Bangun Smelter, Freeport Pinjam Duit Rp 40 T dari 9 Bank

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
19 February 2020 18:34
Freeport pinjam duit Rp 40 triliun dari 9 bank untuk bangun smelter
Foto: Suasana penambangan Grasberg Freeport. (Dok. PT Freeport Indonesia)
Jakarta, CNBC Indonesia - PT. Freeport Indonesia (PTFI) akan segera memulai pembangunan Smelter di Gresik.

Presiden Direktur PT. Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengatakan PTFI membutuhkan dana US$ 600 juta untuk pembangunan fisik smelter. Sementara biaya total untuk pembangunan smelter sebesar US$ 3 miliar.

Dirinya menerangkan saat ini progress pembangunan sudah mencapai 4,88%."Pemadatan lahan sedang kami lakukan, harapannya tiga bulan lagi selesai, lalu kami lakukan lelang EPC dan Agustus harapannya sudah mulai konstruksi," ungkapnya dalam rapat dengar pendapat umum (RDPU) di Komisi VII, Rabu, (19/02/2020).

Dari total kebutuhan US$ 3 miliar, sebanyak US$ 2,8 miliar akan diperoleh dari pinjaman sembilan bank. Sayangnya dirinya tidak mau manyampaikan dari bank mana saja pinjaman tersebut didapatkan. Hanya saja dirinya menyebut bank yang dimaksud berasl dari dalam dan luar negeri.



"Gabungan baik dalam dan luar negeri," imbuhnya. Lebih lanjut dirinya mengatakan, pihak PTFI awalnya memiliki dua opsi wilayah, yakni satu wilayah dengan Pabrik Petrokimia Gresik dan Java Integrated and Ports Estate (JIPE). PTFI sudah memastikan pembangunan akan dilakukan di Kawasan JIIPE.

"Awalnya, memang ada dua pilihan, di JIPE dan Petrokem. Kami lakukan kajian mana yang lebih cepat untuk membangun smelter. Kita harus memilih satu," terangnya.

Sebagai informasi, smelter ini akan memiliki kapasitas sebesar 2 juta ton per tahun konsentrat tembaga dan kapasitas PMR 6000 ton per tahun. Target waktu operasi komersial untuk PMR Kuartal IV tahun 2022, sementara smelter Kuartal IV tahun 2023.

[Gambas:Video CNBC]



Tahun 2020 Produksi Lebih dari 1 Juta Ton Konsentrat

PTFI menargetkan akan memproduksi konsentrat tembaga lebih dari 1 juta ton tahun ini. Juru Bicara Freeport Indonesia Riza Pratama menerangkan peningkatan produksi ini karena ada perubahan produksi dari tambang bawah tanah.

"Semoga lebih tahun ini (konsentrat). Pokoknya lebih dari tahun lalu. Tahun ini full underground," terangnya di lokasi yang sama.
Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengatakan sepanjang tahun 2019 terjadi penurunan produksi akibat tambang terbuka yang sudah habis ditambang. Meski demikian, pihaknya menjamin produksi akan kembali meningkat tahun 2021 mendatang.

"Tahun 2019 dan 2020 ada penurunan drastis sekitar 50% dari kapasitas nasional. Harapannya tahun 2021 meningkat 75-80%. Tahun 2022 sampai 100% normal," terangnya.

Lebih lanjut dirinya menerangkan, produksi tambang bawah tanah diambil dari DMLZ Block dan DOZ Block Cave. "Berbeda dengan open pit sebelum diambil bijinya perlu taruh batuan penutupnya, karena sudah nggak ada grasberg maka nggak ada lagi. Sehingga underground mining ini langsung biji," terangnya.


(gus/gus) Next Article Terpukul Corona, Freeport Minta Tunda Pembangunan Smelter

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular