
Proyek Kereta Cepat JKT-BDG Pakai 558 Tenaga Kerja Asing
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
11 December 2018 17:18

Jakarta, CNBC Indonsia - Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sepanjang 142 kilometer (km) tengah dibangun. Proyek ini mempekerjakan 1.946 orang tenaga kerja. Dari jumlah itu, sebanyak 558 orang merupakan tenaga kerja asing.
Dalam bahan rapat BUMN infrastruktur dengan Komisi VI DPR, Selasa (11/12/2018), terungkap tenaga kerja lokal yang dipakai adalah 1.388 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 768 orang merupakan tenaga kerja kasar. Tidak ada tenaga kerja asing yang berperan sebagai buruh kasar.
"Kami tidak semua menguasai teknologi kereta cepat ini. Jadi komposisi pekerja ini, kami tidak bisa memimpin semua, tapi transfer of knowledge-nya harus cepat," kata Direktur Utama PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), Tumiyana.
Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ini digarap oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Sebanyak 40% pemegang saham KCIC adalah Beijing Yawan HSR Co Ltd.
Untuk menguasai 40% saham KCIC, Beijing Yawan harus menyuntik modal sebesar Rp 8,11 triliun. Namun hingga 28 November 2018, perusahaan asal China tersebut baru menyetor modal sebesar Rp 4,25 triliun.
Pemegang saham mayoritas KCIC adalah PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia, yang merupakan konsorsium BUMN. Di antaranya PT Wijaya Karya Tbk, PT Kereta Api Indonesia, PTPN VIII, dan PT Jasa Marga Tbk.
PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia ini menguasai 60% saham KCIC. Adapun setoran modal yang direncanakan konsorsium BUMN tersebut sebesar Rp 11,17 triliun. Setoran modal yang telah dikucurkan masing-masing BUMN mencapai Rp 6,87 triliun.
Pembangunan kereta cepat tersebut masih dalam proses hingga saat ini. Direncanakan ada 4 stasiun besar yakni Halim, Karawang, Walini dan Tegalluar.
(wed/hps) Next Article DPR Dukung WIKA Dapat 'Suntikan' PMN Rp 6 T di 2024
Dalam bahan rapat BUMN infrastruktur dengan Komisi VI DPR, Selasa (11/12/2018), terungkap tenaga kerja lokal yang dipakai adalah 1.388 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 768 orang merupakan tenaga kerja kasar. Tidak ada tenaga kerja asing yang berperan sebagai buruh kasar.
"Kami tidak semua menguasai teknologi kereta cepat ini. Jadi komposisi pekerja ini, kami tidak bisa memimpin semua, tapi transfer of knowledge-nya harus cepat," kata Direktur Utama PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), Tumiyana.
![]() |
Untuk menguasai 40% saham KCIC, Beijing Yawan harus menyuntik modal sebesar Rp 8,11 triliun. Namun hingga 28 November 2018, perusahaan asal China tersebut baru menyetor modal sebesar Rp 4,25 triliun.
![]() |
Pemegang saham mayoritas KCIC adalah PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia, yang merupakan konsorsium BUMN. Di antaranya PT Wijaya Karya Tbk, PT Kereta Api Indonesia, PTPN VIII, dan PT Jasa Marga Tbk.
PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia ini menguasai 60% saham KCIC. Adapun setoran modal yang direncanakan konsorsium BUMN tersebut sebesar Rp 11,17 triliun. Setoran modal yang telah dikucurkan masing-masing BUMN mencapai Rp 6,87 triliun.
Pembangunan kereta cepat tersebut masih dalam proses hingga saat ini. Direncanakan ada 4 stasiun besar yakni Halim, Karawang, Walini dan Tegalluar.
(wed/hps) Next Article DPR Dukung WIKA Dapat 'Suntikan' PMN Rp 6 T di 2024
Most Popular