Internasional
Perang Dagang: Pabrik Perakit Apple iPhone Pindah ke RI
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
06 December 2018 18:47

Taipei, CNBC Indonesia - Perusahaan perakit ponsel pintar (smartphone) iPhone, Pegatron, telah memilih Indonesia sebagai negara tujuan diversifikasi pertama manufakturnya keluar dari China di tengah ketegangan perdagangan antara Washington dan Beijing.
Pabrikan elektronik yang berbasis di Taiwan itu sedang mempersiapkan mengalihkan produksi produk non-iPhone yang terkena tarif impor AS ke sebuah pabrik yang disewa di Batam dalam enam bulan ke depan.
Sumber yang mengetahui tentang rencana itu mengatakan produk yang termasuk set-top kotak dan perangkat pintar lainnya menyumbang hampir US$ 1 miliar (Rp 14 triliun) dalam pendapatan tahunan perusahaan. Investasi itu akan dimulai bulan ini, dengan produksi penuh diperkirakan terjadi pada pertengahan 2019, kata narasumber itu, dikutip dari Nikkei Asian Review, Kamis (6/12/2018).
Langkah Pegatron menggarisbawahi tekanan yang terus meningkat pada banyak produsen yang telah melebarkan sayapnya di China dalam beberapa tahun terakhir. Sekarang mereka mendapati bisnisnya terhimpit oleh ketegangan perdagangan, meningkatnya upah, dan kekurangan tenaga kerja.
Beberapa perusahaan lain yang baru-baru ini juga mengindikasikan rencana untuk mengalihkan produksi non-Apple dari China, di antaranya saingan Pegatron, Wistron, pembuat Apple Watch Quanta Computer and Compal, dan pembuat AirPods Inventec.
Keputusan Pegatron untuk melakukan diversifikasi keluar dari China tidak akan berubah meskipun telah terjadi gencatan senjata baru-baru ini antara para pemimpin China dan AS pada pertemuan G-20 akhir pekan lalu, kata sumber itu.
"Pertemuan Trump-Xi tidak akan mempengaruhi langkah strategi Pegatron," katanya.
Namun, investasi Indonesia sedang dipercepat sebagai indikasi bahwa tarif impor AS telah memukul mereka.
"Investasi akan dilakukan pada akhir bulan ini atau pada awal bulan depan paling lambat, karena akan membutuhkan dua kuartal bagi Pegatron untuk memindahkan, memasang, dan mensertifikasi peralatan sebelum pabrik beroperasi penuh," kata narasumber lain yang mengetahui rencana itu.
"Ini tidak bisa ditunda lama," tambah narasumber itu.
Pegatron mengatakan "menyurvei semua kemungkinan" tetapi menolak untuk berkomentar lebih lanjut.
Nikkei Asian Review juga telah mengetahui bahwa Pegatron juga mempertimbangkan Vietnam utara sebagai lokasi manufaktur lain. Negara ini telah memiliki rantai pasokan elektronik yang terus berkembang berkat operasi perakitan smartphone Samsung Electronics.
"Tetapi investasi di pulau Batam lebih cepat dari tempat lain," kata sumber itu.
Terletak hanya 20 km dari pantai selatan Singapura, Batam adalah bagian terdekat dari Indonesia ke Singapura dan bagian dari zona perdagangan bebas di Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Singapura.
Pegatron akan menyewa pabrik yang dapat mempekerjakan 8.000 hingga 10.000 pekerja.
Perusahaan perlu menyewa daripada membangun fasilitas baru untuk memastikan produksi sesegera mungkin, kata dua sumber kepada Nikkei. Ini akan memungkinkan perusahaan untuk memindahkan peralatan dari China lebih cepat, kata mereka.
Dibandingkan dengan sesama rekan Taiwan lainnya, seperti Foxconn Technology Group, Wistron, Inventec dan Compal Electronics (yang semuanya telah memiliki fasilitas di Asia Tenggara selama bertahun-tahun), Pegatron enggan berinvestasi dalam kapasitas manufaktur di luar China.
Sekarang, selain perang dagang, kondisi di China semakin sulit.
Selama musim puncak antara September dan November setiap tahun, Pegatron, bersama dengan anak perusahaannya, membutuhkan lebih dari 200.000 pekerja setiap tahun. Menjadi semakin menantang untuk menemukan para pekerja ini, mengingat tingginya pergantian staf dan persaingan sengit antara produsen elektronik untuk mendapatkan tenaga kerja.
Chief Financial Officer Pegatron Charles Lin mengatakan kepada investor pada bulan November bahwa fasilitas baru Pegatron dapat tersebar di tiga negara di Asia Tenggara.
(prm) Next Article Perang Dagang Memanas, Demonstran China Bakar Apple iPhone
Pabrikan elektronik yang berbasis di Taiwan itu sedang mempersiapkan mengalihkan produksi produk non-iPhone yang terkena tarif impor AS ke sebuah pabrik yang disewa di Batam dalam enam bulan ke depan.
Sumber yang mengetahui tentang rencana itu mengatakan produk yang termasuk set-top kotak dan perangkat pintar lainnya menyumbang hampir US$ 1 miliar (Rp 14 triliun) dalam pendapatan tahunan perusahaan. Investasi itu akan dimulai bulan ini, dengan produksi penuh diperkirakan terjadi pada pertengahan 2019, kata narasumber itu, dikutip dari Nikkei Asian Review, Kamis (6/12/2018).
Beberapa perusahaan lain yang baru-baru ini juga mengindikasikan rencana untuk mengalihkan produksi non-Apple dari China, di antaranya saingan Pegatron, Wistron, pembuat Apple Watch Quanta Computer and Compal, dan pembuat AirPods Inventec.
Keputusan Pegatron untuk melakukan diversifikasi keluar dari China tidak akan berubah meskipun telah terjadi gencatan senjata baru-baru ini antara para pemimpin China dan AS pada pertemuan G-20 akhir pekan lalu, kata sumber itu.
"Pertemuan Trump-Xi tidak akan mempengaruhi langkah strategi Pegatron," katanya.
![]() |
"Investasi akan dilakukan pada akhir bulan ini atau pada awal bulan depan paling lambat, karena akan membutuhkan dua kuartal bagi Pegatron untuk memindahkan, memasang, dan mensertifikasi peralatan sebelum pabrik beroperasi penuh," kata narasumber lain yang mengetahui rencana itu.
"Ini tidak bisa ditunda lama," tambah narasumber itu.
Pegatron mengatakan "menyurvei semua kemungkinan" tetapi menolak untuk berkomentar lebih lanjut.
Nikkei Asian Review juga telah mengetahui bahwa Pegatron juga mempertimbangkan Vietnam utara sebagai lokasi manufaktur lain. Negara ini telah memiliki rantai pasokan elektronik yang terus berkembang berkat operasi perakitan smartphone Samsung Electronics.
"Tetapi investasi di pulau Batam lebih cepat dari tempat lain," kata sumber itu.
![]() |
Terletak hanya 20 km dari pantai selatan Singapura, Batam adalah bagian terdekat dari Indonesia ke Singapura dan bagian dari zona perdagangan bebas di Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Singapura.
Pegatron akan menyewa pabrik yang dapat mempekerjakan 8.000 hingga 10.000 pekerja.
Perusahaan perlu menyewa daripada membangun fasilitas baru untuk memastikan produksi sesegera mungkin, kata dua sumber kepada Nikkei. Ini akan memungkinkan perusahaan untuk memindahkan peralatan dari China lebih cepat, kata mereka.
Dibandingkan dengan sesama rekan Taiwan lainnya, seperti Foxconn Technology Group, Wistron, Inventec dan Compal Electronics (yang semuanya telah memiliki fasilitas di Asia Tenggara selama bertahun-tahun), Pegatron enggan berinvestasi dalam kapasitas manufaktur di luar China.
Sekarang, selain perang dagang, kondisi di China semakin sulit.
Selama musim puncak antara September dan November setiap tahun, Pegatron, bersama dengan anak perusahaannya, membutuhkan lebih dari 200.000 pekerja setiap tahun. Menjadi semakin menantang untuk menemukan para pekerja ini, mengingat tingginya pergantian staf dan persaingan sengit antara produsen elektronik untuk mendapatkan tenaga kerja.
Chief Financial Officer Pegatron Charles Lin mengatakan kepada investor pada bulan November bahwa fasilitas baru Pegatron dapat tersebar di tiga negara di Asia Tenggara.
(prm) Next Article Perang Dagang Memanas, Demonstran China Bakar Apple iPhone
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular