goreng.
"Pencampuran langsung CPO dengan bahan bakar fosil di kilang ini secara teknis lebih sempurna dengan proses kimia, sehingga menghasilkan bahan bakar bensin dengan kualitas lebih tinggi karena nilai octane mengalami peningkatan," kata Budi.
Ke depan, langkah ini akan diikuti di kilang lainnya, yakni di RU Cilacap, Balongan dan Dumai serta akan diperluas untuk jenis bahan bakar lainnya, baik green diesel (bahan bakar solar) maupun green avtur.
[Gambas:Video CNBC]
(gus/miq) Next Article Potret Industri Sawit di Saat Tarif Pungutan Ekspor Berubah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular