
Menteri Bappenas Sebut Produktivitas Tenaga Kerja RI Rendah
Iswari Anggit, CNBC Indonesia
14 January 2019 14:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menekankan pentingnya kapasitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia menyongsong Revolusi Industri 4.0.
Hal itu disampaikan Bambang dalam pemaparannya dalam Seminar dan Dialog Nasional Penyiapan SDM RI Menghadapi Revolusi Industri 4.0 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Senin (14/1/2019).
Namun demikian, dia mengingatkan bahwa produktivitas SDM dalam konteks ketenagakerjaan. "Produktivitas kita relatif rendah dibanding negara tetangga. Produktivitas terlihat ketika bicara penyerapan angkatan kerja. Dihitung dari nilai tambah, kita jauh di bawah Malaysia, Thailand, Filipina," kata Bambang.
Menurut dia, terdapat dua masalah utama yang membuat produktivitas SDM Indonesia tertinggal.
Pertama, Bambang menilai para pekerja di Indonesia tidak memiliki wadah untuk meningkatkan kemampuan. Berdasarkan data, 60% pekerja Indonesia bekerja di sektor informal yang produktivitasnya kurang, sementara 40% lainnya baru di sektor formal.
"Bagaimana kita sejajarkan diri kita dengan negara tetangga. Kita kekurangan basis sektor yang punya produktivitas tinggi. Kita kekurangan sarana dan prasarana pelatihan, baik untuk angkatan kerja baru, maupun tenaga kerja aktif. Mereka kesulitan melakukan up skilling dan re-skilling. Kita sulit untuk memperbaiki atau memperkuat skill," kata Bambang.
Penyebab kedua, menurut Bambang, lebih dari 55% orang yang lulus pendidikan formal tidak memiliki kompetensi khusus. Indonesia hanya fokus dari sisi akademis, tapi kurang penekanan dari sisi softskill.
"Vietnam hanya 14% yang lulus pendidikan formal tapi tidak bisa meningkatkan kompetensi. Kita baru berhasil di pendidikan formal, tapi meningkatkan kualitas kita masih ketinggalan," ujar Bambang.
[Gambas:Video CNBC]
Mantan menteri keuangan itu menambahkan, Indonesia sedang memiliki bonus demografi. Sebuah kondisi di mana penduduk usia produktif lebih banyak ketimbang usia nonproduktif.
"Lima tahun ke depan, setelah infrastruktur selesai dibangun, maka kita harus siapkan manusianya, agar bonus demografi bisa dimanfaatkan. Bonus ini habis paling cepat antara tahun 2035 sampai 2040," kata Bambang.
"Sekali ini terlewat, kita tidak berhasil mengangkat Indonesia jadi negara high income, maka Indonesia akan kesulitan lepas dari jebakan kelas menengah," lanjutnya.
(miq/miq) Next Article Di Depan Alumni ITB, Menteri Bambang: RI Minim Insinyur
Hal itu disampaikan Bambang dalam pemaparannya dalam Seminar dan Dialog Nasional Penyiapan SDM RI Menghadapi Revolusi Industri 4.0 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Senin (14/1/2019).
Namun demikian, dia mengingatkan bahwa produktivitas SDM dalam konteks ketenagakerjaan. "Produktivitas kita relatif rendah dibanding negara tetangga. Produktivitas terlihat ketika bicara penyerapan angkatan kerja. Dihitung dari nilai tambah, kita jauh di bawah Malaysia, Thailand, Filipina," kata Bambang.
Menurut dia, terdapat dua masalah utama yang membuat produktivitas SDM Indonesia tertinggal.
Pertama, Bambang menilai para pekerja di Indonesia tidak memiliki wadah untuk meningkatkan kemampuan. Berdasarkan data, 60% pekerja Indonesia bekerja di sektor informal yang produktivitasnya kurang, sementara 40% lainnya baru di sektor formal.
"Bagaimana kita sejajarkan diri kita dengan negara tetangga. Kita kekurangan basis sektor yang punya produktivitas tinggi. Kita kekurangan sarana dan prasarana pelatihan, baik untuk angkatan kerja baru, maupun tenaga kerja aktif. Mereka kesulitan melakukan up skilling dan re-skilling. Kita sulit untuk memperbaiki atau memperkuat skill," kata Bambang.
Penyebab kedua, menurut Bambang, lebih dari 55% orang yang lulus pendidikan formal tidak memiliki kompetensi khusus. Indonesia hanya fokus dari sisi akademis, tapi kurang penekanan dari sisi softskill.
"Vietnam hanya 14% yang lulus pendidikan formal tapi tidak bisa meningkatkan kompetensi. Kita baru berhasil di pendidikan formal, tapi meningkatkan kualitas kita masih ketinggalan," ujar Bambang.
[Gambas:Video CNBC]
Mantan menteri keuangan itu menambahkan, Indonesia sedang memiliki bonus demografi. Sebuah kondisi di mana penduduk usia produktif lebih banyak ketimbang usia nonproduktif.
"Lima tahun ke depan, setelah infrastruktur selesai dibangun, maka kita harus siapkan manusianya, agar bonus demografi bisa dimanfaatkan. Bonus ini habis paling cepat antara tahun 2035 sampai 2040," kata Bambang.
"Sekali ini terlewat, kita tidak berhasil mengangkat Indonesia jadi negara high income, maka Indonesia akan kesulitan lepas dari jebakan kelas menengah," lanjutnya.
![]() |
(miq/miq) Next Article Di Depan Alumni ITB, Menteri Bambang: RI Minim Insinyur
Most Popular