Jonan Buka Suara Soal Laba Pertamina yang Hanya Rp5 T

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
14 December 2018 19:50
Jonan bilang soal laba Pertamina yang hanya Rp 5 triliun tak perlu diributkan
Foto: detikFoto/Ari Saputra
Jakarta, CNBC Indonesia- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menyoroti perolehan laba PT Pertamina (Persero) yang sampai sejauh ini baru sebesar Rp 5 triliun. Turun drastis dibandingkan laba tahun lalu yang sebesar Rp 35 triliun.

Jonan menyebut, perolehan laba ini pada dasarnya tergantung pada kurs. Ia meyakini, sampai akhir tahun, laba BUMN migas tersebut bisa bertambah.



"Saya tidak tahu laba Pertamina bagaimana, tetapi saya yakin mungkin pada akhirnya Pertamina untungnya bisa US$ 700 juta atau US$ 1 miliar, karena dalam mata uang dolar AS, ya jadi bisa saja Rp 5-15 (triliun)," ujar Jonan dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (14/12/2018).

Kendati demikian, Jonan meminta agar tidak terlalu meributkan hal tersebut. Ia menuturkan, pasalnya, merosotnya laba Pertamina juga tidak terlepas demi kepentingan masyarakat.

"Pertamina umurnya sudah 61 tahun, masyarakat sudah 61 tahun jadi pelanggan Pertamina. Suatu hari pelanggan datang, bilang tidak mampu beli BBM karena pengjasilan kurang, 'mosok' Pertamina tidak mau ngalah sedikit untuk pelanggan yang sudah berpuluh-puluh tahun?" katanya.

Namun, lanjut Jonan, bukan berarti pemerintah tidak peduli akan keuangan Pertamina. Justru sebaliknya, maka diberikanlah blok Mahakam, dan blok-blok terminasi lainnya yang bisa menambah keuntungan perusahaan migas pelat merah tersebut.

"Pemerintah kan sudah kasih blok Mahakam, kalau tidak salah itu bisa menambah keuntungan Pertamina sebesar US$ 300-400 juta, belum tambahan dari blok-blok lain di kemudian hari, ini penting menurut saya," tambah Jonan.

Hal lain yang tidak kalah penting, menurut Jonan, jika salah satu solusinya adalah menaikkan harga jual BBM, hal ini malah bisa saja membuat pembeli atau pelanggan Pertamina berkurang.

"Kalau saya jadi Pertamina, ya sudah kalau daya beli masyarakat kurang, ya tidak apa saya rugi sedikit di sektor jualan bensin (Premium), tapi di sektor lainnya kan masih untung. Ini dikombinasikan lah, dihitung total," pungkas Jonan.

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) hanya membukukan laba bersih sebesar Rp 5 triliun sampai pada kuartal III-2018. Angka ini didapatkan dari paparan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).



Perolehan tersebut  merosot jauh dibanding capaian di 2017 lalu, yang tercatat dalam setahun perseroan bisa membukukan laba hingga Rp 35 triliun. 

"Ini untuk kuartal III-2018, untuk per sektor bisa dijelaskan deputi terkait," ujar Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN Aloysius Kiik Ro, di Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (4/12/2018). 

Merosotnya perolehan laba ini sebenarnya sudah pernah diungkapkan beberapa bulan lalu oleh Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno. Fajar menuturkan, hal tersebut utamanya disebabkan oleh harga minyak dunia yang mengalami kenaikan. Meski harga minyak yang naik tersebut menyebabkan pendapatan di sektor hulu migas naik, hal tersebut belum cukup untuk menjadi kompensasi pendapatan di sektor hilir.

Dalam sebuah riset perbankan dalam negeri yang diterbitkan Juli 2018, dikatakan, Pertamina bisa merugi hingga Rp 2,8 triliun setiap harga minyak Brent naik US$ 1 per barel.

Namun, kinerja keuangan ini bisa dinilai membaik di tahun depan, lantaran pemerintah akan memberikan kepada BUMN migas tersebut biaya penggantian atas penyaluran Solar di 2017 yang mencapai US$ 1,3 miliar, atau setara Rp 18,8 triliun (kurs Rp 14.528 per dolar AS).
(gus/gus) Next Article Subsidi Capai Rp 64 T, Ini 3 Jurus Jonan Tekan Konsumsi LPG

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular