
BPS Minta Operasi Pasar Digelar untuk Stabilkan Harga Beras
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
03 December 2018 17:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi di bulan November 2018 sebesar 0,27%, turun tipis dari bulan sebelumnya sebesar 0,28%.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, sektor transportasi, khususnya angkutan udara menyumbang inflasi terbesar di November tahun ini. Kondisi ini cukup berbeda dengan tahun lalu yang lebih dipengaruhi kenaikan harga bahan makanan.
"Harga beras di November 2017 rata-rata naik 0,62% secara bulanan sehingga sumbangannya ke inflasi 0,03%. Sementara November tahun ini [grosir dan eceran] naik rata-rata 0,70% sehingga sumbangannya sama," jelas Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Senin (3/12/2018).
BPS sendiri mencatat harga beras kualitas medium di tingkat penggilingan di bulan lalu senilai Rp 9.604/kg, naik 2,2% dibandingkan Oktober (month-to-month/mtm).
Sementara itu, harga beras premium di penggilingan sebesar Rp 9.771/kg, naik 1,3%. Adapun harga beras kualitas rendah sebesar Rp 9.426/kg, naik 2,52%.
Menurut Suhariyanto, pada periode Oktober-Desember setiap tahunnya memang selalu terjadi kenaikan harga gabah karena memasuki musim tanam. Dengan suplai gabah yang menurun, tentu saja harga akan naik, diikuti oleh kenaikan harga beras.
"Di satu sisi bagi petani ini bagus karena NTP [nilai tukar petani] naik. Tapi kuncinya di tahun ini stok beras di Bulog cukup banyak. Tahun lalu stok Bulog hanya sekitar 800 ribu ton, sehingga kemampuan intervensi terbatas. Tahun ini, kalau bisa terus dilakukan Operasi Pasar, harga di konsumen akan tetap bagus," jelasnya.
Suhariyanto menegaskan, keseimbangan harga beras yang terbaik adalah ketika petani dapat menjual gabah dengan harga yang tinggi ke penggilingan, namun beras dapat sampai ke tangan konsumen dengan harga yang tetap stabil.
"Sekarang naiknya tipis, itu wajar lah. Desember tahun lalu harganya naik tinggi sekali karena stok yang minim. Dengan stok yang ada tahun ini, saya harap tidak terjadi lagi," pungkasnya.
(ray) Next Article Harga Beras selama Mei 2019 Turun
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, sektor transportasi, khususnya angkutan udara menyumbang inflasi terbesar di November tahun ini. Kondisi ini cukup berbeda dengan tahun lalu yang lebih dipengaruhi kenaikan harga bahan makanan.
"Harga beras di November 2017 rata-rata naik 0,62% secara bulanan sehingga sumbangannya ke inflasi 0,03%. Sementara November tahun ini [grosir dan eceran] naik rata-rata 0,70% sehingga sumbangannya sama," jelas Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Senin (3/12/2018).
Sementara itu, harga beras premium di penggilingan sebesar Rp 9.771/kg, naik 1,3%. Adapun harga beras kualitas rendah sebesar Rp 9.426/kg, naik 2,52%.
Menurut Suhariyanto, pada periode Oktober-Desember setiap tahunnya memang selalu terjadi kenaikan harga gabah karena memasuki musim tanam. Dengan suplai gabah yang menurun, tentu saja harga akan naik, diikuti oleh kenaikan harga beras.
"Di satu sisi bagi petani ini bagus karena NTP [nilai tukar petani] naik. Tapi kuncinya di tahun ini stok beras di Bulog cukup banyak. Tahun lalu stok Bulog hanya sekitar 800 ribu ton, sehingga kemampuan intervensi terbatas. Tahun ini, kalau bisa terus dilakukan Operasi Pasar, harga di konsumen akan tetap bagus," jelasnya.
Suhariyanto menegaskan, keseimbangan harga beras yang terbaik adalah ketika petani dapat menjual gabah dengan harga yang tinggi ke penggilingan, namun beras dapat sampai ke tangan konsumen dengan harga yang tetap stabil.
"Sekarang naiknya tipis, itu wajar lah. Desember tahun lalu harganya naik tinggi sekali karena stok yang minim. Dengan stok yang ada tahun ini, saya harap tidak terjadi lagi," pungkasnya.
(ray) Next Article Harga Beras selama Mei 2019 Turun
Most Popular