Internasional

AS-China Gencatan Senjata, Trump Lakukan Blunder?

Bernhart Farras, CNBC Indonesia
05 December 2018 14:19
AS-China Gencatan Senjata, Trump Lakukan Blunder?
Foto: CNBC
Jakarta, CNBC Indonesia - Kesepakatan penghentian sementara kenaikan bea masuk impor antara Presiden Amerika Serikat (AS) dengan Presiden China Xi Jinping pada pertemuan G20 di Argentina merupakan sebuah "kesalahan" yang merongring sistem perdagangan global.

Hal ini diungkapkan Adam Triggs, Direktur Economic Research dari Australia National University (ANU) seperti dikutip dari CNBC international, Rabu (5/12/2018).

Menurut Adam Triggs ada sejumlah alasan untuk tidak menyukai kesepakatan ini ketimbang waktu kesepakatan yang telah ditentukan.

"Kesepakatan itu adalah kesalahan karena merongrong sistem perdagangan global, akan mengalihkan perdagangan dari negara lain dan tidak akan mengurangi defisit perdagangan AS," katanya dalam email hari Selasa. "Ada masalah penting dalam sistem perdagangan yang harus ditangani G-20."


Triggs menambahkan, kelompok multinasional seperti G-20 seharusnya dikerahkan dalam membuat kesepakatan multilateral tentang isu-isu seperti kebutuhan untuk menghilangkan hambatan perdagangan layanan.



"Fokus Trump yang konstan pada transaksi bilateral mengalihkan perhatian G-20 dari isu-isu nyata ini," tambahnya. "Ini adalah masalah yang hanya bisa diselesaikan secara multilateral, bukan secara bilateral."



Asal tahu saja, kedua pemimpin dunia sepakat untuk menjeda eskalasi perang dagang mereka pada KTT G-20 di Buenos Aires. AS akan menghentikan sementara bea masuk sebesar 10% pada lebih dari US$200 miliar (Rp 2.881 triliun) produk China.

AS akan menunggu 90 hari sebelum menaikkan bea masuk menjadi 25% selagi kedua negara melanjutkan negosiasi, menurut Gedung Putih.

Pasar awalnya bersorak karena gencatan senjata, tetapi kemudian ragu perang dagang segera selesai. Perbedaan pernyataan yang tidak konsisten oleh Beijing dan Washington jadi penyebabnya.

Gedung Putih bahkan menyatakan kedua belah pihak tidak akan dapat menemukan kesamaan dalam periode 90 hari dan menyalakan kembali kekhawatiran bahwa pertarungan bea masuk, dapat memperlambat ekonomi global.



[Gambas:Video CNBC]


Trump dan Xi termotivasi untuk mencapai kesepakatan ini untuk mengimbangi tekanan domestik yang mereka hadapi ketika perang dagang terus memanas, ata Stephen Nagy, profesor senior di International Christian University di Tokyo dan orang terhormat di Asia Pacific Foundation, Kanada.



Motivasi pemerintahan Trump lebih "taktis" dengan presiden yang berusaha mendapatkan "modal politik sebagai kekuatan oposisi telah meningkat selama beberapa bulan terakhir," katanya.

Ketika Trump menghadapi tekanan domestik atas penyelidikan federal ke kampanyenya dan rekan-rekannya, Ia membutuhkan "kemenangan politik" di kampung halamannya, tambah Nagy.

"Pertemuan saya di Argentina dengan Presiden Xi dari Tiongkok adalah sesuatu yang luar biasa. Hubungan dengan Tiongkok telah mengambil lompatan BESAR! Hal yang sangat baik akan terjadi. Kita berurusan dengan kekuatan besar, tetapi China juga memiliki banyak keuntungan jika dan ketika kesepakatan selesai. Semua bisa memiliki keuntungan yang sama!" cuitan Trump di Twitter, diterjemahkan oleh CNBC Indonesia.

Sebagai perbandingan, China lebih memiliki tujuan jangka panjang karena mencoba untuk mengkalibrasi ulang strategi untuk lebih menangani tekanan AS di masa depan, katanya. "Setelah gencatan senjata 90 hari, ketegangan perdagangan akan berlanjut dan bahkan mungkin semakin dalam," katanya.

[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular