
November 2018, Impor Gula Rafinasi RI Capai 2,96 Juta Ton
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
27 November 2018 20:46

Jakarta, CNBC Indonesia- Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menyebutkan, realisasi impor gula kristal rafinasi (GKR) untuk kebutuhan industri makanan dan minuman (mamin) hingga bulan ini sudah mencapai 2,96 juta ton dari alokasi impor sepanjang tahun ini sebanyak 3,15 juta ton.
"[Hingga November] sudah masuk 2,96 juta ton sekian, hampir 3 juta lah," kata Oke di kantor Kemenko Perekonomian, Selasa (27/11/2018).
Sebagai informasi, Kementerian Perdagangan di awal tahun ini mengalokasikan impor GKR sebanyak 3,6 juta ton, dengan mekanisme impor dibagi menjadi dua semester, masing-masing 1,8 juta ton.
Namun, dengan realisasi impor di semester I-2018 tidak optimal, hanya mencapai 1,5 juta ton, maka pemerintah akhirnya menurunkan alokasi impor di tahun ini menjadi total hanya 3,15 juta ton.
Sementara itu, Oke mengatakan bahwa pemerintah telah melakukan perhitungan teknis alokasi impor GKR untuk tahun depan. Namun, dia belum bisa mengungkapkan angkanya karena menunggu persetujuan di tingkat Menteri.
"Saya belum bisa kemukakan karena belum diputuskan. Sebentar lagi diputuskan. Alokasi akan diberikan untuk satu tahun, tapi untuk mekanisme [pengeluaran izinnya] nanti diputuskan, apakah itu per kuartal atau per semester," jelasnya.
"Tahun depan sepertinya kuotanya akan turun dibandingkan 3,6 juta ton tahun ini," imbuhnya.

(gus) Next Article SOS! Pabrik Makanan 'Teriak' Butuh Gula Impor, Kok Bisa?
"[Hingga November] sudah masuk 2,96 juta ton sekian, hampir 3 juta lah," kata Oke di kantor Kemenko Perekonomian, Selasa (27/11/2018).
Namun, dengan realisasi impor di semester I-2018 tidak optimal, hanya mencapai 1,5 juta ton, maka pemerintah akhirnya menurunkan alokasi impor di tahun ini menjadi total hanya 3,15 juta ton.
Sementara itu, Oke mengatakan bahwa pemerintah telah melakukan perhitungan teknis alokasi impor GKR untuk tahun depan. Namun, dia belum bisa mengungkapkan angkanya karena menunggu persetujuan di tingkat Menteri.
"Saya belum bisa kemukakan karena belum diputuskan. Sebentar lagi diputuskan. Alokasi akan diberikan untuk satu tahun, tapi untuk mekanisme [pengeluaran izinnya] nanti diputuskan, apakah itu per kuartal atau per semester," jelasnya.
"Tahun depan sepertinya kuotanya akan turun dibandingkan 3,6 juta ton tahun ini," imbuhnya.

(gus) Next Article SOS! Pabrik Makanan 'Teriak' Butuh Gula Impor, Kok Bisa?
Most Popular