
Susi Tenggelamkan Kapal Ilegal, Ekspor Ikan ke AS Moncer
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
17 December 2018 18:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat dan China masih menjadi pasar terbesar bagi ekspor hasil perikanan Indonesia.
Hal ini terungkap saat Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, memaparkan refleksi 2018 di kantornya, Senin (17/12/2018).
Berdasarkan data dari Januari - Oktober 2018, tercatat 6 komoditas utama yang menorehkan ekspor dengan total 621,20 ribu ton atau senilai US$ 3,12 miliar.
Enam komoditas utama tersebut yakni udang, tuna, cumi-sotong-gurita, kepiting-rajungan, rumput laut, dan cakalang-tongkol.
Dalam hal ini, AS menyerap porsi terbesar ekspor RI pada 3 komoditas utama, yakni udang (70% dari total ekspor udang), tuna (35%), dan rajungan-kepiting (78%).
Sementara itu, yang banyak dikirim ke China adalah rumput laut (74%), dan cumi-sotong-gurita (43%).
Susi Pudjiastuti menyebut, dominasi AS sebagai negara tujuan ekspor hasil perikanan RI tidak lepas dari kesepakatan yang sudah terbangun sejak beberapa tahun terakhir.
Susi menuturkan intensitas memerangi ilegal fishing yang dilakukan pemerintah RI membuat AS membebaskan pungutan impor hasil perikanan dari RI.
"Ini tanpa perundingan. Saya minta secara khusus saat itu karena kita sudah banyak memerangi ilegal fishing. Maka dibebaskan menjadi nol. Saya bilang, kalau tidak kapal pencuri saya suruh masuk lagi dan dampaknya bisa ke mereka," ungkapnya.
Kebijakan ini dinilai menguntungkan Indonesia. Susi menyebut nilai tarif impor yang bisa ditekan mencapai ratusan juta dolar.
"Nilainya ratusan juta dolar. AS dulunya tarif impor beragam mulai 15%, bisa sampai paling tinggi 30%. Ini adalah berkat konsistensi kita melawan ilegal fishing," pungkasnya.
Seperti diketahui, Menteri Susi memiliki cara tersendiri dalam memerangi illegal fishing, di antaranya adalah kebijakan penenggelaman kapal yang menagkap ikan secara ilegal di perairan RI.
(ray) Next Article Susi 'Cium' Kapal Asing Beraksi Lagi, KKP Komentar Begini
Hal ini terungkap saat Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, memaparkan refleksi 2018 di kantornya, Senin (17/12/2018).
Berdasarkan data dari Januari - Oktober 2018, tercatat 6 komoditas utama yang menorehkan ekspor dengan total 621,20 ribu ton atau senilai US$ 3,12 miliar.
Dalam hal ini, AS menyerap porsi terbesar ekspor RI pada 3 komoditas utama, yakni udang (70% dari total ekspor udang), tuna (35%), dan rajungan-kepiting (78%).
Sementara itu, yang banyak dikirim ke China adalah rumput laut (74%), dan cumi-sotong-gurita (43%).
Susi Pudjiastuti menyebut, dominasi AS sebagai negara tujuan ekspor hasil perikanan RI tidak lepas dari kesepakatan yang sudah terbangun sejak beberapa tahun terakhir.
Susi menuturkan intensitas memerangi ilegal fishing yang dilakukan pemerintah RI membuat AS membebaskan pungutan impor hasil perikanan dari RI.
"Ini tanpa perundingan. Saya minta secara khusus saat itu karena kita sudah banyak memerangi ilegal fishing. Maka dibebaskan menjadi nol. Saya bilang, kalau tidak kapal pencuri saya suruh masuk lagi dan dampaknya bisa ke mereka," ungkapnya.
Kebijakan ini dinilai menguntungkan Indonesia. Susi menyebut nilai tarif impor yang bisa ditekan mencapai ratusan juta dolar.
"Nilainya ratusan juta dolar. AS dulunya tarif impor beragam mulai 15%, bisa sampai paling tinggi 30%. Ini adalah berkat konsistensi kita melawan ilegal fishing," pungkasnya.
Seperti diketahui, Menteri Susi memiliki cara tersendiri dalam memerangi illegal fishing, di antaranya adalah kebijakan penenggelaman kapal yang menagkap ikan secara ilegal di perairan RI.
(ray) Next Article Susi 'Cium' Kapal Asing Beraksi Lagi, KKP Komentar Begini
Most Popular