
Paris Butuh 1 Abad Jadi Smart City, Jakarta Cuma 13 Tahun!
Iswari Anggit, CNBC Indonesia
14 December 2018 18:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Pencanganan Jakarta untuk mulai menjadi smart city pada tahun depan ditegaskan hari ini oleh Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ).
Dalam konferensi pers, Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono menjelaskan, smart city akan diwujudkan melalui integrasi moda transportasi baik secara fisik mau pun sistem.
"Tidak hanya integrasi fisik, seperti MRT dan LRT. MRT kan harus integrasi karena diumpan, pengumpannya bus TransJakarta, TransJabodetabek, LRT. Sistemnya juga akan diintegarasi, seperti ticketing. Jadi, nanti kartu bisa dibaca semua, istilahnya open loob," jelas Bambang, Jumat (14/12/2018).
Menurut Bambang, nantinya satu tiket bisa digunakan untuk seluruh moda transportasi. Hingga saat ini, pembahasan terkait integrasi tiket moda transportasi diakui Bambang, sudah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia.
"Sudah diusulkan Menteri Perhubungan ke BI, dan BI sudah setuju. Tahun ini target [integrase], tapi karena BI mau audit jadi ditunda dulu," terangnya.
Melengkapi penjelasan Bambang, Kasubdit Manajemen Rekayasa Lalu Lintas, Hananto Prakoso, menjelaskan kalau pihak BPTJ memiliki rencana jangka panjang menuju smart city hingga tahun 2029. Paris, menjadi kota acuan yang ingin ditiru BPTJ.
Menurut Hananto, pihaknya akan menerapkan kebijakan push and pull untuk mewujudkan smart city.
"Ada push and pull policy; menekan kendaraan pribadi ke angkutan umum, dan menarik pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum," jelas Hananto.
"Di Paris, moda share-nya sudah mencapai 63% dan telah dimulai sekitar 1 abad yang lalu. Dalam RITJ [Rancangan Induk Transportasi Jabodetabek] kita yang dimulai 2018 dan harus dicapai 2029, based line kita saat ini 24%, kita harus kejar yang dicapai Paris dalam 1 abad, kita capai 13 tahun," sambungnya.
(ray) Next Article Orang Jakarta dan Sekitarnya Malas Pakai Transportasi Umum
Dalam konferensi pers, Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono menjelaskan, smart city akan diwujudkan melalui integrasi moda transportasi baik secara fisik mau pun sistem.
"Tidak hanya integrasi fisik, seperti MRT dan LRT. MRT kan harus integrasi karena diumpan, pengumpannya bus TransJakarta, TransJabodetabek, LRT. Sistemnya juga akan diintegarasi, seperti ticketing. Jadi, nanti kartu bisa dibaca semua, istilahnya open loob," jelas Bambang, Jumat (14/12/2018).
Menurut Bambang, nantinya satu tiket bisa digunakan untuk seluruh moda transportasi. Hingga saat ini, pembahasan terkait integrasi tiket moda transportasi diakui Bambang, sudah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia.
"Sudah diusulkan Menteri Perhubungan ke BI, dan BI sudah setuju. Tahun ini target [integrase], tapi karena BI mau audit jadi ditunda dulu," terangnya.
Melengkapi penjelasan Bambang, Kasubdit Manajemen Rekayasa Lalu Lintas, Hananto Prakoso, menjelaskan kalau pihak BPTJ memiliki rencana jangka panjang menuju smart city hingga tahun 2029. Paris, menjadi kota acuan yang ingin ditiru BPTJ.
Menurut Hananto, pihaknya akan menerapkan kebijakan push and pull untuk mewujudkan smart city.
"Ada push and pull policy; menekan kendaraan pribadi ke angkutan umum, dan menarik pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum," jelas Hananto.
"Di Paris, moda share-nya sudah mencapai 63% dan telah dimulai sekitar 1 abad yang lalu. Dalam RITJ [Rancangan Induk Transportasi Jabodetabek] kita yang dimulai 2018 dan harus dicapai 2029, based line kita saat ini 24%, kita harus kejar yang dicapai Paris dalam 1 abad, kita capai 13 tahun," sambungnya.
(ray) Next Article Orang Jakarta dan Sekitarnya Malas Pakai Transportasi Umum
Most Popular