
Theresa May, Uni Eropa, dan Nasib Kesepakatan Brexit
Muhammad Iqbal, CNBC Indonesia
13 December 2018 15:13

London, CNBC Indonesia - Posisi PM Inggris Theresa May sementara aman. Ini setelah May memenangi pemungutan suara di parlemen, Kamis (13/12/2018) dini hari WIB. Namun, perjuangan May demi kesepakatan Brexit dengan Uni Eropa (UE) akhir bulan lalu, baru akan dimulai.
May akan menghadiri pertemuan Dewan Eropa dalam waktu dekat. Dalam kesempatan itu, dia berharap dapat mengubah klausul yang dikenal dengan sebutan Irish Backstop.
"Backstop" merupakan komitmen Inggris dan UE bahwa tidak akan ada penjagaan militer di perbatasan Irlandia Utara. Komitmen itu terlepas dari tercapai atau tidaknya Brexit.
Ketika Inggris meninggalkan Uni Eropa pada Maret 2019, periode transisi 21 bulan dimulai di mana diharapkan Inggris dan UE dapat mencapai kesepakatan dagang. Jika itu tidak terjadi (meskipun masa transisi bisa diperpanjang), masalah "backstop" akan menyeruak.
"Backstop" penuh kontroversi karena akan berdampak kepada posisi Irlandia Utara yang tetap sejalan dengan UE. Prospek itu jelas tidak menyenangkan bagi banyak politisi di Negeri Ratu Elizabeth.
Dilansir CNBC International, Kamis (13/12/2018), masalah perbatasan Irlandia telah ada sejak pembicaraan Brexit dimulai 18 bulan lalu. Namun, isu backstop belakangan ramai karena memiliki pengaruh yang luas.
Namun, kalangan analis memperkirakan, UE tidak akan mengubah pendirian terkait masalah tersebut.
"Kami tahu Uni Eropa tidak akan menegosiasikan kembali, tetapi mereka mungkin menawarkan tambahan perjanjian perdagangan dan politik yang komprehensif. Tetapi mereka (UE) tidak akan benar-benar membuka kembali kesepakatan yang ditandatangani Inggris tiga pekan lalu," ujar analis senior di Stratfor Adriano Bosoni.
Presiden Dewan Eropa Donald Tusk telah menegaskan kesepakatan Brexit saat ini, yang sudah disetujui UE akhir November lalu, merupakan pilihan satu-satunya.
"Pada pertemuan di Brussels, kepala perunding UE Michel Barnier akan menjelaskan kepada 27 pemimpin UE terkait backstop. Tuntutan yang disampaikan Pemerintah Inggris akan bertentangan dengan kesepakatan yang ada sehingga tidak dapat dieksekusi," ujar analis Eurasia Group Mujtaba Rahman.
"Negosiasi backstop sudah berakhir," kata perunding senior UE kepada Rahman.
Namun, situasinya tidak sepenuhnya suram bagi May.
"Ada beberapa tanda yang berasal dari Uni Eropa bahwa mereka mungkin melakukan hal-hal di luar kesepakatan," kata analis Open Europe Henry Newman.
Setelah menuntaskan negosiasi di Brussels, May harus memperjelas hasil negosiasi kepada majelis rendah, yaitu British House of Commons.
"Masalahnya adalah bahwa May berada di tengah-tengah," katanya. "Dia berada di persimpangan jalan dan dalam politik adalah ketika Anda di persimpangan jalan, Anda bisa terlindas," ujar Newman.
(miq/gus) Next Article Dikepung Pemberontakan, PM Inggris Menangkan Voting Brexit
May akan menghadiri pertemuan Dewan Eropa dalam waktu dekat. Dalam kesempatan itu, dia berharap dapat mengubah klausul yang dikenal dengan sebutan Irish Backstop.
Ketika Inggris meninggalkan Uni Eropa pada Maret 2019, periode transisi 21 bulan dimulai di mana diharapkan Inggris dan UE dapat mencapai kesepakatan dagang. Jika itu tidak terjadi (meskipun masa transisi bisa diperpanjang), masalah "backstop" akan menyeruak.
"Backstop" penuh kontroversi karena akan berdampak kepada posisi Irlandia Utara yang tetap sejalan dengan UE. Prospek itu jelas tidak menyenangkan bagi banyak politisi di Negeri Ratu Elizabeth.
Dilansir CNBC International, Kamis (13/12/2018), masalah perbatasan Irlandia telah ada sejak pembicaraan Brexit dimulai 18 bulan lalu. Namun, isu backstop belakangan ramai karena memiliki pengaruh yang luas.
![]() |
Namun, kalangan analis memperkirakan, UE tidak akan mengubah pendirian terkait masalah tersebut.
"Kami tahu Uni Eropa tidak akan menegosiasikan kembali, tetapi mereka mungkin menawarkan tambahan perjanjian perdagangan dan politik yang komprehensif. Tetapi mereka (UE) tidak akan benar-benar membuka kembali kesepakatan yang ditandatangani Inggris tiga pekan lalu," ujar analis senior di Stratfor Adriano Bosoni.
Presiden Dewan Eropa Donald Tusk telah menegaskan kesepakatan Brexit saat ini, yang sudah disetujui UE akhir November lalu, merupakan pilihan satu-satunya.
"Pada pertemuan di Brussels, kepala perunding UE Michel Barnier akan menjelaskan kepada 27 pemimpin UE terkait backstop. Tuntutan yang disampaikan Pemerintah Inggris akan bertentangan dengan kesepakatan yang ada sehingga tidak dapat dieksekusi," ujar analis Eurasia Group Mujtaba Rahman.
![]() |
"Negosiasi backstop sudah berakhir," kata perunding senior UE kepada Rahman.
Namun, situasinya tidak sepenuhnya suram bagi May.
"Ada beberapa tanda yang berasal dari Uni Eropa bahwa mereka mungkin melakukan hal-hal di luar kesepakatan," kata analis Open Europe Henry Newman.
Setelah menuntaskan negosiasi di Brussels, May harus memperjelas hasil negosiasi kepada majelis rendah, yaitu British House of Commons.
"Masalahnya adalah bahwa May berada di tengah-tengah," katanya. "Dia berada di persimpangan jalan dan dalam politik adalah ketika Anda di persimpangan jalan, Anda bisa terlindas," ujar Newman.
(miq/gus) Next Article Dikepung Pemberontakan, PM Inggris Menangkan Voting Brexit
Most Popular