
Impor LPG Bengkak, Jonan Minta Gasifikasi Batu Bara Dikebut
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
29 November 2018 10:31

Jakarta, CNBC Indonesia- Impor LPG yang masih tinggi, membuat Menteri ESDM Ignasius Jonan berpikir untuk memandatkan gasifikasi batu bara.
"Impor LPG kita itu setahun kira-kira US$ 3 miliar dolar setara Rp 5 triliun, ini besar. Jadi, kalau perlu mungkin akan kami mandatkan gasifikasi batu bara dengan satu dan lain cara," ujar Jonan dalam acara Pertamina Energy Forum 2018, di Jakarta, Kamis (29/11/2018).
Lebih lanjut, ia menjelaskan, banyak dari sumur-sumur gas Indonesia disebut gas kering (lean gas), komponen C3-C4 tipis sehingga tidak bisa membuat LPG. Ditambah, impor LPG yang tinggi disebabkan konsumsi LPG Indonesia sebesar 6,7- 6,8 juga ton, dari situ 70% itu impor.
"Saya mau kumpulkan perusahaan batu bara, saya mau bicara dengan mereka. Orang bilang ribet memang, mesti ganti sekian komponen tungku tapi ya harus dilakukan. Kalau impor terus ya diketawain sih kita," tutur Jonan.
Tidak hanya impor LPG, Jonan juga menyinggung impor BBM. Ia menyebutkan, dalam sehari, Pertamina bisa mengimpor BBM sebanyak 400.000 barel per hari untuk memenuhi konsumsi BBM masyarakat yang sekitar 1,3 juta barel sehari.
"Penemuan cadangan besar itu 15 tahun lalu, itu di Banyu Urip, blok Cepu. Untuk itu kita harus mendorong Indonesia menjadi negara industrialis, jangan negara perdagangan semata," pungkas Jonan.
Soal gasifikasi batu bara ini juga sempat disinggung oleh Kementerian BUMN. Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno minta Pertamina lebih giat untuk mengembangkan coal gasification. "Pertamina dorong kerjasamanya jangan sampai hanya di MoU dan HoA saja, kalau bisa akhir tahun ini bangun coal gas di Peranap, Riau," sindirnya.
PTBA sempat memprediksi untuk kembangkan gasifikasi batu bara ini dibutuhkan kesiapan dana setidaknya US$ 10 miliar. Terakhir, PT Pertamina (Persero) dan PT Bukit Asam Tbk juga menjalin kerja sama dengan Air Products and Chemicals Inc, perusahaan berbasis di Amerika Serikat. Kerja sama itu dalam rangka meningkatkan nilai tambah batu bara Indonesia.
Kerja sama meliputi pengembangan gasifikasi batubara di Mulut Tambang Batubara Peranap, Riau untuk menjadi dimethylether (DME) dan syntheticnatural gas (SNG).
Dengan kerja sama itu, maka pabrik gasifikasi di Peranap diharapkan dapat mulai beroperasi pada 2022. Kapasitas pabrik yang akan didirikan memiliki kapasitas 400 ribu ton DME per tahun dan 50 mmscfd SNG.
(gus) Next Article Hari Kemerdekaan, Jonan Sindir Pertamina Soal Produksi Turun
"Impor LPG kita itu setahun kira-kira US$ 3 miliar dolar setara Rp 5 triliun, ini besar. Jadi, kalau perlu mungkin akan kami mandatkan gasifikasi batu bara dengan satu dan lain cara," ujar Jonan dalam acara Pertamina Energy Forum 2018, di Jakarta, Kamis (29/11/2018).
"Saya mau kumpulkan perusahaan batu bara, saya mau bicara dengan mereka. Orang bilang ribet memang, mesti ganti sekian komponen tungku tapi ya harus dilakukan. Kalau impor terus ya diketawain sih kita," tutur Jonan.
Tidak hanya impor LPG, Jonan juga menyinggung impor BBM. Ia menyebutkan, dalam sehari, Pertamina bisa mengimpor BBM sebanyak 400.000 barel per hari untuk memenuhi konsumsi BBM masyarakat yang sekitar 1,3 juta barel sehari.
"Penemuan cadangan besar itu 15 tahun lalu, itu di Banyu Urip, blok Cepu. Untuk itu kita harus mendorong Indonesia menjadi negara industrialis, jangan negara perdagangan semata," pungkas Jonan.
![]() |
Soal gasifikasi batu bara ini juga sempat disinggung oleh Kementerian BUMN. Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno minta Pertamina lebih giat untuk mengembangkan coal gasification. "Pertamina dorong kerjasamanya jangan sampai hanya di MoU dan HoA saja, kalau bisa akhir tahun ini bangun coal gas di Peranap, Riau," sindirnya.
PTBA sempat memprediksi untuk kembangkan gasifikasi batu bara ini dibutuhkan kesiapan dana setidaknya US$ 10 miliar. Terakhir, PT Pertamina (Persero) dan PT Bukit Asam Tbk juga menjalin kerja sama dengan Air Products and Chemicals Inc, perusahaan berbasis di Amerika Serikat. Kerja sama itu dalam rangka meningkatkan nilai tambah batu bara Indonesia.
Kerja sama meliputi pengembangan gasifikasi batubara di Mulut Tambang Batubara Peranap, Riau untuk menjadi dimethylether (DME) dan syntheticnatural gas (SNG).
Dengan kerja sama itu, maka pabrik gasifikasi di Peranap diharapkan dapat mulai beroperasi pada 2022. Kapasitas pabrik yang akan didirikan memiliki kapasitas 400 ribu ton DME per tahun dan 50 mmscfd SNG.
(gus) Next Article Hari Kemerdekaan, Jonan Sindir Pertamina Soal Produksi Turun
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular