
Ekspor Sawit RI Turun 4% di November 2018
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
09 January 2019 10:51

Jakarta, CNBC Indonesia - EksporĀ produk sawit Indonesia mengalami penurunan di November 2018. Ini seiring dengan tren penurunanĀ harga CPO yang terjadi saat itu.
Data terbaru Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menunjukkan, volume ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan turunannya, termasuk oleochemical dan biodiesel turun 4% secara bulanan (month-to-month/mtm) menjadi 3,22 juta ton di November.
Adapun volume ekspor CPO, minyak inti sawit (PKO) dan turunannya saja (tidak termasuk oleochemical dan biodiesel) mencapai 2,99 juta ton atau turun 5% mtm. Total ekspor 2,99 juta ton ini terdiri dari 29% CPO sebanyak 866,19 ribu ton, dan 71% produk turunannya sebesar 2,13 juta ton.
Di November, Indonesia mencatatkan kenaikan ekspor tertinggi produk minyak sawit ke Pakistan sepanjang sejarah, mencapai 326,41 ribu ton atau naik 32% mtm. Harga CPO yang sedang murah dan pengisian stok menjadi faktornya. Ke depan, ekspor ini bisa terus ditingkatkan dengan dikajinya perluasan Indonesia-Pakistan Preferential Trade Agreement (PTA) menjadi Free Trade Agreement (FTA).
Menyusul di belakang Pakistan adalah negara-negara Timur Tengah yang membukukan kenaikan impor produk sawit RI hingga 31% mtm menjadi 157,81 ribu ton. Adapun pasar utama ekspor CPO RI, India berada di posisi ketiga dengan kenaikan tipis 3% mtm menjadi 711,31 ribu ton.
Sebaliknya, beberapa negara tujuan utama ekspor minyak sawit Indonesia mengalami penurunan secara bulanan seperti China -20% menjadi 431,5 ribu ton, Uni Eropa -21% menjadi 320,77 ribu ton (terendah sepanjang 2018), Amerika Serikat -10% menjadi 119,74 ribu ton dan Bangladesh -58% menjadi 64,02 ribu ton. Ekspor ke Afrika sendiri turun tipis 2% menjadi 235,64 ribu ton. Penurunan impor disebabkan masih tingginya stok minyak nabati di pasar domestik mereka.
Di sisi produksi, sepanjang November 2018 produksi diprediksi mencapai 4,16 juta ton atau turun sekitar 8% mtm. Siklus produksi ini merupakan siklus normal yang sudah mulai melewati musim panen raya.
Dengan produksi dan ekspor serta mulai tingginya penyerapan domestik antara lain melalui program B20, stok akhir minyak sawit Indonesia di November terkikis menjadi sekitar 3,89 juta ton.
Adapun harga CPO global di bulan November bergerak di kisaran US$ 473,6 per metrik ton, terendah sejak Juli 2006. Hal ini disebabkan stok minyak nabati global yang masih melimpah serta melemahnya permintaan pasar global.
Pemerintah pun akhirnya memutuskan penghapusan pungutan ekspor CPO hingga harga kembali bergerak naik ke US$ 570 per metrik ton.
(wed/wed) Next Article Industri Minta Pungutan Ekspor CPO Turun, Ini Kata BPDP-KS
Data terbaru Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menunjukkan, volume ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan turunannya, termasuk oleochemical dan biodiesel turun 4% secara bulanan (month-to-month/mtm) menjadi 3,22 juta ton di November.
Adapun volume ekspor CPO, minyak inti sawit (PKO) dan turunannya saja (tidak termasuk oleochemical dan biodiesel) mencapai 2,99 juta ton atau turun 5% mtm. Total ekspor 2,99 juta ton ini terdiri dari 29% CPO sebanyak 866,19 ribu ton, dan 71% produk turunannya sebesar 2,13 juta ton.
Di November, Indonesia mencatatkan kenaikan ekspor tertinggi produk minyak sawit ke Pakistan sepanjang sejarah, mencapai 326,41 ribu ton atau naik 32% mtm. Harga CPO yang sedang murah dan pengisian stok menjadi faktornya. Ke depan, ekspor ini bisa terus ditingkatkan dengan dikajinya perluasan Indonesia-Pakistan Preferential Trade Agreement (PTA) menjadi Free Trade Agreement (FTA).
Menyusul di belakang Pakistan adalah negara-negara Timur Tengah yang membukukan kenaikan impor produk sawit RI hingga 31% mtm menjadi 157,81 ribu ton. Adapun pasar utama ekspor CPO RI, India berada di posisi ketiga dengan kenaikan tipis 3% mtm menjadi 711,31 ribu ton.
Sebaliknya, beberapa negara tujuan utama ekspor minyak sawit Indonesia mengalami penurunan secara bulanan seperti China -20% menjadi 431,5 ribu ton, Uni Eropa -21% menjadi 320,77 ribu ton (terendah sepanjang 2018), Amerika Serikat -10% menjadi 119,74 ribu ton dan Bangladesh -58% menjadi 64,02 ribu ton. Ekspor ke Afrika sendiri turun tipis 2% menjadi 235,64 ribu ton. Penurunan impor disebabkan masih tingginya stok minyak nabati di pasar domestik mereka.
Di sisi produksi, sepanjang November 2018 produksi diprediksi mencapai 4,16 juta ton atau turun sekitar 8% mtm. Siklus produksi ini merupakan siklus normal yang sudah mulai melewati musim panen raya.
Dengan produksi dan ekspor serta mulai tingginya penyerapan domestik antara lain melalui program B20, stok akhir minyak sawit Indonesia di November terkikis menjadi sekitar 3,89 juta ton.
Adapun harga CPO global di bulan November bergerak di kisaran US$ 473,6 per metrik ton, terendah sejak Juli 2006. Hal ini disebabkan stok minyak nabati global yang masih melimpah serta melemahnya permintaan pasar global.
Pemerintah pun akhirnya memutuskan penghapusan pungutan ekspor CPO hingga harga kembali bergerak naik ke US$ 570 per metrik ton.
(wed/wed) Next Article Industri Minta Pungutan Ekspor CPO Turun, Ini Kata BPDP-KS
Most Popular