Orang Jakarta dan Sekitarnya Malas Pakai Transportasi Umum
04 February 2020 13:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Transportasi umum di Jabodetabek masih kalah bersaing dengan kendaraan pribadi. Hal ini tercermin dari minat warga Jabodetabek yang begitu minim dalam penggunaan transportasi umum.
"Kalau dari catatan 32% (yang pakai transportasi umum di Jabodetabek). Idealnya 60-70%," kata Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi di Jakarta, Selasa (4/2/20).
Budi mengaku, banyak permasalahan yang menyebabkan hal tersebut. Sayangnya tidak tak menjelaskan lebih lanjut mengenai permasalahan tersebut. Satu yang pasti, pihaknya terus berupaya meningkatkan kualitas layanan transportasi umum.
"Permasalahannya banyak, dan kita sudah menyepakati angkutan massal menjadi suatu keniscayaan. Nah, masing-masing daerah memiliki rencana, ini kita harus koordinasikan menjadi suatu eksekusi," bebernya.
Dia menegaskan, pada dasarnya inisiatif dari masing-masing pemda itu penting. Namun, inisiatif tersebut harus dikoordinasikan, terutama mengenai pendanaan pembangunan transportasi publik.
"Karena tidak mungkin pemerintah pusat mendanai semuanya tersebut. Kita sekarang ini berinisiatif membuat KPBU (kerja sama pemerintah badan usaha) yang melibatkan swasta untuk mengembangkan transportasi," katanya.
Sejalan dengan itu, dia juga terus berupaya mendorong kesadaran masyarakat. "Agar kesertaan warga meningkat, kalau tidak didorong, dilakukan peningkatan transportasi umum akan sia-sia," katanya.
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Polana B Pramesti, menambahkan bahwa salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan kebijakan pembatasan kendaraan pribadi. Rencana penerapan electronic road pricing (ERP) atau jalan berbayar terus digodok.
Polana bilang, ERP akan diterapkan secara terpadu di Jabodetabek karena itu, dibutuhkan pelibatan Pemda.
"Masih dibahas masing-masing Pemda, kami juga bahas. Mudah-mudahan tahun ini selesai," katanya.
Faktanya memang transportasi umum di Jakarta dan sekitarnya belum semua terbangun. Selain TransJakarta yang sudah terbangun hingga belasan koridor, dan commuter line yang belum ada tambahan jalur. Transportasi lain seperti MRT belum tuntas semuanya. LRT juga baru sebagian kecil terbangun dan belum terkoneksi antar moda, seperti LRT Jabodebek yang masih tahap pembangunan.
(hoi/hoi)
"Kalau dari catatan 32% (yang pakai transportasi umum di Jabodetabek). Idealnya 60-70%," kata Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi di Jakarta, Selasa (4/2/20).
Budi mengaku, banyak permasalahan yang menyebabkan hal tersebut. Sayangnya tidak tak menjelaskan lebih lanjut mengenai permasalahan tersebut. Satu yang pasti, pihaknya terus berupaya meningkatkan kualitas layanan transportasi umum.
"Permasalahannya banyak, dan kita sudah menyepakati angkutan massal menjadi suatu keniscayaan. Nah, masing-masing daerah memiliki rencana, ini kita harus koordinasikan menjadi suatu eksekusi," bebernya.
Dia menegaskan, pada dasarnya inisiatif dari masing-masing pemda itu penting. Namun, inisiatif tersebut harus dikoordinasikan, terutama mengenai pendanaan pembangunan transportasi publik.
"Karena tidak mungkin pemerintah pusat mendanai semuanya tersebut. Kita sekarang ini berinisiatif membuat KPBU (kerja sama pemerintah badan usaha) yang melibatkan swasta untuk mengembangkan transportasi," katanya.
Sejalan dengan itu, dia juga terus berupaya mendorong kesadaran masyarakat. "Agar kesertaan warga meningkat, kalau tidak didorong, dilakukan peningkatan transportasi umum akan sia-sia," katanya.
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Polana B Pramesti, menambahkan bahwa salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan kebijakan pembatasan kendaraan pribadi. Rencana penerapan electronic road pricing (ERP) atau jalan berbayar terus digodok.
Polana bilang, ERP akan diterapkan secara terpadu di Jabodetabek karena itu, dibutuhkan pelibatan Pemda.
"Masih dibahas masing-masing Pemda, kami juga bahas. Mudah-mudahan tahun ini selesai," katanya.
Faktanya memang transportasi umum di Jakarta dan sekitarnya belum semua terbangun. Selain TransJakarta yang sudah terbangun hingga belasan koridor, dan commuter line yang belum ada tambahan jalur. Transportasi lain seperti MRT belum tuntas semuanya. LRT juga baru sebagian kecil terbangun dan belum terkoneksi antar moda, seperti LRT Jabodebek yang masih tahap pembangunan.
Artikel Selanjutnya
Proyek LRT dan MRT Bakal Digarap di Bali, Duitnya dari Sini!
(hoi/hoi)