
Internasional
Rencana UE Hapus CPO dari Bahan Bakar Kendaraan Tuai Kecaman
Bernhart Farras, CNBC Indonesia
28 December 2018 18:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Uni Eropa (UE) menghapus penggunaan minyak sawit (crude palm oil/ CPO) secara bertahap untuk bahan bakar transportasi. Ini memicu kritik praktik proteksionisme perdagangan dan ancaman pembalasan dari produsen utama Indonesia dan Malaysia.
Langkah ini diambil beberapa tahun setelah protes aktivis terhadap minyak nabati yang diasosiasikan dengan deforestasi yang merajalela dan penyalahgunaan tenaga kerja. Hal ini menggarisbawahi bahwa kekhawatiran konsumen akan keberlanjutan sektor ini semakin memengaruhi dunia usaha.
Sebuah koalisi organisasi lingkungan non-pemerintah Eyes on the Forest yang didirikan salah satunya oleh World Wildlife Fund mengatakan pulau Sumatera kehilangan 56% dari 25 juta hektar dari hutan alami selama 31 tahun. Luas ini lebih besar dari ukuran wilayah Kerajaan Inggris.
Industri kelapa sawit dianggap sebagai salah satu pendorong terbesar dari hilangnya hutan alami dari pulau itu, kata koalisi.
Bulan lalu, Prancis dan Norwegia sudah mulai membatasi penggunaan minyak sawit. Norwegia berada di urutan keempat dunia dalam penggunaan mobil listrik. Pada tahun 2017 saja, pembuat mobil listrik Amerika Serikat (AS) Tesla telah mengirimkan 101.420 Model S dan X serta 1.764 kendaraan Model 3 ke Norwegia.
Hal ini memicu kekhawatiran di negara-negara penghasil utama minyak sawit di Asia Tenggara karena tanaman yang berperan sebagai penghasil uang itu ikut mendorong pertumbuhan ekonomi. Indonesia adalah pemimpin pasar minyak sawit dan jika digabungkan, Indonesia-Malaysia menghasilkan lebih dari 80% minyak sawit dunia.
Secara lebih luas, pada Juni UE sepakat untuk menghentikan penggunaan minyak kelapa sawit dalam bahan bakar transportasi dari tahun 2030 sebagai bagian dari rencana yang lebih luas untuk meningkatkan pangsa energi terbarukan dalam produksi energi blok tersebut.
UE adalah salah satu konsumen utama minyak kelapa sawit dunia, yang digunakan dalam berbagai produk mulai dari kue-kue hingga deterjen.
"Ini adalah keputusan yang paling tidak disukai dan bertentangan dengan prinsip-prinsip perdagangan bebas dan adil. Pemungutan suara oleh anggota parlemen (Prancis) mengkhawatirkan dan layak mendapat kecaman terkuat," kata Teresa Kok Menteri Industri Primer Malaysia, kantor berita negara Bernama melaporkan, dilansir dari CNBC International.
Indonesia telah berkali-kali mengancam akan melakukan pembalasan atas tindakan UE. Menteri perdagangan Indonesia mengatakan UE menginginkan terjadinya "perang dagang" dengan melakukan pembatasan atas minyak kelapa sawitnya, Nikkei Asian Review melaporkan.
Minyak kelapa sawit serbaguna yang banyak digunakan, belum bisa memperbaiki reputasinya.
"Salah satu risiko paling signifikan terhadap sektor kelapa sawit terletak pada catatan keberlanjutan yang buruk dan reputasi negatif di pasar negara maju, yang menimbulkan ancaman terhadap permintaan di masa depan," kata Fitch Solutions dalam catatan baru-baru ini.
"Meskipun beberapa perusahaan perkebunan besar berupaya meningkatkan catatan keberlanjutan mereka ... kami mencatat bahwa reputasi industri kelapa sawit global belum membaik."
Perusahaan-perusahaan besar yang melayani konsumen sedang mengambil langkah-langkah untuk mengatasi anjloknya bisnis mereka.
Selain dari UE yang memperketat peraturannya, perusahaan makanan dan minuman besar bergerak menuju pengadaan minyak sawit berkelanjutan dalam jangka pendek dan terus menekan penyedia tradisional yang tidak dapat memenuhi standar keberlanjutan, tambah Fitch Solutions.
Perusahaan makanan raksasa asal Swiss, Nestle, telah menetapkan target 100% dalam pengadaan minyak kelapa sawit berkelanjutan yang bersertifikat pada tahun 2020.
Nestle menjawab pertanyaan dan masalah tentang keberlanjutan di situs webnya, termasuk menjelaskan bagaimana mereka telah menangguhkan atau mengakhiri kemitraan dengan pemasok tertentu yang mungkin memiliki pertanyaan terkait sumber yang beretika.
