
Internasional
Perjanjian Brexit Ditolak, PM Inggris Dipaksa Lengser
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
16 January 2019 11:50

London, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Inggris Theresa May mengalami kekalahan telak dalam pemungutan suara yang menentukan nasib perjanjian Brexit yang ia ajukan ke parlemen, Selasa (5/1/2019) malam waktu setempat.
Kekalahan dengan selisih suara hingga 230 itu disebut-sebut sebagai yang terburuk dalam sejarah politik Inggris.
Sudah jatuh, tertimpa tangga. May pun kini menghadapi kemungkinan dilengserkan dari jabatannya sebagai pemimpin pemerintahan Negeri Ratu Elizabeth.
Segera setelah hasil pemungutan suara itu diumumkan, pimpinan oposisi Partai Buruh, Jeremy Corbyn, menyerukan pemungutan suara atas mosi tidak percaya terhadap pemerintahan May. Voting tersebut akan diadakan Rabu pukul 19.00 waktu setempat atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Juru bicara May mengatakan kepada wartawan bahwa kesepakatan yang diajukan sang perdana menteri masih bisa menjadi dasar bagi sebuah kesepakatan baru dengan Uni Eropa (UE). Namun, kubu oposisi tidak sepakat.
"Kesepakatan ini sudah mati," kata Boris Johnson, pendukung Brexit terkemuka dari Partai Konservatif. Ia mendesak May untuk kembali ke Brussels demi mengusahakan kesepakatan yang lebih baik, dilansir dari Reuters.
Meski begitu, May tampaknya masih mendapatkan dukungan dari internal partainya dalam voting mosi tidak percaya.
Paria Irlandia Utara DUP yang mendukung pemerintahan May mengatakan akan tetap berdiri di belakang sang perdana menteri dalam pemungutan suara tersebut.
Para politisi Partai Konservatif yang pro-Brexit dan menolak kesepakatan May juga menyatakan akan mendukungnya dalam pemungutan suara mosi tidak percaya.
Partai Buruh mengatakan bila upaya tersebut gagal memicu terjadinya pemilihan umum, partai oposisi itu akan mempelajari kemungkinan diadakannya referendum kedua.
(prm) Next Article Brexit di Depan Mata, Ini Jurus Inggris Kala Cerai dari Eropa
Kekalahan dengan selisih suara hingga 230 itu disebut-sebut sebagai yang terburuk dalam sejarah politik Inggris.
Sudah jatuh, tertimpa tangga. May pun kini menghadapi kemungkinan dilengserkan dari jabatannya sebagai pemimpin pemerintahan Negeri Ratu Elizabeth.
Juru bicara May mengatakan kepada wartawan bahwa kesepakatan yang diajukan sang perdana menteri masih bisa menjadi dasar bagi sebuah kesepakatan baru dengan Uni Eropa (UE). Namun, kubu oposisi tidak sepakat.
![]() |
"Kesepakatan ini sudah mati," kata Boris Johnson, pendukung Brexit terkemuka dari Partai Konservatif. Ia mendesak May untuk kembali ke Brussels demi mengusahakan kesepakatan yang lebih baik, dilansir dari Reuters.
Meski begitu, May tampaknya masih mendapatkan dukungan dari internal partainya dalam voting mosi tidak percaya.
Paria Irlandia Utara DUP yang mendukung pemerintahan May mengatakan akan tetap berdiri di belakang sang perdana menteri dalam pemungutan suara tersebut.
Para politisi Partai Konservatif yang pro-Brexit dan menolak kesepakatan May juga menyatakan akan mendukungnya dalam pemungutan suara mosi tidak percaya.
Partai Buruh mengatakan bila upaya tersebut gagal memicu terjadinya pemilihan umum, partai oposisi itu akan mempelajari kemungkinan diadakannya referendum kedua.
(prm) Next Article Brexit di Depan Mata, Ini Jurus Inggris Kala Cerai dari Eropa
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular