
Internasional
Aksi Protes Rompi Kuning Kembali, Paris Mencekam
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
06 January 2019 07:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Para pengunjuk rasa di Paris, Prancis, membakar beberapa sepeda motor dan barikade di kawasan mewah Boulevard Saint Germain, Sabtu (5/1/2019), saat protes terhadap Presiden Emmanuel Macron atas tingginya biaya hidup berubah menjadi kerusuhan.
Aksi unjuk rasa rompi kuning yang terbaru ini dimulai dengan damai namun semuanya berubah menjadi tidak kondusif di sore hari saat para pemrotes melempar proyektil kepada polisi antihuru-hara yang membentuk barikade di jembatan di atas Sungai Seine.
Para petugas kepolisian menembakkan gas air mata untuk mencegah para pengunjuk rasa menyeberangi sungai untuk menuju ke gedung National Assembly. Satu restoran dibakar dan seorang petugas polisi terluka karena ditabrak sepeda motor, Reuters melaporkan.
Dua bulan setelah memulai aksi pemblokiran jalan, turun ke jalan, dan melakukan aksi protes jalanan yang kadang berubah menjadi kerusuhan di Paris, rompi kuning ingin mendapatkan momentum baru setelah gerakan mereka melemah sepanjang libur Natal dan tahun baru lalu.
Pemerintahan Macron, yang goyah akibat aksi unjuk rasa itu, telah memperkuat posisinya pekan ini dan menyebut para pemrotes sebagai penghasut yang ingin menggulingkan pemerintah.
Para pendemo, khususnya para pekerja bergaji rendah, dibakar rasa marah akibat menurunnya pendapatan rumah tangga dan anggapan bahwa Macron menutup telinga atas penderitaan masyarakat karena sang presiden menetapkan langkah reformasi yang dipandang menguntungkan masyarakat kelas atas.
"Mereka tidak punya hak untuk membiarkan kami berada dalam kondisi yang sangat buruk seperti ini," kata seorang pemrotes, Francois Cordier.
"Kami muak harus membayar sepanjang waktu, kami sudah muak dengan perbudakan ini, kami harus dapat hidup dari gaji kami," tambahnya.
Juru bicara pemerintah Benjamin Griveaux melarikan diri dari kantornya melalui pintu belakang setelah beberapa pengunjuk rasa memasuki wilayah kantornya dan merusak beberapa kendaraan.
Menteri Dalam Negeri Christophe Castaner mengatakan sekitar 50.000 orang melakukan aksi protes di berbagai kota di negara itu, termasuk Bordeaux, Toulouse, Rouen, dan Marseille.
Berbagai protes ini terjadi dalam masa kepemimpinan Macron yang baru berusia 18 bulan dan telah memaksanya untuk melakukan beberapa perubahan.
Bulan lalu, Macron menjanjikan pemotongan pajak bagi pensiunan, kenaikan upah bagi pekerja termiskin, dan membatalkan rencana kenaikan bahan bakar yang akan merugikan keuangan negara hingga 10 miliar euro (Rp 162,1 triliun).
Dalam pidato malam tahun baru, Macron berjanji akan terus melanjutkan agenda reformasinya dan mengatakan "Kita tidak dapat bekerja lebih sedikit, menghasilkan uang lebih banyak, memotong pajak, dan menambah belanja."
Dihadapkan dengan peringkat popularitas yang berada di rekor posisi terendah, Macron diperkirakan akan segera memaparkan rencananya dalam beberapa bulan ke depan.
(prm) Next Article Polisi Prancis & Demonstran Rompi Kuning Bentrok, 107 Ditahan
Aksi unjuk rasa rompi kuning yang terbaru ini dimulai dengan damai namun semuanya berubah menjadi tidak kondusif di sore hari saat para pemrotes melempar proyektil kepada polisi antihuru-hara yang membentuk barikade di jembatan di atas Sungai Seine.
Para petugas kepolisian menembakkan gas air mata untuk mencegah para pengunjuk rasa menyeberangi sungai untuk menuju ke gedung National Assembly. Satu restoran dibakar dan seorang petugas polisi terluka karena ditabrak sepeda motor, Reuters melaporkan.
Pemerintahan Macron, yang goyah akibat aksi unjuk rasa itu, telah memperkuat posisinya pekan ini dan menyebut para pemrotes sebagai penghasut yang ingin menggulingkan pemerintah.
Para pendemo, khususnya para pekerja bergaji rendah, dibakar rasa marah akibat menurunnya pendapatan rumah tangga dan anggapan bahwa Macron menutup telinga atas penderitaan masyarakat karena sang presiden menetapkan langkah reformasi yang dipandang menguntungkan masyarakat kelas atas.
![]() |
"Mereka tidak punya hak untuk membiarkan kami berada dalam kondisi yang sangat buruk seperti ini," kata seorang pemrotes, Francois Cordier.
"Kami muak harus membayar sepanjang waktu, kami sudah muak dengan perbudakan ini, kami harus dapat hidup dari gaji kami," tambahnya.
Juru bicara pemerintah Benjamin Griveaux melarikan diri dari kantornya melalui pintu belakang setelah beberapa pengunjuk rasa memasuki wilayah kantornya dan merusak beberapa kendaraan.
Menteri Dalam Negeri Christophe Castaner mengatakan sekitar 50.000 orang melakukan aksi protes di berbagai kota di negara itu, termasuk Bordeaux, Toulouse, Rouen, dan Marseille.
Berbagai protes ini terjadi dalam masa kepemimpinan Macron yang baru berusia 18 bulan dan telah memaksanya untuk melakukan beberapa perubahan.
Bulan lalu, Macron menjanjikan pemotongan pajak bagi pensiunan, kenaikan upah bagi pekerja termiskin, dan membatalkan rencana kenaikan bahan bakar yang akan merugikan keuangan negara hingga 10 miliar euro (Rp 162,1 triliun).
Dalam pidato malam tahun baru, Macron berjanji akan terus melanjutkan agenda reformasinya dan mengatakan "Kita tidak dapat bekerja lebih sedikit, menghasilkan uang lebih banyak, memotong pajak, dan menambah belanja."
Dihadapkan dengan peringkat popularitas yang berada di rekor posisi terendah, Macron diperkirakan akan segera memaparkan rencananya dalam beberapa bulan ke depan.
(prm) Next Article Polisi Prancis & Demonstran Rompi Kuning Bentrok, 107 Ditahan
Most Popular