Pembersihan rantai pasokan
Karena pencitraan buruk, perusahaan-perusahaan lebih teliti dalam melacak persediaan mereka, yang banyak dikatakan sebagai tantangan karena rantai pasokan yang panjang dan kompleks.
Teknologi berubah dengan berbagai cara.
Produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia, Wilmar yang terdaftar di bursa Singapura, mengumumkan pada awal Desember bahwa mereka akan menggunakan satelit untuk memantau pemasok dalam upaya baru untuk menghilangkan deforestasi dari rantai pasokannya.
Perusahaan lain yang telah berinvestasi dalam teknologi pertanian dan terdaftar di Singapura adalah Olam yang awal tahun ini meluncurkan platform bagi pelanggan untuk memeriksa rantai pasokan mereka.
Olam adalah pemasok utama produk seperti kakao yang digunakan dalam pembuatan cokelat, kacang-kacangan yang bisa dimakan, dan minyak kelapa sawit. Klien-klien besar mereka adalah Nestle dan Mondelez Cadbury yang menjual produk-produk konsumen kepada pelanggan ritel, khususnya di negara-negara maju di mana masalah keberlanjutan menjadi fokus.
Dengan menggunakan aplikasi, Olam dapat melacak komoditas dari petani dan melalui perantara dan rantai pasokan - sehingga memastikan pelanggan mereka membeli produk yang berkelanjutan.
Dasbor digital Olam bertujuan untuk menghubungkan pelanggan secara langsung ke sumber pasokan pada setiap tahap perjalanan produk, kata perusahaan itu.
Kepatuhan petani didorong melalui informasi yang diberikan kepada petani yang disesuaikan dengan kondisi lokal dan kebutuhan mereka.
"Petani tidak duduk menunggu untuk menggunakan aplikasi itu. Mereka akan menggunakannya jika mereka percaya itu (aplikasi) dapat membuat perbedaan bagi mata pencaharian mereka," kata Siddharth Satpute, direktur program global digital di Olam.
Untuk Olam, penggunaan platform pelacakan tidak hanya membantu petani tetapi juga perusahaan, karena mendapat informasi yang dikirim kembali dari petani tentang apa yang berhasil, dan apa yang tidak. Itu membantu Olam mengelola pertanian dan rantai pasokan dengan lebih baik.
Aplikasi ini gratis untuk petani, karena seperti kata Satpute, "mereka sudah memiliki mata pencaharian rendah, kami tidak ingin menghasilkan uang dari mereka ... (ketika kami sudah) mendapat manfaat dalam satu atau lain cara."
(prm) Next Article Ekspor Minyak Sawit RI ke China Digoyang Corona
Langkah ini diambil beberapa tahun setelah protes aktivis terhadap minyak nabati yang diasosiasikan dengan deforestasi yang merajalela dan penyalahgunaan tenaga kerja. Hal ini menggarisbawahi bahwa kekhawatiran konsumen akan keberlanjutan sektor ini semakin memengaruhi dunia usaha.
Sebuah koalisi organisasi lingkungan non-pemerintah Eyes on the Forest yang didirikan salah satunya oleh World Wildlife Fund mengatakan pulau Sumatera kehilangan 56% dari 25 juta hektar dari hutan alami selama 31 tahun. Luas ini lebih besar dari ukuran wilayah Kerajaan Inggris.
Bulan lalu, Prancis dan Norwegia sudah mulai membatasi penggunaan minyak sawit. Norwegia berada di urutan keempat dunia dalam penggunaan mobil listrik. Pada tahun 2017 saja, pembuat mobil listrik Amerika Serikat (AS) Tesla telah mengirimkan 101.420 Model S dan X serta 1.764 kendaraan Model 3 ke Norwegia.
Hal ini memicu kekhawatiran di negara-negara penghasil utama minyak sawit di Asia Tenggara karena tanaman yang berperan sebagai penghasil uang itu ikut mendorong pertumbuhan ekonomi. Indonesia adalah pemimpin pasar minyak sawit dan jika digabungkan, Indonesia-Malaysia menghasilkan lebih dari 80% minyak sawit dunia.
Secara lebih luas, pada Juni UE sepakat untuk menghentikan penggunaan minyak kelapa sawit dalam bahan bakar transportasi dari tahun 2030 sebagai bagian dari rencana yang lebih luas untuk meningkatkan pangsa energi terbarukan dalam produksi energi blok tersebut.
![]() |
UE adalah salah satu konsumen utama minyak kelapa sawit dunia, yang digunakan dalam berbagai produk mulai dari kue-kue hingga deterjen.
