Ini Penjelasan Badan Geologi Soal Pemicu Tsunami Selat Sunda

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
23 December 2018 10:52
Badan Geologi angkat suara soal dugaan pemicu tsunami di selat sunda
Foto: Ist (facebook: BNPB)
Jakarta, CNBC Indonesia- Kementerian Energi dan Sumber Daya MIneral angkat bicara perihal aktivitas gunung anak krakatau yang disebut menjadi pemicu terjadinya tsunami di Selat Sunda, khususnya di daerah Pandenglang, Lampung Selatan, dan Serang.

Melalui keterangan resmi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian ESDM, Minggu (23/12/2018) tak memungkiri, terjadi letusan gunung anak krakatau pada 22 Desember 2018.



Secara visual, teramati bahwa letusan memilki tinggi asap berkisar 300 - 1500 meter di atas puncak kawah. Secara kegempaan, terekam gempa tremor menerus dengan amplitudo overscale 88 m. Kejadian tersebut terjadi pada pukul 21:03 WIB.

"Pertanyannya, apakah tsunami tersebut ada kaitannya dengan aktivitas letusan? Hal ini masih didalami. Karena ada beberapa alasan untuk bisa menimbulkan tsunami," tulis keterangan PVMBG Kementerian ESDM.

Misalnya, saat rekaman getaran tremor tertinggi yang terjadi sejak Juni 2018, tidak pernah menimbulkan gelombang air laut bahkan hingga tsunami.

Selain itu, material lontaran saat letusan yang jatuh di sekitar tubuh gunung api masih bersifat lepas dan sudah turun saat letusan.

"Untuk menimbulkan tsunami sebesar itu, perlu ada runtuhan yang cukup besar yang masuk ke dalam kolom air laut. Dan untuk merontokkan bagian tubuh yang longsor ke bagian laut, dibutuhkan energi yang cukup besar," jelasnya.

"Ini tidak terdeteksi oleh seismograph di pos pengataman gunung api. Masih perlu data-data untuk dikorelasikan antara letusan gunung api dan tsunami," sebutnya.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwioktora Karnawati dalam konferensi pers sebelumnya menduga bahwa aktivitas vulkanik anak krakatu menjadi pemicu terjadinya tsunami di Selat Sunda.

"Tidak ada gejala seismitas tektonik yang memicu tsunami, sehingga setelah tadi berkoordinasi dengan Badan Geologi, diduga hal ini terjadi akibat erupsi. Baik kemungkinan bisa langsung atau tak langsung," kata Dwioktora.


(gus) Next Article ESDM Beberkan Alasan Menaikkan Status Anak Krakatau ke Siaga

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular