
ESDM: Smelter Freeport Cenderung di Gresik
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
09 January 2019 15:32

Jakarta, CNBC Indonesia- Usai rampungnya transaksi divestasi 51% pada Desember lalu, urusan PT Freeport Indonesia (PTFI) dengan pemerintah Indonesia belum selesai.
Salah satunya, yakni terkait pembangunan fasilitas pemurnian atau smelter. Sampai saat ini, progres pembangunan smelter Freeport juga belum jelas terutama untuk penentuan lokasi pembangunan.
[Gambas:Video CNBC]
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono mengungkapkan, berdasarkan laporan terakhir, smelter yang direncanakan berkapasitas 2 juta ton ini akan dibangun di Gresik, Jawa Timur dengan nilai investasi US$ 2 miliar.
"Saat ini (lokasi smelter) cenderung ke Gresik, di Kawasan JIPE. Progressnya masih on track," ujar Bambang kepada media saat dijumpai dalam paparan kinerja subsektor Minerba di Kantor Ditjen Minerba, Jakarta, Rabu (9/1/2018).
Lebih lanjut, Bambang menuturkan, Freeport harus segera memutuskan pembangunan smelter ini dalam waktu dekat, tidak bisa berlama-lama lagi.
"Sama dengan sebelumnya belum bisa lakukan pengerjaan fisik, baru rekayasa desain, kalau sudah temukan tempat lebih cepat lagi," pungkas Bambang.
Sebagai informasi, progres terakhir, pembangunan smelter mencapai 5,18% dari target pada Agustus 2018. Jika belum ada progres signifikan, maka sesuai aturan Freeport akan dikenakan bea ekspor keluar 7,5% karena progres pembangunan masih di bawah 30%.
Nasib Kerja Sama Smelter dengan Amman Mineral
PT Amman Mineral pernah mengatakan tengah bekerja sama dengan PT Freeport Indonesia dalam pembangunan smelter di Maluk, Nusa Tenggara Barat. Kendati demikian, kerja sama ini baru sampai pada tahap studi bersama saja.
"Sekarang sedang lakukan feasibility study (FS) bersama PT Freeport Indonesia, memang rencananya nanti akan bekerja sama," ujar Kepala Divisi Komunikasi Korporat Amman Mineral Anita Avianty, Juni lalu.
Ia mengatakan sudah ada sekitar 100 hektare yang dibebaskan (land clearing). Ditargetkan pada tahun ini persiapan pembangunan smelter sudah selesai, sehingga pada 2022 smelter sudah bisa beroperasi sesuai dengan rencana awal perusahaan.
Selain itu, Anita juga menegaskan, status kepemilikan smelter tersebut sampai saat ini 100% masih dipegang oleh PT Amman Mineral.
"Sampai saat ini, smelter tersebut statusnya masih milik PT Amman Mineral," tutur Anita.
PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Amman Mineral tengah melakukan studi bersama terkait rencana pembangunan smelter di Maluk, Nusa Tenggara Barat. Kerja sama tersebut seperti tertuang dalam nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) yang sudah diteken kedua perusahaan pada 30 Agustus 2017 lalu. Di dalam MoU tersebut dicantumkan masih ada tahapan-tahapan perjanjian berikutnya terkait kerja sama pembangunan smelter ini.
Smelter tersebut ditargetkan selesai dibangun dan mulai beroperasi pada 2022. Begitu smelter selesai, Amman membuka peluang untuk perusahaan tambang lain mengolah dan memurnikan hasil tambang mereka di smelter tersebut. Termasuk Freeport.
(gus) Next Article DPR Minta Pemerintah Pantau Kewajiban Bangun Smelter, Kenapa?
Salah satunya, yakni terkait pembangunan fasilitas pemurnian atau smelter. Sampai saat ini, progres pembangunan smelter Freeport juga belum jelas terutama untuk penentuan lokasi pembangunan.
[Gambas:Video CNBC]
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono mengungkapkan, berdasarkan laporan terakhir, smelter yang direncanakan berkapasitas 2 juta ton ini akan dibangun di Gresik, Jawa Timur dengan nilai investasi US$ 2 miliar.
"Saat ini (lokasi smelter) cenderung ke Gresik, di Kawasan JIPE. Progressnya masih on track," ujar Bambang kepada media saat dijumpai dalam paparan kinerja subsektor Minerba di Kantor Ditjen Minerba, Jakarta, Rabu (9/1/2018).
Lebih lanjut, Bambang menuturkan, Freeport harus segera memutuskan pembangunan smelter ini dalam waktu dekat, tidak bisa berlama-lama lagi.
"Sama dengan sebelumnya belum bisa lakukan pengerjaan fisik, baru rekayasa desain, kalau sudah temukan tempat lebih cepat lagi," pungkas Bambang.
Sebagai informasi, progres terakhir, pembangunan smelter mencapai 5,18% dari target pada Agustus 2018. Jika belum ada progres signifikan, maka sesuai aturan Freeport akan dikenakan bea ekspor keluar 7,5% karena progres pembangunan masih di bawah 30%.
Nasib Kerja Sama Smelter dengan Amman Mineral
PT Amman Mineral pernah mengatakan tengah bekerja sama dengan PT Freeport Indonesia dalam pembangunan smelter di Maluk, Nusa Tenggara Barat. Kendati demikian, kerja sama ini baru sampai pada tahap studi bersama saja.
"Sekarang sedang lakukan feasibility study (FS) bersama PT Freeport Indonesia, memang rencananya nanti akan bekerja sama," ujar Kepala Divisi Komunikasi Korporat Amman Mineral Anita Avianty, Juni lalu.
Ia mengatakan sudah ada sekitar 100 hektare yang dibebaskan (land clearing). Ditargetkan pada tahun ini persiapan pembangunan smelter sudah selesai, sehingga pada 2022 smelter sudah bisa beroperasi sesuai dengan rencana awal perusahaan.
Selain itu, Anita juga menegaskan, status kepemilikan smelter tersebut sampai saat ini 100% masih dipegang oleh PT Amman Mineral.
"Sampai saat ini, smelter tersebut statusnya masih milik PT Amman Mineral," tutur Anita.
PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Amman Mineral tengah melakukan studi bersama terkait rencana pembangunan smelter di Maluk, Nusa Tenggara Barat. Kerja sama tersebut seperti tertuang dalam nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) yang sudah diteken kedua perusahaan pada 30 Agustus 2017 lalu. Di dalam MoU tersebut dicantumkan masih ada tahapan-tahapan perjanjian berikutnya terkait kerja sama pembangunan smelter ini.
Smelter tersebut ditargetkan selesai dibangun dan mulai beroperasi pada 2022. Begitu smelter selesai, Amman membuka peluang untuk perusahaan tambang lain mengolah dan memurnikan hasil tambang mereka di smelter tersebut. Termasuk Freeport.
(gus) Next Article DPR Minta Pemerintah Pantau Kewajiban Bangun Smelter, Kenapa?
Most Popular