"Ini adalah keputusan yang paling tidak disukai dan bertentangan dengan prinsip-prinsip perdagangan bebas dan adil. Pemungutan suara oleh anggota parlemen (Prancis) mengkhawatirkan dan layak mendapat kecaman terkuat," kata Teresa Kok Menteri Industri Primer Malaysia, kantor berita negara Bernama melaporkan, dilansir dari CNBC International.
Indonesia telah berkali-kali mengancam akan melakukan pembalasan atas tindakan UE. Menteri perdagangan Indonesia mengatakan UE menginginkan terjadinya "perang dagang" dengan melakukan pembatasan atas minyak kelapa sawitnya, Nikkei Asian Review melaporkan.
Minyak kelapa sawit serbaguna yang banyak digunakan, belum bisa memperbaiki reputasinya.
"Salah satu risiko paling signifikan terhadap sektor kelapa sawit terletak pada catatan keberlanjutan yang buruk dan reputasi negatif di pasar negara maju, yang menimbulkan ancaman terhadap permintaan di masa depan," kata Fitch Solutions dalam catatan baru-baru ini.
"Meskipun beberapa perusahaan perkebunan besar berupaya meningkatkan catatan keberlanjutan mereka ... kami mencatat bahwa reputasi industri kelapa sawit global belum membaik."
Perusahaan-perusahaan besar yang melayani konsumen sedang mengambil langkah-langkah untuk mengatasi anjloknya bisnis mereka.
Selain dari UE yang memperketat peraturannya, perusahaan makanan dan minuman besar bergerak menuju pengadaan minyak sawit berkelanjutan dalam jangka pendek dan terus menekan penyedia tradisional yang tidak dapat memenuhi standar keberlanjutan, tambah Fitch Solutions.
Perusahaan makanan raksasa asal Swiss, Nestle, telah menetapkan target 100% dalam pengadaan minyak kelapa sawit berkelanjutan yang bersertifikat pada tahun 2020.
Nestle menjawab pertanyaan dan masalah tentang keberlanjutan di situs webnya, termasuk menjelaskan bagaimana mereka telah menangguhkan atau mengakhiri kemitraan dengan pemasok tertentu yang mungkin memiliki pertanyaan terkait sumber yang beretika.
Pembersihan rantai pasokan
Karena pencitraan buruk, perusahaan-perusahaan lebih teliti dalam melacak persediaan mereka, yang banyak dikatakan sebagai tantangan karena rantai pasokan yang panjang dan kompleks.
Teknologi berubah dengan berbagai cara.
Produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia, Wilmar yang terdaftar di bursa Singapura, mengumumkan pada awal Desember bahwa mereka akan menggunakan satelit untuk memantau pemasok dalam upaya baru untuk menghilangkan deforestasi dari rantai pasokannya.
Perusahaan lain yang telah berinvestasi dalam teknologi pertanian dan terdaftar di Singapura adalah Olam yang awal tahun ini meluncurkan platform bagi pelanggan untuk memeriksa rantai pasokan mereka.
Olam adalah pemasok utama produk seperti kakao yang digunakan dalam pembuatan cokelat, kacang-kacangan yang bisa dimakan, dan minyak kelapa sawit. Klien-klien besar mereka adalah Nestle dan Mondelez Cadbury yang menjual produk-produk konsumen kepada pelanggan ritel, khususnya di negara-negara maju di mana masalah keberlanjutan menjadi fokus.
![]() |
Dengan menggunakan aplikasi, Olam dapat melacak komoditas dari petani dan melalui perantara dan rantai pasokan - sehingga memastikan pelanggan mereka membeli produk yang berkelanjutan.
Dasbor digital Olam bertujuan untuk menghubungkan pelanggan secara langsung ke sumber pasokan pada setiap tahap perjalanan produk, kata perusahaan itu.
Kepatuhan petani didorong melalui informasi yang diberikan kepada petani yang disesuaikan dengan kondisi lokal dan kebutuhan mereka.
"Petani tidak duduk menunggu untuk menggunakan aplikasi itu. Mereka akan menggunakannya jika mereka percaya itu (aplikasi) dapat membuat perbedaan bagi mata pencaharian mereka," kata Siddharth Satpute, direktur program global digital di Olam.
Untuk Olam, penggunaan platform pelacakan tidak hanya membantu petani tetapi juga perusahaan, karena mendapat informasi yang dikirim kembali dari petani tentang apa yang berhasil, dan apa yang tidak. Itu membantu Olam mengelola pertanian dan rantai pasokan dengan lebih baik.
Aplikasi ini gratis untuk petani, karena seperti kata Satpute, "mereka sudah memiliki mata pencaharian rendah, kami tidak ingin menghasilkan uang dari mereka ... (ketika kami sudah) mendapat manfaat dalam satu atau lain cara."
(prm) Next Article Ekspor Minyak Sawit RI ke China Digoyang Corona
Most Popular